Topik

Prospek Saham Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC): Diuntungkan Booming Otomotif?


PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. (IPCC),
atau disebut juga IPC Car Terminal dimana IPC itu sendiri merupakan singkatan
dari Indonesia Port Corporation, menjadi salah satu emiten pertama yang sudah
merilis laporan keuangan untuk periode kuartal II atau Q2 2023, dengan hasil
yang memuaskan: Labanya naik signifikan 73.8%, dengan ROE disetahunkan mencapai
12.7%, terbilang besar untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Dan
investor juga merespon dengan positif dimana pada hari perdagangan 18 Juli
kemarin, saham IPCC naik 5.2% ke posisi 815. Kemudian jika dihitung sejak awal
tahun 2023 maka IPCC sudah lompat lebih dari 40%. Lalu bagaimana prospek kedepannya?

***

Ebook
Investment Planning
berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Kuartal II 2023 akan terbit 8 Agustus,
dan sudah bisa
dipesan
disini
. Tersedia diskon preorder, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi
portofolio, langsung dengan penulis.

***

Sejarah IPCC dimulai pada tahun 2006, yakni
ketika IPC, yang ketika itu masih bernama PT Pelabuhan Indonesia II atau
Pelindo II, yang merupakan salah satu BUMN di bidang pengelolaan pelabuhan dan
transportasi laut di seluruh Indonesia, diberikan mandat oleh Pemerintah ketika
itu untuk membangun terminal yang khusus menangani bongkar muat kendaraan
bermotor roda empat atau lebih, seperti mobil, truk, bus, hingga alat-alat
berat, di Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Maka pada tahun 2007,
Pelindo II mendirikan unit usaha strategis dengan nama Tanjung Priok Car
Terminal (TPT), yang fokus menyediakan jasa layanan ekspor impor serta
bongkar muat kendaraan bermotor di Pelabuhan Tanjung Priok. Lanjut pada tahun
2012, Pelindo II di-rebranding menjadi IPC, dan di tahun yang sama PT
Indonesia Kendaraan Terminal (IPCC) juga resmi didirikan sebagai badan hukum dari TPT, dengan berstatus sebagai anak usaha dari IPC. Dalam
perkembangannya IPCC kemudian menyediakan layanan terminal handling terintegrasi,
yang meliputi stevedoring, cargodoring, receiving, dan delivery. IPCC
juga menyediakan layanan tambahan bagi perusahaan ekspor impor yang mengirim
dan/atau menerima kendaraan bermotor dari Pelabuhan Tanjung Priok, seperti car
processing, equipment processing, road freight,
 port stock, hingga bongkar muat sepeda motor.

Kemudian lanjut pada tahun 2018, perusahaan go
public.
Lalu pada tahun 2021, tiga BUMN pelabuhan yakni Pelindo I, III, dan
IV, semuanya dilebur/dimerger dengan Pelindo II/IPC, dimana IPC menjadi entitas
yang dipertahankan dan otomatis menjadi lebih besar karena merger tersebut.
Karena merger tersebut maka IPCC sebagai anak usaha IPC juga ikut mengalami restrukturisasi
dimana perusahaan menerima sejumlah unit usaha baru (yang sebelumnya dimiliki Pelindo
I, III, dan IV), dan wilayah operasionalnya tidak lagi terbatas pada Pelabuhan
Tanjung Priok. Hasilnya, pada hari ini IPCC memiliki setidaknya empat unit
usaha terpisah, yakni penanganan dan dukungan terminal (bongkar muat kargo di
pelabuhan), penyeberangan (pengangkutan truk-truk dari dan ke Pulau Sumatera),
alat bantu bongkar muat (forklift, dst), dan value added services (perbaikan,
pencucian, pemasangan aksesoris mobil, dst). IPCC saat ini juga beroperasi di empat
lokasi yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Belawan (Medan, Sumatera Utara), Pontianak,
dan Makassar.

