Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Untuk memaksimalkan hasil pertanian, para petani pun menggunakan pupuk dan pestisida anorganik pada sawah. Penggunaan pupuk dan pestisida anorganik memiliki dampak negatif mengurangi kesuburan tanah, mencemari ekosistem di lahan pertanian dan mengakibatkan penyakit pada petani dan orang yang mengkonsumsi hasil pertanian.
Kondisi ini tentu menjadi keprihatinan kita semua karena kerusakan lingkungan dan kesehatan membawa dampak besar bagi banyak orang. Perlu ada upaya agar petani mau mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida anorganik menjadi pupuk organik yang lebih ramah lingkungan.
Melihat debit air yang berkurang dan banyaknya pencemaran lingkungan membuat kang Gunawan Azhari menerapkan pertanian ramah lingkungan sejak tahun 2009 dengan pupuk organik dari kotoran hewan juga menggunakan sayuran atau tumbuhan organik untuk pakan ternak di Kampung Berseri Astra (KBA) Suntenjaya.
Awalnya tidak mudah mengajak petani yang merupakan warga desa menggunakan pupuk organik karena sudah terbiasa dengan pupuk anorganik, tapi setelah mereka melihat dan merasakan langsung hasil panen yang lebih segar juga sehat akhirnya semua petani kompak menerapkan pertanian yang ramah lingkungan.
Di tahun 2019 mendapatkan bantuan dari Astra berupa solar panel 5000 watt dan tandon berkapasitas 5000 liter untuk menampung air hujan sebagai cadangan air. Hasil perkebunan di KBA Suntenjaya Lembang bervariasi mulai dari stroberi, markisa, pisang, kopi, wortel, kubis dan lainnya.
Saat saya mengunjungi langsung pada workshop lingkungan bersama media dan karyawan Astra tanggal 26 November 2022, saya melihat kambing dan sapi subur juga sehat. Selain itu kandangnya tidak bau karena di sekitarnya ditanami tanaman hias seperti anggrek, lidah mertua, pohon bambu, tanaman herbal yang bisa mengurangi polusi dan mengeluarkan aroma wangi di malam hari.
Setelah menerapkan pertanian yang ramah lingkungan petani bisa lebih hemat karena tidak perlu membeli pupuk dan pakan ternak. Hasil buah stroberi yang ditanam juga terasa lebih manis dan memiliki nilai jual tinggi hingga Rp 100.000 per kemasan di supermarket.
Memiliki semboyan Maju, Agamis, Jenius dan Unggul para pengelola KBA Suntenjaya mendirikan rumah baca agar anak-anak bisa belajar jarak jauh menggunakan laptop saat pandemi. Beberapa universitas pun dilibatkan untuk mengajar anak-anak supaya pendidikan di desa Suntenjaya bisa terus berkembang.
Aksi kang Gunawan dalam mengubah perilaku masyarakat dari menggunakan bahan kimia menjadi organik selama tiga tahun kini sudah membuahkan hasil. Masyarakat yang dulu sering berdebat kini bergotong-royong menghasilkan produk UKM seperti permen karamel, keripik pisang dll. Tidak hanya menghasilkan juga memasarkan produk UKM jika ada kunjungan perusahaan atau lembaga ke KBA Suntenjaya. Desa Suntenjaya juga kini menjadi desa wisata yang dipromosikan oleh Kementerian Pariwisata RI.
Dari kang Gunawan saya belajar bahwa aksi kecil jika dilakukan dengan sungguh-sungguh bisa membawa dampak besar bagi sekitar apalagi Lembang merupakan wilayah serapan air dan memasok kebutuhan air bagi warga Bandung dan sekitarnya. Jadi bisa terbayang berapa banyak jiwa yang tertolong dengan adanya pertanian ramah lingkungan ini.
Kedepannya Desa Suntenjaya akan dikembangkan menjadi desa eduwisata sehingga pengunjung bisa belajar langsung pertanian ramah lingkungan, memetik langsung hasil panen, dan membeli produk UKM buatan warga. Sehingga pertanian ramah lingkungan bisa memberikan kesejahteraan bagi para petani maupun peternak.
Semangat menerapkan pertanian ramah lingkungan ini semoga terus berjalan hingga generasi selanjutnya dan bisa menginspirasi petani lainnya di Indonesia dalam menjaga keseimbangan alam .
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.