review album

The SIGIT – Detourn: Kembalinya Para Druids


Lama ditinggal Visible Idea of
Perfection
 (2006), jangka waktu 7 tahun membuat orang
menanti-nantikan album baru The SIGIT,
 Detourn. Awal Maret 2013, ben memberikan teaserlagu “Let the Right One In” yang berlanggam punk
rock
 mengingatkan kita pada soundtracksebelum acara Power Rangers dimulai.
Lagu yang terpilih sebagai titel album,
“Detourn” menjadi pembukaan megah—diawali ketukan drum dan paduan alat musik
yang saling mengisi—mengkondisikan ben sudah sangat matang di album kedua.
Perpaduan alat musik tiup semacam klarinet yang bersahut-sahutan dengan dram di
bagian tengah memunculkan ekspektasi banyak hal baru yang sebelumnya tidak ada.
 Berdasarkan lagu ini saja, sudah membuktikan ben semakin matang dengan
pengalaman di medan perang panggung.
Selanjutnya, trek “Son of Sam” dan “Gate of 15” cukup manis sebagai lagu yang patut
ditunggu—bahkan, lagu-lagu tersebut dapat disandingkan dengan album terbaru
 My Bloody Valentine. 
Tambahan alat musik
tiup seperti seruling menuansakan intim di album
 rock ini. Sudah dipastikan penggarapan Detournmemerhatikan secara detil aransemen dan proses pembuatannya.
Teriakan-teriakan
sang vokalis di awal lagu “Tired Eyes” juga mengingatkan Robert Plant jaman Led
Zeppelin album awal. Ini merupakan lagu kedua dari
 Detourn yang mudah menempel di telinga setelah “Let the Right One In”,
dibandingkan lagu-lagu lainnya yang terdengar cukup rumit.
Setelah guncangan
mantra-mantra para ksatria Druids, telinga istirahat sejenak lewat “Owl &
Wolf”—yang memang cocok diletakkan di pertengahan album. Balada manis ini
mengingatkan ciri khas ben-ben Britania yang lahir era ’90-an. Kalaupun “Owl
& Wolf” dilempar ke masyarakat Indonesia tanpa menggunakan nama The SIGIT,
kebanyakan orang mengira lagu ini bukan buatan ben lokal.
Nuansa kental akan
Led Zeppelin kembali ditemukan di “Black Summer” dan “Red Summer”, meski
terdapat juga di album terdahulunya. Tapi, kali ini lebih meriah dan kekinian
dengan efek
 soundminimalis yang membumbui kedua
lagu tersebut.
Album diakhiri lewat
“Conundrum” yang sangat magis dibandingkan sepuluh lagu awal. Suasana
psychedelic yang kental membuat mantra-mantra para Druids ini tidak hanya
bergaung di padang rumput Salisbury, Inggris pada tahun 1000 SM, tapi juga
menciptakan pengalaman transenden bagi orang yang menanti-nantikan para ksatria
dan pemuka agama Druids. Sebuah album The SIGIT paling dewasa dibandingkan
album sebelumnya.

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top