Secara geografis, persebaran fauna di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga wilayah, yaitu; wilayah fauna Indonesia Barat (bercorak Asia), wilayah fauna Indonesia Tengah dan wilayah fauna Indonesia Timur (bercorak Australia). Di Indonesia terdapat tidak kurang dari 254 jenis amfibi, 624 jenis reptil dan 650 jenis binatang menyusui. Persebaran fauna Indonesia Barat dibatasi oleh garis Wallace, persebaran fauna Indonesia Timur dibatasi oleh garis Weber. Dengan demikian, persebaran fauna Indonesia Tengah terletak di antara kedua garis tersebut (Susilawati, 2011:11).
Peta Persebaran Fauna di Indonesia |
Pada ketiga wilayah persebaran fauna di Indonesia masing-masing memiliki ciri khasnya. Menurut Susilawati (2011:12), jika diidentifikasi masing-masing perbedaannya maka fauna di Indonesia Barat umumnya terdiri dari binatang menyusui yang berukuran besar seperti gajah, orangutan, badak, banteng, dll. berbagai jenis kera banyak terdapat di sini. Demikian halnya dengan berbagai jenis ikan air tawar. Sedangkan untuk fauna di Indonesia Timur umumnya terdiri dari binatang menyusui berukuran kecil, binatang berkantung, dan berbagai jenis burung yang beraneka warna
Perbedaan Jenis Fauna pada Tiga Wilayah di Indonesia
Kelas |
Indonesia Bagian Barat |
Indonesia Bagian Tengah |
Indonesia Bagian Timur |
Mamalia |
Gajah, banteng, monyet, macan, |
Anoa, duyung, monyet tarsius, banteng |
Kangguru, beruang, oposum kuskus, |
Reptil |
Buaya, kadal, biawak, |
Biawak, buaya, |
Buaya, kadal, |
Amfibi |
|
Katak terbang, |
Katak terbang, |
Burung |
Burung jalak, |
Burung nuri, udang, merpati, rangkong |
Nuri, cendrawasih, namudur |
Ikan Air Tawar |
Pesut |
|
|
Faktor Penyebab Adanya Perbedaan Fauna di Indonesia
Keanekaragaman fauna menjadi aset utama dalam pendayagunaan fauna. Bila kekhasan dan kekhususan masing-masing komponennya dapat diungkapkan, pendayagunaan ini akan mencapai keefektifan yang tinggi. Keanekaragaman spesies fauna terjadi karena beberapa faktor, sehingga terbentuk keanekaragaman yang terpolakan dalam distribusinya, yang tergolong dalam dua aspek, yaitu spatial (berdasarkan ruangan/tempat), yang disebabkan oleh faktor geografi dan/atau oleh faktor ekologi, serta temporal, dengan dimensi waktu). Faktor-faktor ini terserap ke dalam setiap spesies dan terkembang untuk membentuk ciri dan sifat masing-masing spesies (Adisoemarto, 2005:88-91).
Pola Distribusi Spatial Geografi
Kondisi geografi Indonesia memungkinkan tingginya tingkat keanekaragaman spesies fauna di negara ini. Dengan bentangan dari sisi timur Benua Asia sampai sisi barat Benua Australia Indonesia memiliki tiga kawasan fauna yang masingmasing mengandung kekhasannya. Region Oriental di sebelah barat, Region Australian di timur dan Kawasan Wallacea diantaranya telah membentuk keanekaragaman fauna yang tinggi tarafnya dan unik susunannya. Keberadaan ketiga kawasan ini juga merupakan keunikan, karena tiada satu pun negara di dunia yang memiliki lebih dari satu kawasan fauna, bahkan beberapa negara terletak di dalam satu kawasan. Perbedaan faktor dalam ekosistem di masing-masing region menyebabkan terjadinya keanekaragaman spesies yang menghuninya. Faktor-faktor yang telah diidentifikasi di antaranya adalah kendala lingkungan untuk mengkoloni suatu kawasan (Acevedo et al. 2005), hukum pulau yang menentukan ukuran tubuh (Lomolino 2005), gradasi ketinggian seperti yang terdapat pada artropoda tanah (Jing et al. 2005), dan pengaruh faktor abiotik (Pidwirny, 2001), yang meliputi kolonisasi dan pemapanan termasuk kepunahan lokal, serta uraian klasik mengenai distribusi geo-grafi biota (Smith 2005). Secara lengkap faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan binatang terdapat di ketiga kawasan tersebut, termasuk penggabungan faktor-faktor dari daratan Asia dan dari daratan Australia. Itulah sebabnya keanekaragaman binatang di ketiga kawasan tersebut sangat tinggi.
