review konser

280 Festival – Ash : Kedatangan Kedua Kalinya di Jakarta


Sabtu, 23 November 2013 @
Lapangan D Senayan, Jakarta, Indonesia

Ini adalah kali keduanya Ash
konser di Jakarta, setelah 12 tahun silam mereka konser perdana di Jakarta.
Mungkin yang tidak mengikuti konser Ash pada tahun 2001, bisa disimak
wajah-wajah mereka ketika album Free All Angels, dan pastinya sekarang sudah
tampak banyak berubah secara fisik. Meskipun sudah bukan terdiri dari personil
yang berusia muda lagi, namun aksi panggung kali ini cukup membuat suasana
panas di segelintir kerumunan malam itu. Acara yang diselenggarakan dari jam 3
ini, memang sebagian besar animo penonton tertuju pada Ash, meskipun band dari
Indonesia sendiritidak bertujuan sebagai band pembuka. Perhelatan ini ditujukan
untuk menunjukkan variasi musik yang lintas genre dalam satu festival, namun
mungkin peninton berasumsi bahwa acara ini menjadikan Ash sebagai tujuan utama.
Alhasil, lapangan D senayan tidak sepadat waktu pas Ash tampil.
Padahal pengisi acaranya selain
Ash juga memiliki kualitas yang bagus di musik Indonesia ini. Seperti Maliq
& D’Essential, Efek Rumah Kaca + Pandai Besi, Neonomora, The Aftermiles,
Sierra Soetedjo, dan Rock N Roll Mafia. Mungkin untuk saran kedepannya jika
ingin membuat konser lintas genre, musti diperhatikan juga mengenai pemilihan
artis. Ketika musisi dari luar ditambahkan ke dalam pengisi acara, maka
penonton cenderung akan menganggap musisi luar tersebut yang paling utama.
Faktor lain yang mempengaruhi riuhnya penonton mungkin dikarenakan di saat yang
bersamaan banyak festival dan konser yang diadakan di tempat terdekat. Namun
kemeriahan untuk Ash yang sudah tidak remaja ini, cukup untuk mengobati rasa
sepi penonton yang baru berdatangan setelah pukul 18.00 WIB.
Band dari Irlandia ini masih
percaya diri membawakan britpop awal 2000an di tahun sekarang ini. Awalnya
terkira bahwa yang mungkin datang dan menyesaki kerumunan konser Ash akan
didominasi remaja yang tumbuh menuju dewasa pada tahun 2000an awal. Ternyata,
jika dilihat dari raut muka, yang sebagian besar penonton menurut asumsi
berkisar 20an awal. Sekitar 19 lagu berhasil dibawakan ketiga personil Ash,
yang sebelumnya ditinggal Charlotte Hathherley, salah satu formasi yang
menciptakan balada manis There’s A Star.
Nomor-nomor berbahaya seperti
Girl from Mars, Goldfinger, Kung Fu, Joy Kicks Darkness, Jack Names The Planet
membuat suasana semakin panas dan cukup membuat penonton untuk sekedar
berbenturan. Kombinasi dari track-track yang masih terpengaruh grunge awal 90an
dan terkadang juga masih kental akan suasana punk yang pastinya akan membuat
sedikit kerumunan tersebut untuk berjingkrak. Sebagian besar lagu yang
dibawakan berasal dari album legendaris 1977 yang mendapat pujian cukup dari
kritikus musik internasional. Membawakan satu lagu dari album Trailer,
membawakan tiga lagu pada album Meltdown, membawakan satu lagu pada album
Twilight of The Innocent, membawakan empat lagu dari album Free All Angels.
Hanya lagu pada album Nu-Clear Sounds saja yang tidak dibawakan. Dan tentunya,
konser ditutup dengan kemeriahan salah satu anthem terbesar mereka, Burn Baby
Burn!

Puaslah para penonton yang tak malu-malu-malu untuk
memeriahkan malam itu dengan ikut mossing
seadanya di kerumunan kecil. Secara keseluruhan 
Ash menampilkan semangat britpop 2000an awal dengan suasana grunge,
punk, dan rock alternatif yang saling berpadu pada malam itu. Kedatangan mereka
yang kedua kalinya di Jakarta ini dirasa sudah cukup membakar sedikit kerumunan
Jakarta yang saat bersamaan di sekitar tempat itu juga banyak diadakan acara
musik.



dokumentasi foto



Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top