Benarkah memuja leluhur itu salah?
yanti deva-vrata devan
pitrn yanti pitr-vratah
bhutani yanti bhutejya
yanti mad-yajino ‘pi mam (BG IX.25)
yang sering diartikan;
“Yang memuja dewata pergi kepada dewata, kepada leluhur perginya yang memuja leluhur mereka, dan kepada roh alam perginya yang memuja roh alam, tetapi mereka yang memuja-Ku, datang kepada-Ku.”
yang bagaimana disebut dengan memuja TUHAN secara langsung..?
bukankah tuhan memiliki ribuan sinar? yang dalam ajaran reg weda, sinar suci tuhan ada 33?
dari 33 tersebut, yang manakah tuhan?
bukankah tuhan ada disetiap ciptaanNya?
yo yo yam yam tanum bhaktah
sraddhayarcitum icchati
tasya tasyacalam sraddham
tam eva vidadhamy aham (BG VII.21)
yang maksudnya:
“apapun bentuk kepercayaan yang ingin dipeluk oleh penganut agama, Aku perlakukan kepercayaan mereka sama supaya tetap teguh dan sejahtera”.
benarkah, pemujaan tersebut salah…?
adakah dasar sastra yang membenarkan adanya jalan bhakti lewat pemujaan leluhur?
matrdevo bhava pitrdevobhava, acaryadevo bhava atithidevo bhava (Taittiriya Up.I.11)
yang artinya:
seorang ibu adalah dewa, seorang bapak adalah dewa, seorang guru adalah juga dewa dan para tamu pun adalah dewa.
untuk “membayar hutang” (pitra rna) kepada orang tua kita tersebut, terdapat 3 jalan, diantaranya:
- semasa hidup dilakukan Manusa Yadnya. Manusa Yadnya disini maksudnya dimana seorang anak/cucu selalu hormat
dan melayani orang tua beserta keluarga, dimana orang tua tinggal dan
saudara keluarga tempat orang tua kita dilahirkan. - saat meninggal dunia dilakukan Pitra Yadnya. Pitra yadnya dilakuan, mulai dari semenjak meninggal hingga beliau
disemayamkan dalam tempat suci keluarga, dan ritual terakhirnya adalah
yadnya panilapatian yang maknanya mengangkat status leluhur menjadi
hyang guru, sehingga beliau dapat berstana di sanggah kemulan. - dan bukti besarnya ikatan cinta kepada keluarga, dilakukanlah Dewa Yadnya. Dewa Yadnya disini maksudnya, setelah leluhur menjadi hyang guru, kita anak cucu keturunannya senantiasa mengingat keberadaan beliau dengan melakukan yadnya piodalan yang artinya merayakan untuk memperingati pertama kalinya dilaksanakan dewa yadnya untuk sanggah kemulan tersebut.
Gunamanta sang Dasaratha, Wruh sira ring weda bhakti ring dewa, Tar malupeng pitra puja, Masih ta sireng swagotra kabeh
yang artinya:
Keutamaan sang Dasaratha,Beliau paham akan Weda, berbakti kepada Tuhan, Tidak pernah lupa memuja leluhur, Juga sayang terhadap keluarga dan rakyat
Dalam Kitab Taittriya Upanisad dikatakan sebagai berikut :
Pitri Deva Bhava, Matri Deva Bhava
Artinya:
Ayah dan Ibu ibarat perwujudan Dewa dalam keluarga.
Pahala Berbhakti Kepada Leluhur
Dalam Kitab Sarasamuccaya, disebutkan ada empat pahala bagi mereka yang berbhakti kepada leluhur, yaitu sebagai berikut :
- Kirti, “kirti ngaran paleman ring hayu” artinya selalu dipuji dan didoakan untuk mendapatkan kerahayuan.
- Ayusa, “ayusa ngaraning urip” artinya berumur panjang atau dapat dikatakan senantiasa akan selalu dalam keadaan sehat.
- Bhala, “bhala ngaraning kesakten’ artinya sakti atau kesaktian. Sakti disini ialah dalam arti kita akan menjadi pribadi yang kuat mental / tangguh dalam menjalani hidup.
- Yasa, Jasa akan selalu meninggalkan yang baik. Bagi mereka yang berbhakti kepada leluhur maka akan meninggalkan jasa-jasa baik kepada keturunannya maupun masyarakat luas.
Dari keempat pahala diatas yang telah disebutkan dapat disimpulkan berbhakti kepada Leluhur adalah suatu hal yang baik. Melaksanakan atau menjalani hal yang baik maka kita pun akan mendapatkan hal yang baik. Karena hidup kita didasari oleh Karma.
Tuhan Tetap Menjadi Bhakti Yang Utama
Berbhakti kepada leluhur dalam rangka berbhakti kepada Tuhan sangat dianjurkan dalam kehidupan beragama Hindu. Dalam Mantra Rgveda X.15 1 s.d. 12 dijelaskan tentang pemujaan leluhur untuk memperkuat pemujaan kepada Tuhan. Dalam Bhagawad Gita diajarkan kalau hanya berbhakti pada bhuta akan sampai pada bhuta. Jika hanya kepada leluhur akan sampai pada leluhur, kalau berbhakti kepada Dewa akan sampai pada Dewa. Karena itu, berbhakti kepada bhuta, pitra dan dewa dalam rangka berbhakti kepada Tuhan.
