sumber gambar suarabaru.id |
Dalam masyarkat Jawa, pada setiap prosesi upacara pemakaman jenazah pria bujangan, atau perempuan gadis yang belum menikah senantiasa menyertakan sesaji (sajen) berupa Gagar Mayang. Gagar mayang, hadir sebagai simbol yang menyiratkan kesedihan, atau sebagai manifestasi dari rasa duka cita, atas meninggalnya anggota keluarga yang masih berstatus bujang atau gadis.
Gagar Mayang, dibuat dengan menggunakan bahan baku dari gedebog pisang (batang pisang), yang berfungsi untuk media menancapkan hiasan janur kuning dalam format melingkar pada bagian pangkal. Ini sepintas mirip pada pembuatan Kembar Mayang dalam sesaji upacara pengantin. Juga disertakan daun Beringin dan daun Andong. Pada pucuknya, ditancapkan hiasan keris-kerisan yang terbuat dari janur. Juga janur yang diukir sedemikian rupa, dan untuk tambahan hiasannya yang berjurai-jurai.
Gagar mayang sangat berbeda dengan Kembar Mayang, biasanya kembar mayang dibuat sepasang dan menjadi simbol yang mencerminkan suka cita kebahagiaan, pada pelaksanaan pesta pernikahan pengantin jawa.
Konon, menurut sejarahnya, Gagar Mayang dibuat cukup satu, bukan sepasang sebagaimana pada Kembar Mayang. Tradisi pembuatan sesaji Gagar Mayang ini, sebagai simbol adanya bujang atau gadis yang meninggal selagi belum pernah menikah.
sumber gambar psycomotive |
Kata Gagar dapat dipahami sebagai makna gagal. Mayang, merupakan istilah lain dari penyebutan tandan bunga jenis palma, yang belum mekar (masih dalam seludangnya). Gagar mayang menjadi simbol gagal mencapai fase pernikahan, karena lebih dulu dipanggil menghadap Sang Pencipta. Juga menandakan akhir perjalanan hidup seseorang, sebelum menggapai cita dan mencatatkan namanya di jenjang kehidupan berumahtangga.
Sampai saat ini, masyarakat Jawa terutama yang paham tradisi Kejawen, masih menyertakan sesaji Gagar Mayang pada prosesi upacara pemakaman anggota keluarganya, yang keburu meninggal selagi belum berumah tangga.
Prosesi upacara pemakaman dengan menyertakan kelengkapan sesaji Gagar Mayang. Semula, Gagar Mayang itu ditancapkan pada lubang bokor, dipajang dekat peti jenazah di rumah duka. Ketika jenazah dikubur, sesaji Gagar Mayang dicopot dari lubang bokor, untuk ganti ditancapkan di atas pusara kuburnya. Penancapan Gagar Mayang, dilakukan bersama dengan penancapan tanda sepasang patok kayu atau maejan dan payung kertas hias.
Bagaimana sobat mbudaya jawa, apakah di daerah kalian masih terdapat tradisi seperti di atas?
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.