isi hati dan kepala

Bukan Tong Sampah


Bukan Tong Sampah

Saya paham sekali setiap orang yang sedang punya masalah, atau unek-unek dihatinya, butuh tempat untuk bercerita. Meluapkan banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiran dan hatinya. 

Memang bercerita dengan orang yang dipercaya nggak bisa menyelesaikan masalah 100%, tapi pasti bisa mengurangi sedikit beban yang menyesakkan dada. 

Saya termasuk orang yang sering dijadikan tempat cerita. Bahkan seringkali saya kaget diceritakan sesuatu yang sepertinya sangat privasi bagi orang tersebut, tapi mungkin mereka benar-benar butuh tempat untuk cerita, dan saya bisa dipercayai oleh mereka. 

Saya tipikal orang yang nggak mau cari tahu atau turut campur urusan orang lain, kecuali dia cerita sendiri. Kalau nggak sengaja dengar rumor pun, saya merasa nggak perlu mencari kebenarannya karena memang nggak mau tahu. 

Beda kalau orangnya sendiri yang bercerita, maka saya memberikan opini dari sudut pandang atau pengalaman saya yang serupa. 

Disatu sisi saya senang jadi tempat menampung cerita teman dan kerabat, apalagi untuk masalah berat yang memang nggak bisa mereka ceritakan ke sembarang orang. 

Tapi disisi lain, saya merasa seperti tong sampah. 

Tong sampah biasanya diisi dengan sisa-sisa makanan, potongan barang yang nggak berguna lagi, atau benda-benda kotor yang sudah nggak bisa dibersihkan. 

Nah begitulah sekiranya perasaan saya. 

Karena ada beberapa orang yang datang kepada saya hanya untuk menceritakan masalah-masalahnya saja, keluhan-keluhannya, unek-uneknya. 

Bukan saya nggak mau, atau nggak senang. Karena di atas pun sudah saya tuliskan bahwa saya senang merasa dipercaya. 

Tapi ternyata saya ikut merasakan lelah secara emosional kalau setiap bertemu atau bersapa melalui aplikasi percakapan, yang diceritakan hanyalah masalah-masalahnya saja. 

Bukankah baiknya kita bertanya kabar dahulu? Menceritakan bagaimana kondisi keluarga kita? Atau berbicara tentang langit yang sedang cerah? Makanan enak apa yang sekarang sedang viral? Lagu apa yang sekarang sedang suka didengarkan?

Harusnya, baiknya, seperti itu. 

Sayangnya beberapa orang datang kepada saya langsung menumpahkan keluhannya, tanpa jeda. Jika saya alihkan pun, mereka kekeuh akan kembali kepada topik yang dibawa. 

Kadang saya merenung dan berpikir, apa iya hidupnya selalu ada masalah?

Maksud saya begini, saya pun juga ada masalah  tentang keluarga, finansial, pekerjaan, dan sebagainya. Namun diantara itu semua tentu ada hal-hal baik juga yang dirasakan. Sekalipun hal-hal sederhana.

Sesederhana beli jeruk yang manis di toko buah, anak yang sehat dan makannya lahap, nonton video lucu di Tiktok, atau nemu resto keluarga yang enak. 

Kenapa ya ada orang yang hanya mau menceritakan sisi nggak enak yang dia alami? Padahal energi itu menular. Saya tahu mereka ingin mengurangi energi negatif dan kesedihan karena masalah yang  dialami, tapi kalau nggak diimbangi dengan cerita baik, jadinya energi itu berpindah ke saya. 

Saya bukan psikolog, yang memang siap menerima siapa saja yang datang untuk mencurahkan cerita masalah-masalahnya. 

Saya juga tidak punya keilmuan dan mental seperti psikolog yang tahu bagaimana mengolah energi yang didapat dari orang yang menumpahkan unek-uneknya. 

Kadang saya sedih karena terpikir bahwa saya dipercaya, tapi bukan dianggap sahabat. 

Bukankah sahabat seharusnya juga berbagi cerita suka, dan bukan hanya cerita duka?

Seringkali saya menyarankan kepada mereka untuk ke psikolog, jalan-jalan, makan enak, atau staycation bersama orang mereka cintai. Tetapi selalu dibantah dengan alasan, merka yakin itu nggak akan menyelesaikan masalah.

Padahal dari kacamata saya, mereka selalu fokus pada masalah, hal-hal negatif, dan merasa hidup selalu berat ya karena memang terkungkung dengan rutinitas itu. 

Sebenarnya saya lebih senang kalau diajak jalan-jalan, ke cafe instagramable, atau ke klinik kecantikan bareng-bareng biar bisa cerita-cerita tapi sambil menyenangkan diri. Nggak perlu dibayarin, saya bisa bayar sendiri, bahkan saya setirin juga nggak apa-apa. 

Tapi kebanyakan orang seperti itu, nggak mau. Lagi-lagi katanya sedang fokus dengan masalahnya. 

*inhale*

*exhale*

Ya sudahlah.

Mungkin sudah saatnya membuat batasan. 

Untungnya nggak semua orang disekeliling saya seperti itu. 

Ada juga mereka yang kerap berkomunikasi dengan saya dan kita cerita banyak hal. Tentang harga cabai hari ini, tentang video viral, tentang artis yang lagi dekat dengan artis lain, tentang anak, dan masih banyak lagi. 

Pertemanan seperti itulah yang saya sukai. Isi ceritanya beragam warna, bukan hanya hitam dan abu-abu. 

Kalau kami bertemu, kami akan ke tempat makan yang enak, foto-foto cantik dan menikmati sajian lezat sambil bercerita tentang progress kehidupan masing-masing. 

Nah, lebih baik saya fokus menjaga silaturahmi dengan orang-orang yang seperti itu. 

Karena saya bukan tong sampah. 

*Ilustrasi : Canva


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top