Dalam Manawa Dharmasastra ada sloka yang menyatakan, bakti kepada leluhur mendahului berbhakti kepada Tuhan. Karena bhakti sebelumnya akan memperkuat bhakti selanjutnya. Jika diambil contoh misalnya, ketika ada seorang anak yang begitu berbhakti kepada orang tuanya maka tentu si anak akan menjadi lebih berbhakti kepada Tuhan yang telah menciptkan orang tuanya.
Jadi menurut kami berbhakti (pemujaan) kepada Leluhur bukanlah disamakan dengan menduakan Tuhan akan tetapi sebaliknya yaitu bertujuan untuk memperkuat pemujaan kepada Tuhan. Maka harus diingat bhakti kepada Tuhanlah bhakti yang tertinggi.
Bagaimana dengan memuja GURU?
memang benar, seorang guru diidentikkan dengan dewa, karena itulah dibali SULINGGIH disebut meraga PUTUS yang artinya boleh memutuskan sebuah perkara yang dimintai pertimbangan kepada beliau, dan hasil putusan tersebut bersifat final, ini terjadi dalam budaya bali karena GAMA BALI sangat menghayati filosofi YOGA, yang juga merupakan implementasi dari Taittiriya Upanisad.
tetapi, apakah pemujaan kepada leluhur dapat digantikan hanya dengan memuja GURU saja?
jawabannya… TIDAK
memang belakangan ini, ada sekelompok umat dibali yang sering mengaburkan arti dari Taittiriya Upanisad tersebut, konsep yoga yang mengganggap perintah guru adalah perintah dewa diangap lebih utama daripada perintah leluhur maupun orang tua.
mari kita bandingkan, sloka Taittiriya Upanisad I.11 dan Bhagawad Gita IX.25. kedua sloka tersebut lebih mengutamakan Dewa dan leluhur, disusul kemudian guru dan tamu.
dilihat dari sloka tersebut, posisi leluhur lebih didahulukan dartipada guru dan tamu. dan dilihat dari wujud dewa yang dimaksud dalam sloka Taittiriya Upanisad I.11 guru dan tamu, guru lebih diutamakan.
sekarang sesuai logika, kenapa guru dan tamu dikatakan sebagai wujud dari dewa?
karena guru yang membimbing kita menjadi lebih bijaksana dan tamu merupakan tempat kita menguji kebijaksanaan yang telah dipelajari. karena itulah, seorang guru dan tamu disambut bagaikan seorang dewa.
Sloka tentang Pemujaan Leluhur (Pitra Yadnya)
Untuk lebih memantapkan keyakinan kita, bahwa memuja leluhur sangat penting, berikut ini beberapa sloka yang berkaitan dengan hal tersebut:
artinya
Semogalah yang di bawah, paling di tengah, para leluhur pencinta Soma bangkit, semogalah para leluhur itu, yang sangat ramah (penuh persahabatan), yang mengetahui kebanaran, yang hidup dalam keabadian, menganugrahi kami sesuai dengan doa persembahan kami
artinya:
Semogalah dengan kebaktian yang dilaksanakan hari ini, para leluhur yang telah lama pergi dan mereka yang barn saj a meninggal, yang telah duduk di angkasa raya atau yang sekarang bertempat tinggal di tempat yang terang benderang
artinya
Kami memperoleh berlimpah anugrah dari para leluhur, kakek, dan Sang Hyang Wisnu, mereka yang duduk bertebaran, akan ikut serta dalam acara pemerasan minuman dengan persembahan kepada yang telah meninggal, datanglah kemari dengan penuh kegembiraan
artinya:
Wahai para leluhur yang duduk bertebaran, datanglah kemari dengan (membawa) pertolongan, upacara persembahan ini kami persembahkan untuk anda, semoga anda berbahagia. Datanglah dengan pertolongan bermanfaat, karuniailah kami kesehatan, rahmat dan bebaskan dari keperihan
artinya:
Dimohon kehadiannya para leluhur pecinta Soma untuk tempat yang tersimpan dan amat disayangi, tempat yang bertebaran, semogalah mereka (para leluhur) datang kemari, semogalah mereka mendengarkan dan berkenan untuk bercakap-cakap dan memberikan pertolongan kepada kita
artinya:
Duduk bersila dengan kaki terlipat di arah selatan, menganugrahkan karunia yang berlimpah terhadap upacara, tidak melukai kita, wahai para leluhur, berdasarkan alasan ini, perbuatan dosa apapun yang telah kami lakukan kepada anda, wahai para leluhur, itu adalah karena kelemahan kami (sebagai umat manusia)
artinya:
Duduk di haribaan fajar merah, memberikan kekayaan kepada penyembahnya yang fana. Untuk putra (keturunan) anda, wahai para leluhur, anugrahkanlah kekayaan itu, demikian pula anda menganugrahkan kekuatan (kepada kami)
artinya:
Wahai pan leluhur (badan anda) telah dilalap api, datanglah kemari, silakan duduk pada tempat duduk yang telah disiapkan masingsmasing, anda adalah pembimbing (kehidupan), yang menikmati persembahan yang ditaburkan bertebaran, kemudian anda menganugrahkan kekayaan diikuti oleh seluruh putra-putra yang kuat
bersambung… krn udah larut malem, bsk sore disampaikan slokanya 😀
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.