Cerita Hantu

100 Tahun Setelah Aku Mati ( Bagian 8 SMP Yogyakarta )




2002, ya saat itu saya resmi tercatat sebagai pelajar smp, dan saya bersekolah di sebuah smp negri terkemuka di Kota Jogja, seperti anak baru disekolah lainya saya jg mengalami yang namanya mos, masa yg harusnya di jadikan sebagai orientasi atau pengenalan sekolah nampaknya di manfaatkan betul oleh senior2ku untuk mengerjai kami,…
masa smp saya terasa lebih baik, karena saya dapat membuat imej baru disini, setelah saya belajar ilmu batin memang pembawaan saya lebih tenang, saya tidak lagi berkeringat dingin sepanjang hari karena glisah, saya tidak lagi bicara sendiri, karena saya bisa menahan gejolak dihati saat melihat makhluk halus, saya jadi lebih bisa melihat dunia dengan lebih baik, saya belajar bahwa di hidupku akan ada warna baru, hidup saya di masa dulu boleh kelam, boleh menyedihkan, tapi saya tidak akan membuat hal itu berlarut dalam kehidupan saya, tapi apakah itu akan merubah cerita saya sebagai Indigo? tentu saja tidak! , setiap umur saya bertambah saya merasakan kepekaan saya semakin menguat, jika dulu saya hanya dapat melihat makhluk halus, maka saat smp saya seperti mendapat “kutukan” baru.. apa itu? saya akan ceritakan sebentar lagi……


kelas 1 smp, saya sudah mengenakan seragam putih biru sekarang, ya seperti pelajar kelas 1 lainya dengan seragam yang masih baru dan kedodoran, kisah baru saya dimulai…
Sekolah saya adalah sekolah yang sudah sangat tua, sekolah ini dibangun sekitar awal 1900an untuk menyekolahkan pribumi bangsawan di masa itu, dan pengalaman2 mistis juga mulai saya alami.. waktu itu adalah hari pertama bersekolah setelah 3 hari di plonco habis2an saat mos..
saya berjalan dari parkiran sepeda menuju kelasku, saya mendapat kelas A, sebelum masuk kelas saya kekamar mandi dulu untuk pipis, klek pintu kamar mandi dibuka …… dan apa yang saya lihat tidak seperti kamar mandi, itu lebih mirip ruang tamu, lengkap dengan penghuninya, silahkan bayangkan, di dalam kamar mandi terdapat 4 makhluk, yang pertama adalah seorang wanita yang duduk di pinggiran bak mandi, yang nampaknya tidak bisa duduk dengan benar, karena tubuhnya seperti terpotong setengah, hanya bagian pinggang sampai kepala, dan memperlihatkan darah berwarna merah pekat menetes dan membanjiri lantai dinding, dan bak kamar mandi hingga membuat airnya ber warna merah, darah itu menetes dari bawah perutnya, mengalir kebawah melewati ususnya yang terburai …. makhluk kedua adalah berwujud 2 anak kecil laki2, mereka tampak normal, hanya tidak berpakaian, dan sorot matanya datarrr, mereka tampaknya lumpuh karena mereka bergerak menyeret tubuhnya dengan tangan, dan yang terakhir adalah seorang laki2 berwujud tua, tanpa rambut, tanpa telinga, tanpa hidung, dan tanpa mulut.. hanya 2 buah bola mata tanpa kelopak yang menghiasi wajahnya, saya kembali risih… mereka menatapku aneh seolah penasaran dengan siapa saya ini, kenapa bisa merasakan mereka… akhirnya saya urungkan niatku untuk pipis, saya menutup kembali pintu kamar mandi dengan setengah membantingnya karena saya jg tetap merasa takut. saya berjalan menuju kelas saya dengan setengah berlari, saya berhenti dipintu kelasku.. ada sebuah papan diatas pintu yang bertuliskan “kelas 1 A l Wali kelas: Basrudin, S.Pd.” saya melamun sejenak, dan berharap, semoga saat saya masuk tidak ada tatapan2 jijik melihatku, semoga tidak ada lemparan kapur atau benda2 lainya, semoga saya tidak diejek saat saya masuk, semoga ada yang mau kuajak bicara, atau paling tidak ada yang sekedar mau membalas sapaku, “bissmilah” saya bergumam dan saya masuk ke kelas baru saya ………..

