Pada hari Senin, 8 Mei 2023, sejumlah nasabah
PT Bank Syariah Indonesia Tbk, atau Bank BSI (BRIS), mengeluh di media sosial
bahwa mereka tidak bisa menggunakan mesin ATM untuk menarik uang tunai, dan juga tidak bisa login ke aplikasi m-banking BSI
(BSI Mobile). Keluhan itu muncul awalnya dari warga Provinsi Aceh, karena
memang BRIS menjadi satu-satunya bank nasional yang menyediakan layanan
perbankan disana. Namun tak lama kemudian warga dari daerah lain turut mengeluhkan hal
yang sama hingga muncul trending di medsos Twitter, ‘Layanan BSI error’.
***
Ebook
Market Planning edisi Juni 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual
beli saham, dan update strategi investasi bulanan akan terbit 1 Juni. Anda
bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham,
dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
***
Dan meski aplikasi mbanking milik bank
lain juga kadang-kadang tidak bisa diakses, namun gangguannya biasanya hanya
terjadi selama beberapa menit saja. Tapi beda ceritanya dengan error yang dialami ATM dan mbanking milik BRIS, yang terjadi sampai seharian.
Keesokan harinya, Selasa 9 Mei, manajemen BRIS merilis keterbukaan informasi
yang mengklaim bahwa layanan perbankan melalui sekitar 1,200 unit ATM serta
kantor-kantor cabangnya sudah kembali normal, namun tidak ada informasi soal
aplikasi mbanking-nya bagaimana, sehingga mengindikasikan bahwa aplikasi tersebut masih error. Besoknya lagi, Rabu 10 Mei, manajemen kembali merilis
pernyataan bahwa mereka tengah melakukan monitoring dan
proses normalisasi layanan, sehingga para nasabah di seluruh Indonesia untuk
sementara waktu tidak bisa mengakses layanan perbankan entah itu melalui kantor
cabang, mesin ATM, ataupun BSI Mobile.
Sehingga per tanggal
10 Mei tersebut, maka seluruh layanan perbankan BSI sudah genap tiga
hari lumpuh total. Pada titik ini mulai ada isu bahwa sistem perbankan milik BRIS diserang
oleh hacker, namun manajemen belum mau bicara apa-apa kecuali sebatas menyebut bahwa mereka sedang terus berkoordinasi dengan pihak berwenang.
Hingga pada
Kamis, 11 Mei, Direktur Utama BRIS, Hery Gunardi, menyatakan bahwa pada hari
itu layanan kantor cabang, ATM, dan mobile banking milik BRIS sudah kembali
normal dan dapat digunakan oleh para nasabah untuk melakukan transaksi. Tuan
Hery juga menyebut bahwa BRIS telah melakukan peningkatan kapasitas agar core
banking dan critical channel bisa kembali dipulihkan dengan cepat,
serta mitigasi risiko di sistem IT milik perseroan dengan melakukan maintenance,
meski penulis sendiri terus terang tidak paham itu maksudnya apa (mungkin harus
nanya orang IT?). Keesokan harinya Jumat 12 Mei, di medsos muncul pihak yang menyebut
dirinya LockBit, yang mengklaim bahwa merekalah hacker yang
merusak sistem milik BRIS, dan informasinya seketika viral. Tapi sampai dengan
ketika artikel ini diposting maka belum ada tanggapan apa-apa lagi dari
manajemen BRIS terkait klaim tersebut, kecuali pernyataan per tanggal 17 Mei
yang hanya menyebutkan bahwa benar telah terjadi serangan
siber terhadap layanan perbankan milik perusahaan, dan manajemen sampai dengan
tanggal 17 Mei tersebut masih mengerjakan forensic audit (pemeriksaan catatan keuangan)
terkait dampak dari serangan yang dimaksud.
Nah, jadi
berdasarkan kronologis diatas, penulis memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kalau
anda perhatikan antara tanggal 8 – 12 Mei, maka saham BRIS masih aman-aman
saja, malah masih lanjut naik dari 1,750 sampai 1,810, dan baru turun pada hari
Senin 15 Mei, yakni setelah pada tanggal 12 Mei-nya muncul hacker bernama
LockBit itu tadi (saham BRIS baru drop di hari Senin karena pihak LockBit
baru muncul tanggal 12 Mei sore hari, yakni ketika pasar sudah tutup). Ini
karena dari pihak manajemen berkali-kali merilis keterbukaan informasi yang mengklaim
bahwa layanan perbankan BSI masih aman-aman saja, dan kalaupun benar ada
masalah maka mereka sedang bekerja keras untuk membereskannya sesegera mungkin.
Menurut penulis sendiri ini tindakan yang tepat karena menenangkan investor
sehingga mereka tidak panik, dan hasilnya memang sahamnya tidak turun. However,
karena faktanya di lapangan masih ada banyak nasabah BSI yang tidak bisa menggunakan mbanking, plus muncul LockBit itu tadi,
maka akhirnya sahamnya ambrol juga. Untuk kedepannya, pergerakan saham BRIS
akan sepenuhnya bergantung pada bagaimana penyelesaian akhir dari kasus cyber
attack ini. Karena seperti disebut di atas, per tanggal 17 Mei kemarin pihak perusahaan masih mengerjakan
audit forensik, yang itu berarti masalahnya belum benar-benar selesai.
