dalam Tubuhmu
Utama, Jakarta.
Perwana
Sepilihan puisi Ilda Karwayu dalam Binatang Kesepian dalam Tubuhmu
yang kulakukan saat sendirian
apa ya?
pernah mengurai benang kusut
dalam tubuhmu?
bukan, itu bukan urat nati. ia
semacam mimpi
dan dugaan-dugaan dari luar
tubuh. hidup dan
berkelindan. tersangkut di
tenggorokan dan paru-paru
pernah?
aku sedang mencobanya. mencari
pangkal, kutemukan
namaku dieja pertama kali oleh
ayah. suara tangis sibuk
menggedor-gedor telinga setiap
orang yang ada di sana
sudah?
2019
binatang kesepian dalam tubuhmu
binatang kesepian dalam tubuhmu
bukan serigala
bagai anak unggas menetas dari
telur
bunga telang merambat ke luar
tubuh
berapa lama lagi air liurmu ampuh
merekatkan tubuh yang telah
retak?
tiada yang sanggup membuka-
buka catatan takdir.
pun malaikat tampak pura-pura
sibuk kehilangan pena
2019
terjebak hujan di dalam rumah
kita terjebak hujan di dalam
rumah. kamu
boleh beku seperti tahu yang lupa
dipindahkan
dari bilik lemari pendingin
paling atas. anak-anak
akan memandanginya dengan mata
berbinar-binar
hati mereka bertaburan tanda
tanya. sebentar,
aku harus mengukur kedalaman
tatapanmu
jangan sampai anak-anak terkena
demam
membuatku sibuk memeras handuk
dalam baskom penuh alasan
kamu boleh beku seperti lidahku
yang
urung mengucap pisah. bising
blender
menelan sumpah serapah
hujan masih mengurung kita
sampai jamur-jamur menyeruak
dari dalam serat sepatu
2019
di ambang kisah
seprai bermotif air mata ini
membuatku tak nyenyak tidur
ruang tak lagi ramai oleh suara
manusia. digantikan nada
notifikasi dari telepon genggam
2019
di sekolah
yang nampak hanya gelembung
katakata
kusutnya makna tak terurai sejak
dulu
yang kembali hanya selembar
cetakan angka
dari buihbuih sesal sepanjang
laut biru
2018
berbelanja ke toko ingatan
aku mengenal plastik cokelat mete
sebagai pembungkus remah cerita
pada usia empat. lima, berganti
selera
enam kutandai dengan permen karamel
penunjuk arah
ke toko ingatan
2018
di bitera
/1/
kali pertama menatap perempuan
berkulit tan
mandi bunga. kelopak mawar
selebar hati ayam
sibuk berbagi aroma di sana-sini
/2/
kali pertama menyapa hujan dengan
air mata
toko di sebrang jalan menjanjikan
pelangi
dalam sekotak krayon duabelas
warna
2018
perempuan penyair
di belakangku, bayangan
menyanggul tunas gagasan
dara harus sudi menyasak
apa-apa yang tumbuh di kepala
di hadapanku, remang ruang pengap
jadi surga. segelas sajak rutin
direguk
sisanya di tepi bibir, jadi
bualan untuk
dapatkan lelaki. satu. teman
duduk
meracik sajak
2019
suatu hari ingatanku menangis
suatu hari
ingatanku menangis karena
lelah terikat oleh tali tradisi
ia merah dan berkeringat
kupikir, karena aku sibuk mengetuk
pintu masa depan
bagai balon berisi nitrogen
ia mencoba terbang
2018
pulang ke ruang puisi
kau pulang ke ruang puisi
merapikan timbunan nasihat
menyapu remahremah keluhan
kau lihat jarum-jarum jam sibuk
sendiri
meneriaki angkaangka tanpa henti
seperti masa orientasi siswa
sejak fajar hingga senja
dan, tatapanmu patah
oleh cahaya kerlapkerlip
dari sudut tanya. setiap tanya
2018
kepada mereka yang telah hilang
aroma kembang petai cina terbang
ke jendela
musim mengenang yang-telah-hilang
dimulai pagi ini
izinkan aku tidur seharian
2019
Mary Sibley
benar
tubuhmu anak-anak kelinci
apakah ia peduli pada bulu-bulu?
ia bertanya kepada dirinya yang
berbaring di atas ranjang. tempat
tumpahnya darah rukiat dan tiada
dering telepon dari masa depan
benar
tubuhmu serigala mati
2019
kapsul waktu
serpihan pasir hitam dorong
mendorong
botol air mineral usang. ke
permukaan
semangkuk bakso kampung
sepuluhribu
menjadi pembuka kapsul waktu
setiap lembar kertas dalam botol,
melipat
aroma gadis remaja – campuran
keringat
dan
bedak tabur
2018
kepulangan
asap panen padi
mengaburkan sinar lampu jalan
tangis bocah dalam tubuh dewasa
dibekap bentakan ibunya
2019
Tentang Ilda
Karwayu
Ilda Karwayu, tinggal di Terong Tawah, Lombok Barat. Menulis
puisi, cerita pendek, dan esai. Aktif berkegiatan di Komunitas Akarpohon
Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mengajar Bahasa Inggris dan BIPA di
Mataram Lingua Franca Institute. Buku puisinya Eulogi (2018).
Catatan Lain
ada petikan puisi binatan kesepian dalam tubuhmu dan tulisan Mario F. Lawi,
yang berbunyi seperti ini: “ Tubuh adalah objek utama dalam buku ini, terutama
dalam bentuk metafora dan metonimia. Metafora: karena bisa merujuk ke berbagai
hal lain dalam berbagai situasi. Metonimia: karena banyak elemen dalam buku ini
dapat diasosiasikan dengan tubuh tanpa perlu tampak begitu jasmaniah. Tubuh
bisa jadi penerima atau pelaku, bahkan aktif-reaktif di dalam puisi yang sama.
Dalam situasi wabah kita mungkin mudah membayangkan tubuh personal ternyata
punya ikatan global, tetapi puisi-puisi, seperti yang ada di dalam buku ini,
sudah menunjukkan keterkaitan seperti itu jauh sebelum wabah menyadarkan kita.
Seperti itulah semestinya karya sastra ditulis, melampaui waktu dan situasi.” Begitu.
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.