review

Review Antologi Cerpen 'Motah Tanaku' Karya Forum Lingkar Pena Riau


 

                                                        Antologi Cerpen Motah Tanaku

Data Buku:

Judul            : Motah Tanaku
Penulis
         : FLP Cabang Pekanbaru
Penerbit
       : LovRinz publishing
Tahun Terbit
:  2021
Tebal
            : 121 halaman

Membaca buku ini, seperti kita menelisik dan
mengkaji masa lalu, jejak-jejak sejarah dimana kearifan lokal dan juga budaya
masih terjaga dan dipercayai oleh masyarakat kala itu namun meskipun begitu,
hadirnya budaya tersebut di zaman modernisasi sekarang ini menjadi kekayaan
budaya bagi bangsa Indonesia, umumnya tentunya menjadi budaya kekayaan bagi
Riau khususnya.

Buku ini ditulis oleh banyak penulis, tetapi
mereka mengangkat tema yang sama yaitu menyajikan kearifan lokal yang ada di Riau,
serta adat kebiasaan  yang dahulu
terjadi, hal ini menjadikan buku Ini Istimewa karena dengan tulisan para
penulis buku ini,  melestarikan kembali
kebudayaan kebudayaan lokal yang mulai hilang karena perkembangan zaman dan
teknologi.
 

Kearifan lokal
dalam buku ini berdasarkan pengetahuan hidup yang terjadi dimasa lalu serta
diangkat berdasarkan sikap kehidupan sosial, berdasarkan kebiasaan, perilaku
sehari-hari dalam interaksi sosial didalam kehidupan masyarakat. 

Nilai
kearifan lokal serta budaya dalam cerpen-cerpen ini,  sangat penting untuk dijaga dan dilestarikan
sehingga bisa menuntun karakter bangsa dan bagaimana kita menyikapinya di masa
sekarang ini dalam era Revolusi Industri 4.0. 
 

Sebagai
sampel kearifan lokal dalam kearifan cerita pendek karya Yendra Chen, ditemukan
beberapa kearifan lokal “Sanga-an”  yang
difahami sebagai budaya yang turun temurun, hingga kakeknya berwasiat, sang
tokoh harus berjumpa dengan akuan harimau jadi-jadian.  

Kepiawaian penulis dalam menyikapi hal ini, sang
tokoh tetap menuruti dan melaksanakan wasiat, namun penulis menghadirkan tokoh
Datuk Miftah dalam meluruskan niat bahwa sebenarnya berdoa hanya dilakukan
untuk menyembah dan meminta kepada Allah SWT bukan ke kuburan. 

Membaca buku ini, membuat kita bisa mengambil
hikmah, bahwa memaafkan dan memberi maaf lebih membahagiakan dari pada memendam
rasa dendam yang berujung pertikaian dan kehancuran.  Hal itu kita bisa perhatian dalam cerpen “Barokah”
karya Yudi Muchtar.

Begitu pula dengan cerpen “Mancokau” karya
Bambang Karyawan yang mengangkat tema lingkungan dan tradisi.

Dengan membaca buku ini, kita mendapatkan
khazanah sejarah, tradisi dan seni yang sebahagianya mulai dilupakan,  serta budaya yang bisa menuntun kita menjadi
pribadi yang berkarakter bangsa Indonesia. 

Oleh: Arnita Adam

Pada tanggal 21 Maret 2021

 


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top