Pemerintah resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada Sabtu (3/4). BBM jenis Pertalite naik +30,7% dari 7.650 rupiah per liter menjadi 10.000 rupiah per liter. Sementara itu, harga solar naik +32% dari 5.150 rupiah per liter menjadi 6.800 rupiah per liter.
Harga BBM jenis Pertamax juga naik +16% dari 12.500 rupiah per liter menjadi 14.500 rupiah per liter. Pertamax sebenarnya termasuk non-subsidi, tetapi pemerintah menjelaskan bahwa BBM jenis tersebut juga mendapat subsidi.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyebut bahwa kenaikan BBM bersubsidi diambil untuk memperkecil subsidi dan kompensasi di sektor energi. Saat ini, pemerintah telah mengeluarkan subsidi dan kompensasi sektor energi sebesar 502,4 triliun rupiah, jauh lebih tinggi daripada anggaran awal sebesar 152,5 triliun rupiah.
Meski pemerintah telah menaikkan harga BBM, anggaran subsidi energi diproyeksikan tetap membengkak menjadi 650 triliun rupiah. Adapun jika BBM tidak dinaikkan, subsidi energi diperkirakan mencapai 698 triliun rupiah.
Sementara itu, beberapa harga BBM non-subsidi mengalami penurunan pada awal bulan ini. Harga Pertamax Turbo turun dari 17.900 rupiah per liter menjadi 15.900 rupiah per liter, Dexlite turun dari 17.800 rupiah per liter menjadi 17.100 rupiah per liter, dan Pertamina Dex turun dari 18.900 rupiah per liter menjadi 17.400 rupiah per liter.
Menurut laporan Tempo, penurunan harga BBM non-subsidi disebabkan oleh tren harga minyak dunia yang juga menurun.
Rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi telah santer terdengar dalam beberapa pekan terakhir. Pada pekan lalu, pemerintah mengumumkan bantuan sosial (bansos) senilai 24,17 triliun rupiah ke masyarakat sebagai pengalihan subsidi BBM.
Penyesuaian harga BBM akan mendorong kenaikan biaya produksi serta harga barang dan jasa, yang kemudian memicu inflasi. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, memperkirakan kenaikan harga solar akan mempengaruhi biaya logistik dan harga produk sekitar 10-15 persen.
Kementerian Keuangan memperkirakan inflasi pada akhir 2022 dapat mencapai 6,6%-6,8%, melampaui target Bank Indonesia di 2%-4%. Hal ini berpotensi menggerus daya beli masyarakat, terutama jika kenaikan tingkat pendapatan tidak dapat mengimbangi tingkat inflasi.
Tingginya inflasi juga dapat mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Ekonom Bank Mandiri, Faisal Rachman, memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga menjadi 4,75% pada 2022 dan kenaikan dapat berlanjut pada 2023.
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.