Dan kemungkinan karena restrukturisasi
di atas, plus kembali normalnya aktivitas pelabuhan pasca pandemi, maka kinerja operasional
IPCC di tahun 2022 meningkat signifikan dibanding tahun 2021, dimana volume
bongkar muat mobil naik 42.7%, bongkar muat kendaraan berat naik 123.7%, dan
bongkar muat sepeda motor juga naik 288.6%. Demikian pula untuk kinerja
keuangannya, dimana IPCC mencetak laba bersih Rp162 miliar di tahun 2022, lompat
169.3% dibanding tahun 2021, dan tentunya jauh lebih baik dibanding kerugian
Rp24 miliar yang diderita perusahaan di tahun 2020. Nah, pada titik ini penulis
sendiri masih tidak begitu tertarik dengan sahamnya, karena secara valuasi dia
tidak terlalu murah dengan PBV 1.0 kali pada harga 650, dan karena saya menganggap
bahwa sudah sewajarnya jika pendapatan dan laba IPCC naik, yakni karena adanya tambahan
pendapatan dari sejumlah unit usaha barunya. Jadi mirip seperti pendapatan dan
laba PT Bank
Syariah Indonesia, Tbk (BRIS)
, yang sekarang menjadi besar karena adanya
tambahan pendapatan dari Mandiri Syariah dan BNI Syariah, yang dilebur ke dalam
BRIS itu sendiri. Namun demikian kepada yang bertanya bagaimana prospek kinerja
IPCC kedepannya, maka penulis jawab bahwa di tahun 2023 ini pendapatan serta
laba bersih IPCC masih berpeluang untuk kembali naik, karena masih berlanjutnya trend booming otomotif pasca pandemi di Indonesia.

Dan ternyata benar: Hingga Semester I 2023
barusan, pendapatan, laba usaha, hingga laba bersih IPCC semuanya naik
signifikan dibanding periode yang sama tahun 2022, dan harusnya masih akan lanjut
bertumbuh hingga akhir tahun nanti. Ditambah kondisi pasarnya yang relatif
kondusif dua bulan terakhir ini (IHSG saat ini berada di posisi 6,830, naik
lumayan dibanding awal Juni lalu di 6,619), maka jadilah saham IPCC naik ke
posisi 815.

Sehingga, jika benar kinerja perusahaan akan
tetap bagus sampai akhir tahun nanti, dan IHSG juga minimal bertahan atau naik
sedikit dibanding posisinya saat ini, maka saham IPCC juga berpeluang untuk
naik lebih tinggi lagi, meski mungkin tidak akan terlalu tinggi/tidak akan sampai
multibagger. Karena berdasarkan LK terbarunya saat ini, PER dan PBV-nya
tercatat masing-masing 9.4 dan 1.2 kali: Belum mahal, tapi sudah mendekati perkiraan
harga wajarnya di 900 – 1,000.

Kesimpulannya, jika anda sudah pegang
sahamnya sejak awal maka boleh hold, dan boleh tambah lagi jika dikasih harga 750  (PBV 1.1 kali) atau dibawahnya. Okay, tapi bagaimana kalau saya baru mau masuk? Well, kalau
penulis sendiri lebih suka saham dari perusahaan lain di bidang yang tidak
terlalu jauh berbeda (masih seputar kendaraan bermotor), namun dengan valuasi
yang lebih murah sehingga harga sahamnya juga berpeluang untuk naik lebih
tinggi. Perhatikan: Dalam beberapa waktu terakhir, salah satunya melalui analisa dari
emiten pembiayaan kendaraan bermotor berikut ini
yang diposting bulan April
2023 kemarin, penulis sudah menyampaikan bahwa booming otomotif yang
sudah terjadi sejak tahun 2022 lalu berpeluang untuk lanjut di tahun 2023 ini.
Kemudian dengan IPCC melaporkan kenaikan signifikan atas pendapatan serta laba bersihnya
di LK Q2-nya barusan, maka hal itu semakin menguatkan prediksi tersebut (bahwa
booming otomotif masih berlanjut). Ingat bahwa di tahun 2022 lalu, kinerja IPCC
memang meningkat dibanding tahun 2021-nya karena adanya tambahan pendapatan
dari unit usaha barunya. Tapi pada tahun 2023 ini kinerja perusahaan tetap
bertumbuh meski tidak ada restrukturisasi apa-apa lagi, yang menunjukkan bahwa momentum
pertumbuhan industri otomotif secara umum di Indonesia masih terus terjaga,
sejauh ini.

Sehingga, meski penulis sendiri mungkin tidak
akan membeli saham IPCC, namun jika ada saham dari perusahaan lain yang
bergerak di bidang manufaktur dan distribusi kendaraan bermotor, dealer mobil
dan sepeda motor, suku cadang, jasa pembiayaan kendaraan dll yang valuasinya
lebih murah, maka seharusnya itu bisa menjadi pilihan investasi yang lebih cuan/menawarkan
potensi profit yang lebih besar. Anyway, selengkapnya akan kita bahas lagi di
lain kesempatan.

***

Ebook
Market Planning
 edisi Juli 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual
beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa 
memperolehnya disini, gratis info jual beli saham,
dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top