Tahu, nggak, sih? Saat ini kita hidup dengan mengambil hak anak cucu di masa depan. Air yang tak lagi bersih, udara yang sering tidak layak hirup, keanekaragaman hayati yang semakin berkurang, dan bumi yang tak lagi nyaman akibat dampak perubahan iklim. Lantas, bumi seperti apa yang akan kita sisakan untuk anak cucu di masa depan nanti?”
Perubahan iklim bukan lagi menjadi isu bak dongeng yang tak akan pernah terjadi. Cuaca ekstrem, gagal panen, bencana alam, kelaparan, dan penyakit baru adalah dampak perubahan iklim yang masih belum disadari oleh sebagian besar orang.
Salah satu cara untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi dampak perubahan iklim adalah menerapkan green parenting. Pola parenting yang sebenarnya sudah jadi warisan leluhur ini menekankan cara hidup berdampingan dengan alam.
Bagaimana peran green parenting warisan leluhur untuk aksi lawan perubahan iklim lewat generasi muda?
Aktivitas Manusia, Akselerator Perubahan Iklim
Seorang balita dari negeri tetangga meninggal akibat heat stroke karena cuaca ekstrem yang sangat panas. Saat dibawa ke rumah sakit, balita itu sudah dehidrasi berat dan paru-parunya menciut.”
Berita dari negara tetangga tersebut membuat saya dan semua orang syok. Rupanya, dampak perubahan iklim sudah mulai menunjukkan taringnya.
Perubahan iklim adalah perubahan suhu dan pola cuaca bumi dalam jangka panjang (UN, 2009). Proses perubahan iklim sebenarnya bersifat alami, jadi pasti akan terjadi, dan terus berproses sejak dulu.
Namun, aktivitas manusia sejak era 1800 hingga sekarang menghasilkan emisi gas karbon. Jika kapasitas hutan dan laut untuk menyerap karbon telah melampaui batas, gas karbon akan terperangkap di atmosfer bumi, dan menyebabkan pemanasan global.
Tentu saja pemanasan global ini berdampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Misalnya cuaca ekstrem, kemarau panjang, gagal panen, munculnya wabah penyakit baru, bencana alam, hingga kematian. Cukup mengerikan, bukan?
Urgensi Mempersiapkan Generasi Muda untuk Lawan Perubahan Iklim dengan Green Parenting
Dampak perubahan iklim yang semakin nyata, menyebabkan urgensi pendidikan perubahan iklim kepada generasi muda. Lewat pendidikan, kita bisa mengajarkan mereka untuk bisa bertahan di masa depan.
Anak Adalah Kelompok Paling Rentan dengan Dampak Perubahan Iklim
Banyak penelitian menyebutkan bahwa anak-anak termasuk kelompok yang rentan terhadap dampak perubahan iklim (Latifa, 2013). Krisis pangan akibat perubahan iklim meningkatkan angka malnutrisi pada anak-anak.
Sementara itu, krisis air bersih menyebabkan anak setiap tahunnya meninggal karena penyakit diare. Bahkan, baru-baru ini seorang balita di negara tetangga juga meninggal akibat heat stroke.
Bumi di Masa Depan Terancam Rusak
Berdasarkan data dari laman resmi Global Footprint Network (2023). Sejak tahun 2014 Indonesia mulai mengalami defisit ekologi, hingga saat ini mencapai 42%. Artinya sejak tahun 2014-2023, kita hidup dengan mengambil jatah kekayaan alam untuk anak cucu di masa depan.
Miris banget, ya? Hal inilah yang jadi urgensi mempersiapkan generasi muda sejak dini untuk melek pendidikan lingkungan dan perubahan iklim. Salah satu caranya bisa dengan menggunakan pengasuhan ramah lingkungan atau green parenting.
Terapkan Green Parenting Warisan Leluhur untuk Aksi Lawan Perubahan Iklim
Belajar dari leluhur saya di desa, mereka selalu mengajarkan untuk menjaga alam sebagai bentuk warisan kepada anak cucu di masa depan. Beberapa ajaran green parenting warisan leluhur yang bisa diterapkan sebagai bekal cinta untuk aksi lawan perubahan iklim adalah sebagai berikut:
1. Habiskan Makanan
Pertama adalah ajaran untuk selalu menghabiskan makanan. Simple, tapi dampaknya sangat besar bagi lingkungan. Kenapa? Sebab, saat ini sampah dari food waste (sampah makanan) Indonesia jadi terbesar di ASEAN (Food Waste Index 2021).
