Pada hari ini, Senin 11 Desember 2023, PT Goto Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO)
merilis keterbukaan informasi yang pada intinya menyebutkan bahwa perusahaan
menjalin kerjasama dengan TikTok, perusahaan video platform skala
global asal China. Namun memang jika anda baca beritanya di media maka
informasinya cenderung simpang siur sehingga mungkin investor jadi bingung, ditambah
saham GOTO itu sendiri hari ini anjlok sampai 20% lebih. Jadi di ulasan ini
kita akan bahas lengkap terkait kerjasama atau kemitraan GOTO – TikTok ini,
sekaligus bagaimana dampaknya ke saham GOTO itu sendiri. Okay, here we go.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Kuartal III 2023 sudah terbit, dan sudah
bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.
***
Semuanya berawal ketika Pemerintah menerima komplain dari masyarakat,
dalam hal ini para pedagang toko pakaian dll, yang mengeluh omzet mereka drop sejak
TikTok meluncurkan TikTok Shop, yang memungkinkan para produsen untuk menjual
langsung ke konsumen akhir secara live dan online, dan tentunya pada harga yang lebih murah (karena langsung dari pabrik, gak pakai perantara distributor lagi), dan imbasnya Pasar Tanah Abang dkk
mendadak sepi pembeli. Pemerintah kemudian bereaksi dengan mem-banned TikTok Shop, dengan dalih bahwa TikTok hanya memiliki izin untuk beroperasi di Indonesia
sebagai perusahaan social media, bukan ecommerce. Jadi jika
TikTok Shop ingin bisa tetap beroperasi maka pilihannya ada dua: 1. TikTok harus
mengurus izin ecommerce itu tadi, atau 2. Bekerjasama dengan perusahaan ecommerce
lain yang sudah ada, dan sudah memiliki izin untuk beroperasi di Indonesia.
Pada titik ini mulai banyak rumor yang menyebutkan bahwa TikTok akan kolaborasi
dengan Tokopedia, yang merupakan ecommerce lokal terbesar di tanah air,
sekaligus anak usaha dari GOTO (sebenarnya yang paling besar itu Shopee, tapi
itu asal Singapura).
Hingga pada tanggal 10 Desember 2023, GOTO akhirnya benar-benar bekerjasama
dengan TikTok, dengan poin-poin kesepakatan sebagai berikut. Pertama, PT Tokopedia
(Toped) membeli/mengambil alih hak eksklusif untuk menjalankan TikTok Shop di Indonesia dari tangan TikTok senilai $340 juta, dan dengan demikian maka aplikasi TikTok Shop akan diintegrasikan/digabung dengan aplikasi Toped. Kedua,
Toped akan menerbitkan saham baru yang kemudian dibeli oleh TikTok senilai $840
juta tunai, plus $1 miliar dalam bentuk promissory note (surat utang).
Jadi pasca transaksi yang ditargetkan akan tuntas pada kuartal I 2024 di
atas, maka TikTok akan memegang 75% saham Toped, dan 25% sisanya tetap dipegang
GOTO. Kemudian Toped
(bukan GOTO) akan menerima setoran modal $500 juta tunai ($840 dikurangi $340
juta), plus aset piutang $1 miliar, yang akan digunakan sepenuhnya untuk
mengembangkan Tokopedia – TikTok Shop itu sendiri di Indonesia dalam jangka panjang.
Nah, awalnya penulis sendiri berpikir bahwa pihak GOTO-lah yang menerima pembayaran $1.5 miliar itu dari TikTok, tapi ternyata dana tersebut seluruhnya masuk ke Toped,
dan kendali atas Toped itu sendiri kemudian diambil alih oleh TikTok. Dalam hal
ini penulis jadi ingat ketika Pemprov Banten (PB) mengambil alih Bank Pundi, yang
kemudian di-rebranding menjadi Bank Banten (BEKS), dari tangan Grup
Recapital, dimana BEKS menerbitkan saham baru melalui mekanisme right issue
yang kemudian ditebus/dibeli oleh PB, sehingga PB kemudian menjadi pemegang
saham mayoritas di BEKS. Tapi karena duitnya masuk ke BEKS maka dalam hal ini
Grup Recapital sebagai pemilik sebelumnya dari BEKS tidak menerima pembayaran sepeserpun. Anda bisa baca lagi ulasannya
disini.
