Indonesia
memiliki luas perkebunan kelapa sawit yang cukup signifikan. Data dari Badan
Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, di tahun 2020 saja tercatat seluas 14.858,30
hektare kelapa sawit yang tersebar di 26 provinsi. Angka ini jauh mengungguli
tanaman perkebunan lainnya seperti kelapa, kopi, karet hingga kakao.
Dalam
tinjauan aspek lingkungan tentunya jumlah yang tinggi ini memiliki rasio
perbandingan yang tinggi pula dengan risiko pencemaran lingkungan.
Namun,
secara ekonomi keberadaan tanaman kelapa sawit memiliki potensi ekonomi
sekunder selain manfaat utamanya sebagai penghasil minyak. Artinya, memiliki
kebun kelapa sawit bagi masyarakat juga memiliki peluang untuk mengembangkan potensi
ekonomi lainnya, tidak sebatas pada penjualan TBS dan CPO sebagaimana biasanya.
Pengembangan
aspek ekonomi skunder pada perkebunan kelapa sawit tersebut semakin
meningkatkan potensi kebermanfaatannya. Kajian pada efek negatif lingkungan
mungkin ada, tetapi fungsi kebermanfaatannya yang nyata juga terlihat di
masyarakat.
Kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan semua bagian dari tanaman
sawit akan menjadi faktor meningkatnya nilai ekonomi perkebunan kelapa sawit.
Perkebunan Kelapa Sawit dan
Kreativitas Ekonomi Masyarakat
Perkebunan
kelapa sawit dengan potensi penghasilan dari penjualan CPO dengan nilai yang
cukup tinggi sejatinya tidak membuat kreativitas masyarakat pudar. Sama halnya
dengan pohon kelapa biasa, masyarakat pun bisa memanfaatkan satu batang kelapa
sawit untuk berbagai kreativitas dan kebermanfaatan secara ekonomi. Mulai dari
batang, lidi, pelepah, dan lainnya.
Ditambah
lagi kondisi harga sawit yang kadang tidak stabil.Masyarakat perlu memanfaatkan
dan memberdayakan sawit dari berbagai aspek. Kemampuan masyarakat untuk
menemukan potensi-potensi lain dari tanaman tersebut akan semakin menumbuhkan
kekuatan ekonomi petani.
Selain
itu, dengan adanya pemanfaatan yang lebih luas juga akan mampu menjawab masalah
lingkungan yang selama ini menjadi persoalan krusial yang dituduhkan pada
kelapa sawit.
Jadi
setidaknya ada beberapa manfaat jika masyarakat mengembangkan kreativitas
ekonomi sekunder dari tanaman sawit, antara lain:
· Menjaga perekonomian masyarakat petani pada
saat harga kelapa sawit tidak stabil atau rendah.
·
Meminimalisir dampat negatif pencemaran
lingkungan yang ada.
·
Solusi ekonomi bagi petani pada saat perkebunan
mengalami replanting.
· Meningkatkan kreativitas masyarakat agar
berpikir aspek ekonomi lainnya dari tanaman sawit, tidak semata-mata pada hasil
CPO yang ada.
Bentuk-Bentuk Kreativitas Ekonomi
Sekunder Perkebunan Kelapa Sawit
Kondisi
ekonomi yang sulit terkadang menuntut orang berpikir kreatif melakukan banyak
hal. Namun, bagi orang yang kreatif, kreativitas bisa tumbu setiap saat.
Walaupun penghasilan petani sawit relatif besar, beberapa daerah telah berhasil
mengembangkan aspek ekonomi sekunder perkebunan kelapa sawit. Apa saja? Berikut
ini beberapa hal yang bisa menjadi contoh untuk daerah-daerah lainnya di
Indonesia.
1. Kreativitas Keranjang Bambu Cantik
Kreativitas
yang pertama bisa dilakukan adalah dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit
berupa limbah lidi yang biasanya hanya dibuang begitu saja. Di daerah Desa
Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Toba, Sumatra Utara misalnya, masyarakat membuat
kerajinan berupa keranjang, piring-piring cantik yang terbuat dari lidi sawit.
