review album

Asangata – Rise of the Black Sheeps: Bebunyian yang Memabukkan


Rise of the Black Sheeps milik
kolektif Jogja, Asangata ini menurut catatan telah dirilis pada Januari 2012.
Namun, di tahun 2013, Sonic Funeral Record kembali merilis
 Rise… dalam bentuk kaset dan kode unduhannya di Bandcamp.
Formasi Asangata dalam
 Rise… adalah Wednes Mandra, Pawitra Warda, dan
Ki Prawirahardjana. Album ini memuat bebunyian yang sesuai tema album. Dengan
bebunyian dari alam dan kebisingan yang memabukkan ini,
 Rise… dikategorikan sebagai “world music”.
Bebunyian yang dipadukan dengan
 local wisdom, budaya, dan kebiasaan masyarakat pada
suatu daerah menjadikan bunyi tidak lagi sebagai hiburan buat kuping. Melainkan
lebih jauh dari itu, dapat menjadi adikarya dari seniman yang membuatnya.
Track pertama
berjudul “Angon, Surup” berisikan suara cempe (anak kambing) yang sedang
digembala pemiliknya. Beberapa detik setelah suara kambing tersebut disusul
bebunyian distorsi kotor—secara jelas ketika didengarkan menggunakan
 headset. Alangkah baiknya setel kaset pada radiotape, akan menambah kesan
horor pada
 track ini. Pada track kedua, “Leletheking
Bawana” vokal diisi oleh Ki Prawirahardjana yang memuat atsmosfer mistis dengan
suara latar vokal seperti angin. Vokal juga diisi dengan nada sinden dengan
bahasa lokal setempat. Maka dari itu, tidak heran jika Asangata pada lagu ini masuk
dalam nominasi ICEMA 2012 dalam kategori “world music”.
Selanjutnya, di lagu “Segayasa”
menampilkan bebunyian gemericik air. Air yang jatuh dari sumbernya memiliki
nada berbeda-beda di setiap tetesannya.
 Selama tujuh menit,
“Segaryasa” memberikan kesegaran dan relaksasi pikiran pada album ini.
Bunyi-bunyi gemericik yang berasal bukan dari alat musik juga salah satu hal
yang harus diapresiasi. Karena pada dasarnya, setiap bunyi memiliki ruang untuk
apresiasi sendiri. Penghormatan dan penghargaan atas bunyi merupakan dasar kita
mengapresiasi musik.
Lagu “Angslup”
didaulat sebagai penutup dengan
 sound eksperimental yang
lembut dan penonjolan atmosfir mistis selama 18 menit 41 detik. Coba dengarkan
kembali lewat
 radiotape. Sangat cocok
apabila musik eksperimental yang mengandalkan suasana dirilis dalam format
kaset. Suara uluran pita dan
 radiotape yang tua menambah
kesan mistis tersebut. Bebunyian eksperimental seperti ini jika di Indonesia
sering dibuat oleh Roman Catholic Skulls dan Strange Mountain. Secara
keseluruhan,
 Rise… adalah bentuk
penghargaan besar terhadap bunyi, dengan sensasi-sensasi yang sangat memabukkan
tentunya.


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top