Dengan kata lain,
jika nanti manajemen akhirnya menyatakan bahwa masalah serangan siber ini sudah
clear sama sekali, maka barulah BRIS akan lanjut naik. Tapi jika
keterbukaan informasi berikutnya nanti menyebut bahwa ‘Kami masih harus
melakukan maintenance bla bla bla’, maka saham BRIS bisa jeblok sekali
lagi. In the meantime, saham BRIS mungkin akan bergerak mendatar di
1,600 – 1,700.
Kedua, seperti
disebut di atas, sampai dengan hari ini 22 Mei masalahnya masih belum benar-benar
selesai. Dan penulis sendiri sudah cek, per hari ini di medsos masih ada banyak
nasabah yang mengeluh tidak bisa mengakses BSI Mobile. Jadi jika dihitung sejak
awal serangan siber-nya pada tanggal 8 Mei, maka genap dua minggu sudah layanan
BSI error. Dan dua minggu itu bukan waktu yang sebentar, melainkan justru sangat
lama. Selama dua minggu tersebut BRIS bisa dipastikan akan mengalami kerugian
karena setidaknya tiga hal. Pertama, hilangnya pendapatan fee based
income (misalnya fee kalau ada nasabah BSI yang transfer ke bank lain) karena
tidak berfungsinya BSI Mobile. Kedua, munculnya biaya ekstra diluar biaya operasional untuk
maintenance, forensic audit dst.
Laporan
Keuangan BRIS di Kuartal II 2023: Rugi Besar?
Dan ketiga,
sekaligus yang paling penting, kerugian karena ada banyak nasabah yang menarik
tabungannya lalu memindahkannya ke bank lain, sehingga dana pihak ketiga (DPK) yang
dipegang BRIS bisa dipastikan akan turun drastis, dan itu bisa menyebabkan
perusahaan kesulitan likuiditas. Dalam hal ini penulis jadi ingat dengan
kasus Silicon
Valley Bank (SVB) dan juga First
Republic Bank (FRC) yang bangkrut, dimana kedua bank asal Amerika itu bangkrut karena penyebab yang sama: Para nasabah yang panik ramai-ramai menarik
dana tabungan mereka, hingga pihak bank tidak lagi punya cukup dana untuk membayar ke
nasabah yang masih belum menarik tabungan mereka, dan akhirnya dicap gagal
bayar aka failed. Dan kalau anda perhatikan di media sosial maka ada
banyak nasabah BSI yang mengaku bahwa mereka memang sudah memindahkan dana
mereka dari BSI ke bank lain. Memang, sampai saat ini belum ada cerita nasabah yang
panik berbondong-bondong ke kantor cabang BSI untuk mencairkan tabungan mereka,
seperti yang dulu terjadi pada Bank BCA di tahun 1998. Dan penulis tidak melihat skenario bahwa BRIS bakal sampai failed seperti halnya SVB. Namun selama layanan
perbankan BSI yang sudah tersendat-sendat selama dua minggu terakhir ini belum
benar-benar kembali pulih, maka selama itu pula aksi ‘eksodus’ nasabah BSI yang
menarik tabungannya akan terus terjadi. Masalahnya, jika nanti BRIS
mengalami kesulitan likuiditas karena DPK-nya menyusut, maka mereka harus
mencari alternatif pendanaan dengan menerbitkan obligasi atau semacamnya, yang
itu artinya perusahaan harus keluar biaya ekstra lagi untuk membayar bunga
obligasi tersebut.
Sehingga, meski mungkin
anda belum menyadarinya, namun penulis melihat bahwa kinerja laba bersih BRIS
di Kuartal II 2023 akan turun signifikan, bahkan mungkin bisa sampai rugi,
yakni karena hal-hal yang disebut diatas. Dan semakin lama terjadinya gangguan pada aplikasi BSI Mobile dst, maka semakin besar pula akumulasi kerugian yang
akan diderita perusahaan. Sebenarnya ketika berita soal serangan siber ini
sudah ramai di media massa, maka sesuai standard operating procedure,
pihak BEI pada tanggal 16 Mei sudah mengirim surat ke manajemen BRIS untuk menjelaskan
detail peristiwanya, termasuk untuk menjawab pertanyaan penting berikut: Apakah
terdapat dampak material dari peristiwa ini terhadap aktivitas operasional serta
kondisi keuangan perusahaan? Dengan kata lain BEI bertanya ke BRIS, kamu
rugi berapa karena kejadian ini?
Namun seperti
disebut diatas, pihak manajemen BRIS pada jawabannya per tanggal 17 Mei hanya
mengaku bahwa mereka masih mengerjakan audit forensik, dan karenanya belum bisa
menjawab pertanyaan BEI diatas. Tapi seperti penulis bahas diatas, kemungkinan
BRIS memang akan menderita kerugian yang cukup besar, dan akan semakin membesar
selama layanan perbankannya belum benar-benar pulih dan beroperasi normal
100%.
Kesimpulannya, well,
untuk saat ini saham BRIS tidak lagi direkomendasikan karena itu tadi: Ada
kemungkinan laba perusahaan akan turun atau bahkan merugi di laporan
keuangannya kuartal dua nanti. Sehingga kalaupun pada saat itu operasional perusahaan sudah kembali normal, tapi sahamnya tetap akan turun karena LK-nya yang kurang bagus
tersebut. BRIS baru cukup menarik untuk dibeli lagi jika, 1. Layanan
perbankannya segera pulih, lebih cepat lebih baik, atau 2. Kinerjanya di kuartal II
nanti tidak seburuk yang diperkirakan. Anyway, pilihan di tangan anda.
***
Ebook
Market Planning edisi Juni 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual
beli saham, dan update strategi investasi bulanan akan terbit 1 Juni. Anda
bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham,
dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.