Semula
pelepah sawit dan lidinya hanya menjadi limbah semata, lalu dibuang dan
dibakar. Namun, dengan adanya kreativitas tersebut menimbulkan berkurangnya
limbah sekaligus menjadi pemasukan lain bagi warga petani.
Hal
serupa juga terjadi di daerah Kecamatan Lubuk Batu Jaya, Kabupaten Indragiri
Hulu, Riau. Masyarakat memanfaatkan lidi limbah sawit untuk anyaman piring yang
tampak memiliki seni. Selanjutnya piring-piring tersebut divarnish sehingga
menghasilkan bentuk yang lebih cantik.
2. Pembuatan Gula Merah dari Nira Kelapa
Sawit
Potensi
lain untuk pengelolaan limbah kelapa sawit adalah pembuatan gula merah aren
dari nira yang ada di batang kelapa sawit. Potensi ekonomi ini biasanya
dikembangkan di daerah yang sedang mengalami peremajaan tanaman atau replanting.
Tanaman
sawit yang sudah berusia 25 tahun biasanya akan ditumbang dan diganti dengan
tanaman baru karena produktivitasnya yang sudah menurun. Pada kondisi tersebut
akan banyak batang-batang sawit hasil penumbangan yang akan menjadi limbah.
Para
petani sawit di daerah Mukomuko, Provinsi Bengkulu telah berhasil melakukan
produksi gula merah menggunakan nira yang ada di batang kelapa sawit. Batang
yang sudah ditumbang dan dipotong bagian tengahnya ternyata memiliki nira yang
bisa ditampung dan dimasak menjadi gula aren.
Hal
serupa juga dilakukan oleh para petani sawit di Aceh dan Sumatra Utara.
Daerah-daerah perkebunan yang sedang mengalami peremajaan tanaman sangat
berpotensi mengembangkan kreativitas ekonomi tersebut. Pada saat CPO tidak bisa
dihasilkan karena tanaman baru tumbuh, masyarakat tetap memiliki potensi
ekonomi lainnya.
3. Pemanfaatan Tankos sebagai Pupuk
Kompos
Tankos
atau Tandan Kosong kelapa sawit merupakan bagian dari limbah tanaman yang
memiliki nilai ekonomis. Bagian tanaman sawit tersebut memiliki kandungan unsur
hara berupa N, P, K, dan Mg yang cukup tinggi. Cacahan tankos tersebut bisa
diolah menjadi kompos melalui proses dekomposisi. Pembuatan kompos tankos
secara alami cukup lama, yakni menghabiskan waktu 6 hingga 12 bulan.
Namun,
saat ini sudah dikembangkan dekomposer tankos secara khusus untuk mempercepat
pembentukan popon kompos yang dihasilkan.
Peran Pemerintah dan Pihak Terkait
untuk Pengembangan Ekonomi Sekunder Kelapa Sawit
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan tanaman sawit memiliki potensi-potensi ekonomi
lain yang sangat mungkin dikembangkan oleh masyarakat. Ditambah lagi saat ini
limbah B3 kelapa sawit ini sudah keluar dari daftar limbah berbahaya karena
kandungan minyaknya di bawah 3%.
Namun,
kreativitas masyarakat saja tidak cukup. Keterbatasan teknologi, pengetahuan,
kemampuan pemasaran, dan sebagainya menyebabkan masyarakat harus mendapat
dukungan sepenuhnya baik dari pemerintah maupun swasta. Masyarakat perlu
dilatih, diberi akses permodalan, dan diberi pengetahuan atau alternative
teknologi yang lebih baik untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Indonesia
di masa akan datang akan memiliki potensi ekonomi yang lebih jika mampu
mengembangkan peluang ekonomi kelapa sawit mengingat tingginya jumlah
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Asal semua pihak saling bersinergi
membangun dan mengembangkan. (Oleh: Sugiarti, S.Si./ Anak Petani Sawit)
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.