Dewa Putu Sahadewa
Aku mendengar olok olok
Tentang cara mudah selamatkan kehidupan
Membuang teori usang tentang cinta dan perjuangan panjang
Cukuplah kita tengok meja makan siang
Olah kuliner sembarang
Toast anggur merah kadaluwarsa
Cipika cipiki sekadarnya
Dan bersepakat
Untuk tidak mufakat
Aku mendengar suara tawa
Dari balik kekawatiran tak terucap
Dari jurang dalam dan gelap harapan
Orang orang tua dengan mata yang tajam
Telah menyerah
Dibiarkan saja paruh gagak
Mencungkili tiap biji mata
Yang tergeletak di atas daftar menu!
Bayi bayi menangis darah…
Siapa yang telah kembali :
Menawarkan bisik mesra
Senyum tulus seharum bunga
Putik yang dicium embun sepanjang pagi
Melukisi sayap kupu kupu
Dengan tinta merah hati dan biru laut
Sebagian besar dari kami, tidak !
Satu dua ada
Tapi orang malas mencatatnya
Kami hanya penjarah penuh nafsu
Di atas karpet merah kurusetra
Seperti tayangan yang tayang ulang
Semua menjelma peran utama
Langit pun temaram sebelum senja
Semua bergegas menuju selimut mimpi
Untuk bergegas esok hari
Baku rampas cahaya matahari
Di ruang seminar kami mengokang
senapan
Sambil pamer busana sarjana
Aku limbung dan terasing
Membuatku ingin pulang
Pulang ke rumahku
Kampung puisi
Bali , Agustus 2014
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.