Pertanyaannya, jika gak terima duit lalu GOTO dapat apa? Nah, menurut
manajemen GOTO, perusahaan selama ini tidak mendapat keuntungan dari Toped, malah
justru harus terus menerus menyediakan pendanaan (baca: bakar duit) untuk Toped.
Dan memang jika kita lihat laporan keuangan GOTO untuk Q3 2023, maka Toped masih merugi Rp2.1 triliun, lebih besar dibanding rugi Gojek sebesar Rp1.5 triliun. Jadi
dengan Toped sekarang dipegang oleh TikTok maka GOTO tidak perlu bakar duit
lagi untuk bisnis ecommerce-nya, dan bisa fokus di Gojek saja (yang juga
masih bakar duit). Disisi lain dengan sekarang Toped digabung dengan TikTok Shop plus dikelola oleh manajemen TikTok, maka diharapkan bahwa Toped akan lebih cepat
mencapai posisi profit, dan jika demikian maka GOTO akan diuntungkan karena
perusahaan masih ada pegang 25% sahamnya. Kemudian jika Toped benar berkembang
pesat di tangan TikTok, maka bisnis Gojek milik GOTO juga akan turut diuntungkan, karena barang yang dijual di Toped akan dikirim pakai Gosend, dan konsumen
bayar pakai Gopay. Sehingga seperti halnya Toped maka Gojek juga bisa lebih cepat
mencapai posisi profit, alias tidak bakar-bakar duit lagi seperti sekarang.
Jadi kembali ke judul artikel di atas, bagaimana prospek GOTO pasca
kolaborasi dengan TikTok ini? Maka jawabannya cukup cerah dalam jangka panjang,
dimana seperti disebut diatas, baik Toped maupun Gojek berpeluang untuk
mencapai profit lebih cepat pasca kolaborasi dengan TikTok ini. Sebab meski GOTO sampai sekarang masih terus saja bakar
duit, tapi ByteDance sebagai perusahaan induk TikTok pada tahun 2022 lalu sudah
mampu mencetak laba operasional $20 miliar, dari pendapatan $85 miliar. Menariknya
ByteDance itu sendiri baru berdiri tahun 2012, dan TikTok juga baru diluncurkan
tahun 2017, alias lebih muda dibanding Toped (2009), atau Gojek (2010). Sehingga
sekali lagi, dengan adanya kemitraan ini maka GOTO bisa mencapai profit lebih
cepat, karena TikTok itu sendiri memang sudah profit lebih dulu.
Hanya saja karena PT Tokopedia sekarang dikuasai TikTok, maka jika Toped nanti sudah untung maka yang menerima sebagian besar keuntungan tersebut ya pihak TikTok, karena GOTO
cuma pegang 25% sahamnya. Kemudian
meski PT Gojek Indonesia juga akan diuntungkan, tapi perusahaan kemungkinan
akan butuh waktu lebih lama dibanding Toped untuk profit, karena dalam hal ini
Gojek cuma kecipratan tambahan pendapatan saja dari meningkatnya aktivitas ecommerce
oleh Toped – TikTokShop.
Sehingga kesimpulannya, apakah saham GOTO jadi direkomendasikan buy
pasca kerjasama dengan TikTok ini? Well, karena sampai tahun 2023 ini
perusahaan masih merugi maka jawaban penulis masih sama: Tidak. Tapi mari kita
lihat perkembangannya nanti di 2024 atau 2025, jika memang perusahaan akhirnya
membukukan laba maka kita akan bahas lagi prospek sahamnya, sekali lagi.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Kuartal III 2023 sudah terbit, dan sudah
bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.
Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.