Iranian Women |
Dari Bandara Imam khomeini menuju Tehran hanya ada taksi tidak ada airport bus,saya sebenarnya mau cari-cari turis lain untuk sharing taksi karena harganya yang lumayan jika ditanggung sendiri.Akhirnya saya nyerah nggak ada turis satupun ,saya ditawari taksi oleh orang lokal dengan harga yang sama dengan taksi resmi.Harga taksi resmi 750.000 riyal atau 20 usd ,saya tawar 500.000 riyal eh dikasih.Ternyata supir taksi tersebut mencari satu penumpang lagi yaitu saya ,karena sepertinya dia sudah dapat 2 penumpang lokal,okelah saya nggak masalahin karena kedua orang lokal itupun tujuannya sama .
Di sini saya agak kesel,dan nggak mau nambah lagi.
“750 ribu riyal kan untuk satu mobil pak,sedangkan tadi ada 3 penumpang loh”
“menang banyak loh pak”
Sang supir masih ngoceh aja ,bilang bahwa hotel saya letaknya lumayan jauh ,padahal cuma 5 km dari tempat menurunkan penumpang sebelumnya.
Saya masih kekeuh aja nggak mau bayar lebih,sampai akhirnya keluarlah kata-kata andalan bahwa jangan malu-maluin muslim,muslim yang baik nggak boleh berbuat curang,dan saya bilang negara Iran dikenal dengan orangnya yang baik-baik dan ramah-ramah.Agak lebay sih saya hahaha ,udah bete duluan kali yak, apalagi lagi capek-capeknya dan ngantuk-ngantuknya setelah menunggu pagi di bandara.Sang supir nggak mengiyakan hanya diam aja mukanya nggak enak diliat deh,
sampai akhirnya saya gertak,
“Ya udah deh pak,saya turun disini aja ,saya hanya mau bayar 500 ribu riyal,gimana”
“Turunin aja saya disini”
Feeling saya hotel saya udah deket ,karena saya lihat jalur busway nya Tehran disamping jalan yang pastinya bisa tersambung dengan halte busway terdekat dengan hotel saya.Memang patokan hotel saya paling dekat halte busway sabalan di Damavand avenue.
Iranian |
Ternyata sang supirpun nggak tau dimana Halte Sabalan sambil tanya-tanya orang akhirnya sampai juga .Saya diturunkan persis di samping halte sabalan setelah membayar dengan harga awal.
Untuk menuju hostel saya harus jalan lagi karena letaknya tidak persis dipinggir jalan utama,seperti biasa ketika turun dari kendaraan biasanya saya disorientasi arah apalagi tempat yang baru.Sambil memegang kertas yang berisi alamat dalam tulisan farsi saya mencari orang yang kira-kira bisa ditanya .Karena otak saya sudah terdoktrin kalau orang-orang Iran ramah walaupun barusan saja mengalami kejadian yang nggak mengenakkan dengan supir taksi,saya menghampiri seorang ibu-ibu yang sedang menggendong anak tak lupa diawali senyuman.
“Excuse me” kata saya
Belum sempat saya menyodorkan kertas ,ibu tersebut langsung memandang aneh saya dan tampak ketakutan sambil misuh-misuh dengan bahasa farsi tentunya,nah lho.
Hari pertama aja saya sudah badmood ,mana nih katanya orang-orang iran ramah-ramah,gumam saya dalam hati.Klimaks badmood di-hari pertama yaitu ketika saya tiba di hostel jam 10 pagi dan belum diperkenankan masuk ke dorm padahal saya lihat beberapa bed yang kosong.Badan rasanya udah remuk redam pengen selonjoran,mbok ya diijinin masuk kamar kek ,memang sih peraturan baku sebuah penginapan adalah boleh check-in pada jam tertentu tapi kan orang Iran …..ah..sudahlah *tetep protes*
Entahlah,selama 12 hari di Iran saya nggak merasakan keramahan dan kehangatan orang-orang Iran yang super,semuanya datar-datar aja.Nggak pernah digangguin sih dan aman-aman aja,ramah tapi nggak spekatakuler ramahnya. Sama seperti ketika saya traveling ke negara lain.Malah saya pernah di “getok” harga ketika makan di sebuah restoran dan petugas hostel saya di Tehran me-mark-up harga yang tadinya 10 usd menjadi 10 euro dalam bentuk riyal.Mungkin hanya oknum aja kali yah.
Salah satu buku yang saya baca tentang Iran adalah Pelangi di Persia karya mbak Dina sulaeman,bukunya saya suka ,mengisahkan tentang kehidupan beliau dan keluarganya ketika tinggal di Iran selama bertahun-tahun.Di salah satu bab buku tersebut beliau menceritakan bahwa mbak dina sering disangka pengungsi Afganistan karena wajahnya yang mirip.Dan sering dibuat kesal karena perlakuan beberapa orang lokal yang nggak senang akan kehadiran pengungsi dari Afganistan.
Saya menarik kesimpulan ,mungkin saja sikap orang-orang Iran begitu yang mengira saya adalah orang lokal atau pengungsi Afganistan, jadi perlakuannya ya biasa saja nggak spesial seperti menyambut tamu.Soalnya saya pernah beberapa kali disangka orang Afganistan,pernah diajak ngobrol oleh anak muda Afgan yang bilang wajah saya mirip afgani ,juga pernah ditegur ibu-ibu ditengah jalan yang bertanya Afgani..afgani.bla bla bla.
Dan memang ketika saya mengunjungi sebuah mouseleum di Tehran banyak orang berwajah dan berwarna kulit seperti saya dan ketika saya tanya sama orang lokal mereka adalah Iranian yang tinggal di provinsi Baluchistan (provinsi yang beersebelahan dengan Afganistan) atau orang-orang Afganistan itu sendiri.
Selama jalan-jalan di 4 kota iran yaitu Tehran,Yazd,Isfahan dan Shiraz nyaris nggak ada yang menegur saya kalau saya orang asing,atau ngeliatin saya dalam-dalam dari ujung kaki sampai kepala.Seperti yang sering saya alami ketika traveling di luar negara-negara Asia Tenggara.Eh…ada sih bapak-bapak yang menegur saya dengan ramah ketika saya sedang jalan-jalan di kota Yazd.Menegurnya pun bikin saya kaget,pake bilang “Apa kabar?”,ternyata bapak-bapak itu adalah tour guide yang pernah tinggal di Malaysia,oalah…Pantesan !
*pssttt saya masih mau balik lagi kok ke Iran !
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.