Keanekaragaman sebaran temporal
Berbagai faktor dapat mendorong terjadinya keanekaragaman spesies dengan dimensi waktu/tempo. Dinamika populasi suatu spesies adalah salah satu ciri dalam keanekaragaman sebaran temporal (Korpimäki 2005). Dalam konteks dimensi tempo, spesies mem-punyai kemampuan dalam hal :
a. Mengatasi pengaruh musuh alami dan ketersediaan pakan sebagai faktor pengatur fluktuasi.
b. Mengatasi invasi pemangsa asing dan kembalinya pemangsa puncak.
c. Bervariasi secara alami dan tanggapan terhadap perubahan yang disebabkan oleh ulah manusia dalam ekosistem hutan dan ekosistem pertanian.
d. Seleksi habitat, pilihan diet dan mobilitas pemangsa.
e. Keputusan reproduktif dalam lingkungan yang bermacam-macam.
f. Mengatasi imuno kompentensi, parasit dan status kesehatan.
g. Pentingnya visi ultraviolet dalam mencari pakan dan berkomunikasi.
Pola-pola distribusi spatial dan distribusi temporal hanya dapat dikenal berdasarkan informasi taksonomi yang dikumpulkan dari spesies-spesies yang terlibat dalam pembentukan pola distribusi. Spesies-spesies penentu pola yang terbentuk mencerminkan kekhasan dan kekhususan keaneka-ragaman hayati di masing-masing pola keanekaragaman, yang pada taraf spesies terdiri atas tiga tingkatan, yaitu alpha, atau keanekaragaman spesies dalam satu habitat, beta,keanekaragaman spesies dalam dua habitat atau lebih, gamma, keanekaragaman spesies yang ada dalam suatu region yang lebih luas (beberapa kawasan), dan global untuk seluruh dunia (Lecture 10, 2001 dalam Hartoto, 2006:91)
Keanekaragaman dunia hewan cukup menarik berbagai para ahli. Indonesia, telah banyak ahli melakukan penelitian terhadap dunia hewan antara lain Alfred Russel Wallace (Inggris) yang telah melakukan penyelidikan mengenai flora dan fauna, Weber (Jerman) menyelidiki jenis ikan tawar, Sarasin (Swiss) menyelidiki hewan di Sulawesi, dan Dammerman (Belanda) menyelidiki jenis-jenis hewan di Pulau Jawa. Dari hasil penyelidika tersebut dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penyebaran fauna di Indonesia, antara lain (Banowati, 2012:135-137) :
Pengaruh Perubahan Geologis
Perubahan gelgis yang terjadi pada masa lampau menyebabkan perubahan daratan dan laut telah banyak mempengaruhi persebaran jenis fauna tertentu. Laut merupakan penghambat persebaran fauna darat, ikan airtawar, serta jenis-jenis burung tertentu. Pada masa daratan Indonesia bagian barat masih bergabung menjadi satu dengan Benua Asia serta Indonesia bagian timur bergabung dengan Benua Australia (zaman pleistosen), banyak fauna dari kedua benua tersebut yang menyebar di Indonesia. Fauna yang berasal dari Asia menyebar di Indonesia bagian barat, sedang fauna yang berasal dari Australia menyebar di Indonesia bagian Timur. Setelah berakhirnya zama es (holosen) maka sebagian daerah dangkalan Sunda dan Sahul digenangi air dan menjadi laut. Sejak peristiwa ini, penyebaran fauna juga terhenti kecuali fauna tertentu.
Pengaruh Keadaan Iklim suatu Daerah
Curah hujandan temperatur, sangat berpengaruh terhadap dunia tumbuh-tumbuhan. Keadaan ini secara tidak langsung mempengaruhi jenis-jenis fauna tertentu. Oleh sebab itu, baik secara langsung maupun tidak langsung, keadaan iklim suatu daerah berpengaruh terhadap persebaran fauna, perkembangan, serta kelangsungan hidup hewan sangat tergantung pada tersedianya jenis pakan yang diperlukan, hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan di daerah setempat, terutama keadaan curah hujan dan temperatur.
Pengaruh Kegiatan Manusia
Kegiatan manusia berperan dalam penyebaran fauna, baik melalui pembuatan keadaan lingkungan yang sesuai maupun dengan cara-cara lainnya. Makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi makin tampak sekali pengaruh tersebut. Misalnya dengan mendatangkan ternak ataupun unggas yang dipandang produktif dari negara lain untuk dikembangbiakkan di Indonesia, sehingga dapat diperoleh jenis-jenis unggul. Upaya bersifat untuk pembibitan, penyilangan, maupun lainnya.
Kegiatan manusia yang dimaksud pada paragraf di atas adalah kegiatan yang bersifat positif. Selain itu, ada pula kegiatan manusia yang berpengaruh negatif, misalnya perburuan terhadap jenis fauna tertentu, baik karena dianggap merugikan kehidupan manusia maupun ada sebab lain. Akibat dar kegiatan semacam ini menyebabkan perubahan penyebaran secara alamiah, dapat pula berakibat semakin berkurangnya jumlah (populasi) jenis fauna tertentu. Adanya usaha-usaha untuk melestarikan jenis fauna tertentu , terutama yang telah dianggap langka, merupakan upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup yang makin lama tampak semakin rusak.
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.