Tampaknya saya harus terbiasa dengan situasi ini, dimana tidak ada lagi lemparan benda keras kekepalaku, tidak ada cacian dan ejekan kasar, tidak ada lagi yang mengusirku untuk pergi, saya masih berdiri didepan papantulis, saya masih tertegun dengan suasana yang baru ini, dimana yang kudengar hanya ramai suara dari teman sekelasku yang sedang heboh ngobrol satu sama lain, saya tersenyum sendiri, entah kenapa saya merasa sangat bahagia dengan hal sepele tadi, senyum yang selama 7 tahun tidak bisa kugunakan, senyum yang benar2 ikhlas, senyum yang selama 7 tahun hanya bisa terlihat saat bersama bapak atau sari..
entah berapa menit saya melamun, saya dikagetkan dengan tepukan dipundaku “ehh ayo cari tempat duduk, malah cengengesan sendiri, ini udah mau masuk.. udah dapet tempat duduk belum kamu?” kata seorang anak seumuranku,
“eh engg.. bb belum” ucapku gugup karena tidak terbiasa ngobrol dengan orang, “kayaknya semua udah punya temen sebangku deh, kamu gakpapa kan sebangku sama aku?” ujar anak itu..
haa?.. saya malah melongo, 6 tahun dikucilkan tanpa ada yang mau berbicara denganku, dan sekarang ada orang yang menawarkan duduk sebangku denganku?, entah apa yang saya rasakan saat itu,, “hiiihhh, malah melongo, udah jam 7 ini, ayookk”
anak itu memegang ujung lengan seragamku dan membawaku ku sebuah bangku kosong di depan meja guru untuk duduk
“Hey, kenalin namaku Risa” ujar anak perempuan itu sambil menyodorkan tanganya untuk bersalaman..
dan saya dengan begok nya cuma bengong, belum pernah ada teman yang mengajaku bersalaman…
“ehhh malah cuma diem aja, hihhh sombong banget”, saya buru2 menyambut tanganya dan berkata “maaf, aku cuma lagi adaptasi, aku rizal”.. dan Risa lah yang menjadi teman pertamaku disini, hari itu diisi dengan perkenalan satu kelas.. tiap anak wajib mengenalkan dirrinya, dmana alamatnya, hobby dll, satu persatu anak sekelas di panggil oleh pak basri, wali kelasku dan memperkenalkan dirinya, teman2ku tampak sangat antusias saat ada yang mengenalkan diri, bahkan tanpa canggung mengajukan pertanyaan pada yang lagi maju, saya ikut tertawa dengan celotehan2 teman2 baruku ini, tibalah giliran teman sebangku saya, si risa maju dengan sanat percaya diri, sumpah mukanya tengil banget, dia jalan dari bangku dengan langkah yang dibuat2 “sok imut banget”, gumamku sambil tersenyum.

Risa : “Haloooo, teman2 perkenalkan, namaku risa, em aku aslinya dari blora, tapi ikut bapak pindah disini dari keci, rumah aku gak jauh kok dari sini, di jl. xxxxx. hobbyku, olahraga, ada yang mau ditanyakan teman2?” ucap risa menutup perkenalanya..
“Pacar siapa pacar?” ucap Andi teman sekelasku yang teriak sambil cengengesan. dan langsung disoraki teman2 yang lain ramai sekali, akhirnya risa kembali duduk, dannnn namaku dipanggil, alamakkkkk ngomong face to face aja kadang belibet, ini gimana ngomong di depan orang banyak? saya mau gak mau harus maju, tp saya malah masih bengong2 aja, risa mencubit perutku dr samping, “adawww, apa sihh, sakit tauk, ujarku sewot.
“ya kamunya malah bengong, buruan maju πŸ˜› “
saya maju dengan langkah malas, saya sudah berada di depan kelas, saya gugup, ini pengalaman pertamaku bicara di depan orang banyak “emmm ya, ehhh perkenalkan ini nama aku rizal, aku dari semarang, tapi balik kesini, soalnya ak sebenernya dari jogja emm yaa ya, gitu truss…” belum juga selesai saya sudah disorakin dr belakang dan gelak tawa yang meledak “ntar kita kenalan sendiri aja pak, kasian tu rizal udah keringetan, bisa pingsan dia” teriak irawan teman sekelasku dr belakang,dan diikuti tawa teman2ku, saya kembali ke bangku saya, sambil mengelap kringat karena gugup, malu sihh tapi seru, teman2 disini memang baik, saya masih mengelap keringat yng membanjiri wajahku dengan menyeka menggunakan tangan.. “ini,, jangan pake tangan, dasar cowok jorok “, risa menyodorkan sapu tangan kepadaku “ehhh, makasih ya” kataku sambil menerima sapu tangan risa, “sama-sama 😊 “
ada yang aneh,, saya membatin “Risa? apakah aku pernah mengenalmu sebelumnya?” Risa ini adala gadis yang cantik, mungkin bisa dikategorikan sangat cantik, rambutnya panjang sebahu dan dikucir kuda, hidunya mancung, dg bibir tipis dan gigi kecil2, kulitnya putih bersih terawat, dia cukup tinggi untuk ukuran cewek, mungkin hampir sama denganku.. dia masih tersenyum kearahku…. risa apakah mungkin kamuu?………….




Sumber Kaskus


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top