Arsitek Jepang

Kisho Kurokawa: Desain Konsep Simbiosis Rumah Suku Badui


Kisho Kurokawa adalah tokoh arsitek jepang yang dikenal
dengan filosofi arsitektur ‘simbiosis’. Proyek rumah untuk suku Badui Al-Sarir di Libya merupakan
salah satu kesempatan dimana Kisho dapat menerapkan filosofinya tersebut ke dalam
desain. 
Proyek ini dimulai ketika Kisho diundang seorang petinggi negara
untuk melihat perumahan yang baru-baru itu telah dibangun dengan menugasi
seorang arsitek Amerika. Namun perumahan itu dinilai tidak berhasil baik. Dari kunjungan
itu kisho mendapati pemandangan aneh deretan perumahan beton dua lantai
bergaya Amerika, berdiri di tengah suasana gurun pasir Arab dimana setiap unit rumah
dilengkapi dengan AC dan garasi.

Permasalahan

Kisho melihat orang badui tidak
menempati unit tersebut. Mereka meletakkan tenda tempat mereka tinggal di
sebelah perumahan dan meletakkan ternak dan persediaan makanan di dalam unit bangunan. AC yang dipasang di gurun dengan suhu empat
puluh derajat celcius tidak akan memberikan pengaruh dan malah akan rusak. Ketika rusak, perbaikan
akan memerlukan waktu setidaknya sebulan. Sementara, setiap saat kotak beton
unit hunian tersebut adalah ‘oven’ dimana panas yang diserap seharian tidak
akan hilang meskipun malam sudah dingin sehingga tetap memanggang orang di
dalamnya. Oleh karena itu orang Badui lebih memilih tinggal di tenda dan membiarkan
unit hunian bergaya California tersebut diisi oleh ternak dan persediaan
makanan mereka.

Pendekatan

Ketika melihat tenda orang Badui, dia melihat betapa
serasinya mereka tinggal di gurun. Ketika temperatur permukaan gurun meningkat
atau turun secara ekstrim, hampir tidak ada perbedaan temperatur di bawah
permukaan tanah. Ketika udara panas naik empat puluh derajat celcius di siang
hari, temperatur hanya dua puluh derajat di level tiga meter di bawah permukaan tanah. Ketika
udara dingin di malam hari pun masih tetap dua puluh derajat di kedalaman tiga
meter di bawah permukaan tanah. 
Di malam hari orang badui tidur di atas kulit dan pelepah
yang diletakkan di tanah. Siang hari, ketika mereka duduk berteduh di tenda
mereka, hembusan udara dingin naik dari bawah. Pada malam hari, kehangatan
tanah melindungi mereka dari udara malam yang dingin. Orang badui telah mengeksploitasi pengalaman mereka selama berabad-abad untuk mendapatkan
kehidupan yang paling nyaman di lingkungan mereka. Dan untuk para
expert padang pasir seperti mereka, si arsitek Amerika justru menawarkan perumahan suburban bergaya California.

Desain self-building


Hal pertama yang dilakukan Kisho adalah mengembangkan material bata pasir. Suku Badui telah membuat bata dari lumpur kering yang dijemur, namun tidak cocok untuk hunian yang permanen. Setelah melalui riset kerjasama dengan pusat penelitian ilmiah inggris selama 3 tahun, mereka berhasil mengembangkan proses pembuatan bata berbahan pasir yang kuat dan dapat bertahan hingga beberapa dekade. Idenya, hunian tersebut dapat dibangun secara mandiri oleh pemiliknya dengan menggunakan bata pasir.



Hal yang paling sulit dikerjakan oleh tukang amatir adalah atap, jaringan listrik dan saluran pipa. Khususnya atap kurva bata akan sulit dibangun. Untuk itu atap dibuat tipis dengan material prefabrikasi yang dapat dipasang dan dibaut pada atap rumah. Metode sederhana dikembangkan untuk membuat atap, yakni dengan galian lobang pada pasir yang menjadi sebuah cetakan, di dalamnya dituangkan campuran beton dan fiberglas.



Untuk masalah pemipaan, suatu unit dinding ganda dibuat sebagai saluran servis untuk menempatkan pipa dan perkabelan sehingga perawatannya lebih sederhana. Orang-orang yang membangun hanya perlu menempatkan dapur dan kamar mandi disamping dinding ini, selain itu mereka bebas untuk membangun model rumah yang disenangi. Tidak seperti proyek perumahan umum, setiap rumah dari kamunitas ini dapat memiliki desain dan tata ruang yang diinginkan pemilik dan dapat berbeda dengan tetangganya.


Hasil percobaan untuk membangun/memasang sebuah rumah yang melibatkan tukang amatir membutuhkan waktu tiga minggu. Meskipun pembangunan belum sempurna tanpa finishing, rumah tersebut dapat dibangun seluruhnya oleh para amatir dengan benar.

Rumah-rumah yang didesain Kisho memiliki satu bagian yang menonjol, yakni menara angin. Menara angin ini seperti cerobong dengan ketinggian lima belas meter. Ketika angin menghembus ke atas menara, udara hangat di dalam rumah dihisap dan radiasi udara dingin dari lantai ditarik ke atas untuk mendinginkan ruang dalam. Desain ini mengekploitasi pola gerakan udara alami di padang pasir, yang mana orang Badui telah memanfaatkannya dengan sangat baik pada tenda mereka.
Dari Dogma Modernisme Menuju Filosofi Simbiosis

Ketika Kisho bertemu dengan arsitek amerika yang mendesain
sebelumnya, dia bertanya mengapa dia mendesain bangunan yang tidak dapat
ditinggali. Si arsitek menjawab bahwa dia 
dari awal telah mengira orang Badui tidak
dapat tinggal di rumah tersebut, namun pada akhirnya orang-orang negara
berkembang seperti orang Badui harus mengganti unta mereka dengan mobil dan
tenda mereka dengan rumah seperti kehidupan modern. Karena itu sangat penting
untuk mengajarkan mereka secepat mungkin, dan melatih mereka hidup dalam
perumahan tersebut adalah satu langkah untuk mencapai tujuan itu. 
Kisho menilai pandangan ini adalah dogma dari modernisme yahg berdasarkan nilai barat. Menurut pemikiran ini fungsionalisme dan teknologi
yang diciptakan masyarakat industri eropa telah meningkatkan kualitas hidup
manusia, dan lambat laun akan menyebar ke seluruh bumi. Semua budaya baik china dan
asia lainnya atau negara-negara berbudaya islam berada di bawah panji peradaban
barat.

Namun kenyataannya hidup manusia lebih kaya jika setiap wilayah
memilki identitas dan budaya sendiri yang cocok dengan orangnya, iklim, kondisi wilayah dan sejarahnya. Negara-negara dan orang yang berbeda harus
saling mengenali perbedaan mereka, kemudian mencari jalan bekerjasama untuk
saling menstimulasi. Seperti pada kasus k
omunitas di Sarir
merupakan pertemuan antara orang  negara industri dengan teknologi maju
terbaru dengan budaya gurun dari arab. Keilmuan dari barat yang memiliki teknologi
maju memungkinkan dibuatnya bata dari pasir muncul sebagai simbiosis dengan
kearifan lokal gurun pasir.




Diterjemahkan oleh: Arsitekemarinsore


Sumber:
Kisho kurokawa- each one a hero-the philosophy of symbiosis, chapter 7

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top