Sampah makanan ini bisa menghasilkan gas metana dan karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan global. Oleh karena itu, sejak kecil orang tua harus mengajarkan anak untuk menghabiskan makanan. Kalau tidak habis, bisa ajarkan anak untuk mengolah sisa makanan menjadi kompos atau eco enzyme.
2. Mainan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
“Mbah, ayo dolanan pasaran,” rengekku saat itu kepada Nenek.
Di masa kecil saat saya hidup di desa, Nenek hampir tak pernah membelikan mainan. Beliau selalu membuatkan mainan yang diambil dari alam sekitar. Kadang dedaunan, sayuran, buah, atau bunga.
Soal sampah sisa mainan akan langsung dikubur di tanah kebun, sehingga otomatis akan menjadi kompos. Kalau pun saya dibelikan mainan, Nenek sangat menjaga mainan itu hingga bisa diturunkan untuk generasi selanjutnya (berkelanjutan).
3. Belajar dari Alam
Sedini mungkin, ajak anak untuk dekat dengan alam. Berikan kegiatan bermain yang menyenangkan di alam. Bisa dimulai dengan kegiatan nature walk, mengenal hewan, tumbuhan, dll. Bisa juga asah skill bertahan hidup lewat mencari buah, jamur, atau sayur yang bisa dimakan, dan memancing.
4. Mengolah Sampah Dapur
Mulai dari generasi buyut ke belakang, hingga generasi Ibu dulu selalu mengolah sampah organik dapur menjadi kompos dengan cara ditimbun di kebun belakang. Kalau sekarang lebih dikenal dengan teknik mengompos biopori.
Hasilnya tanah kebun belakang sangat subur hingga saat ini. Tinggal lempar biji buah atau sayur, sudah tumbuh sendiri dengan subur.
5. Makan Hasil Kebun dan Ternak
Saat tinggal di desa, keluarga Ibu hampir tidak pernah membeli bahan makanan. Sayuran, buah, ikan, ayam, dan lele tinggal ambil dari hasil tani dan ternak. Jadi, penting untuk mengajarkan anak berkebun yang hasilnya minimal bisa mengisi perut.
6. Berbagi ke Alam
Terakhir, leluhur saya juga selalu mengajarkan untuk berbagi ke alam dengan cara merawatnya. Kalau di era digital seperti saat ini, bisa juga lewat Donasi yang mendukung aksi lawan perubahan iklim seperti Greeneration Foundation. Terlebih untuk masyarakat perkotaan yang jarang interaksi dengan alam.
Jadi, kita bisa berbagi dengan alam lewat program donasi Green Fund Digital Philanthropy (GFDP) dari Greeneration Foundation. Bisa donasi sekali atau rutin bulanan mulai dari Rp10000 saja.
Caranya juga gampang banget, tinggal ikuti langkah yang saya rangkum lewat infografis berikut ini. Tinggal sat set wat wet, dan kita sudah ikut dalam aksi lawan perubahan iklim bersama anak.
Penutup: Green Parenting, Investasi Pendidikan untuk Lawan Perubahan Iklim
Kamu bagian dari solusi, bukan polusi.”
Dampak perubahan iklim kian nyata terlihat, bumi semakin rusak, dan anak-anak adalah kelompok paling rentan terdampak perubahan iklim. Salah satu cara untuk melawan perubahan iklim adalah menerapkan green parenting warisan leluhur Indonesia.
Selain itu, didukung dengan donasi lewat Greeneration Foundation untuk bantu berbagai aksi lawan perubahan iklim yang menyeluruh. Kalau bukan kita siapa lagi yang jadi bagian dari solusi menyelamatkan bumi untuk generasi masa depan?
Referensi
- Latifa, Ade. 2013. STRATEGI BERTAHAN HIDUP PEREMPUAN DALAM MENGHADAPI
- DAMPAK PERUBAHAN IKLIM. Jurnal Kependudukan Indonesia Vol. 8 No.1 Tahun 2013 (ISSN 1907-2902)
- National Footprint and Biocapacity Accounts 2022 edition (Data Year 2018); GDP, World Development Indicators, The World Bank 2020; Population, U.N. Food and Agriculture Organization.
- United Nations. (2009). Apa itu Perubahan Iklim? https://indonesia.un.org/id/172909-apa-itu-perubahan-iklim
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.