Sebuah
hubungan ‘diagrid’ dapat kita amati pada hall dan ruang pameran lantai bawah museum
negeri pontianak. Diagrid di sini bukan dalam pengertian struktur diagonal baja
pada bangunan. Istilah ini kupinjam untuk menggambarkan hubungan grid struktur
kolom dan pola plafon yang saling menyilang.
Hall sekaligus
ruang pameran dan loket tiket ini berbentuk persegi panjang. Tersusun dalam
grid struktur kolom berjarak sekitar 350 x 350 yang mengangkat bangunan utama
museum sehingga ruang di bagian bawah ini plong
di kedua sisi yang memanjang.
Berada di hall
tanpa sekat dinding ini, mata ku merasakan tarikan-tarikan perspektif diagonal
yang disebabkan oleh pola plafon yang menyilang 45 derajat terhadap grid kolom.
Efek tarikan ini terjadi ketika aku bergerak menelusuri deretan kolom yang
linear maupun ketika berhenti. Kusebut ‘tarikan’
karena pola plafond yang diagonal ini seperti mendistraksi fokus deretan tiang
kolom yang lurus.
tarikan-tarikan visual diagonal |
grid kolom utama yang linier |
Persepsi
Relatif Ruang
Distraksi atau
pengalihan arah yang diagonal ini memberikan persepsi alternatif akan orientasi
ruang hall. Meskipun ruang itu dibentuk oleh deretan kolom yang linier dari
titik a ke titik b, namun selalu ‘terselip’ alternatif diagonal yang
menciptakan persepsi dan orientasi ruang yang berbeda. Pola plafond yang
menyilang dengan pengulangan-pengulangan bentuk persegi diagonal memperkuat
persepsi itu.
Jika pandangan
pada ruang difokuskan pada arah plafond, aku melihat tiang-tiang kolom itu seolah
berubah dalam posisi yang tidak teratur. Kukira ini disebabkan karena tiang
kolom adalah elemen individual vertikal yang berulang secara kontinyu dalam
jarak yang berjauhan sehingga terkesan acak. Sementara plafond adalah elemen horisontal
dimana kontinuitasnya menerus atau lebih rapat sehingga medan orientasinya
terasa lebih kuat. Namun demikian ruang yang kulihat sekarang menjadi terasa lebih
dinamis, tidak monoton. Bukan ruang yang bidang-bidangnya sejajar, atau tegak
lurus terhadap pandangan mata.
grid kolom yang terkesan acak |
tata layout bendar pameran |
Ruang diagrid
memberikan orientasi ruang yang tidak sekedar XY atau tegak lurus. Keberadaanya
selalu terselip dan selalu ada dalam grid persegi tergantung dari persepsi
pandangan kita. Hal ini sama dengan ketika kita melihat bentuk kubus yang
garis-garis sisi di bagian belakang terlihat semua. Pandangan kita kadang
melihat kubus ini seolah dari bawah lalu berubah lagi melihatnya dari sudut
atas. Demikian juga jika kita berada di ruang tiga dimensional. Persepsi kita
dapat berubah tergantung dari cara pandang kita melihat ruang.
Dengan ini aku
mau mengatakan bahwa ada apa yang kusebut Ruang Relatif. Bahwa ruang relatif didasarkan
pada orientasi dan persepsi individu pengguna di luar tujuan persepsi mainstream
yang ditentukan oleh arsitek. Di kasus hall museum ini mungkin si arsitek melakukannya
dengan sengaja atau barangkali tidak. Tapi di luar disengaja atau tidak seorang
individu lah yang menentukan persepsi ruang relatif, bukan arsitek lagi. Ruang relatif
adalah ruang yang mengaburkan, karenanya dia menarik, dan memperkaya pengalaman
ruang bagi pengguna. Seseorang mungkin akan kehilangan orientasi sesaat ketika
melihat atau merasakan ruang relatif, tapi itu menyenangkan. Dia seperti dunia
paralel atau mata yang diangkat hijabnya, jika tidak berlebihan.
Belajar dari
Kahn dan Mr. Wright
Dari ruang
hall ini dapat dilihat bahwa pengolahan elemen plafond ternyata cukup kuat
dalam mendistraksi orientasi ruang berpola XY. Namun grid diagonal pada plafon ini
tidak seketika mempengaruhi cara orang menggunakan lantai utama. Ini bisa kita
lihat dari bagaimana penataan layout benda-benda pameran yang secara total
ditata sesuai dengan grid kolom. Seandainya benda-benda di atas lantai ditata dengan
memperhatikan pola plafond yang diagonal mungkin ruang relatif itu akan muncul dalam
kehadiran fisik. Pengunjung dapat merasakan integrasi atau kesatuan antara
ruang dan benda pamer.
dimaksud dapat kita lihat misal, pada ruang pameran Yale University Art Gallery
yang didesain oleh arsitek Amerika Louis Kahn (1953). Bagaimana plafond yang
sekaligus slab beton lantai di atasnya yang disebut lantai diagrid berbentuk
segitiga sama kaki menambah kualitas ruang pameran. Jika kita kaitkan dengan
relatif ruang, grid diagonal ini membuka visual pengunjung ke berbagai arah sesuai
garis-garis yang bersilangan sekaligus memperkuat fokus visual benda pamer,
meskipun ruang di bawahnya berbentuk kotak persegi panjang.
Contoh lain merupakan
sebuah arsitektur yang ideal dari bentuk diagonal yang menyeluruh dengan sudut
30 dan 60 dejarat, yakni palmer House yang didesain Frank Lloyd Wright (1952). Kesatuan entitas sebagai inti konsep arsitektur organik, diimplementasikan melalui desain denah
keseluruhan, diikuti bentuk bagian-bagian ruang didalamnya, hingga ke furnitur
seperti kursi, tempat tidur yang bagian sudutnya terpotong mengikuti sudut
segitiga.
Dengan demikian,
mungkin ruang diagrid dan persepsi relatif ruang sekali lagi dapat kusimpulkan sebagai
usaha untuk lepas dari kualitas monoton, kekakuan atau penjara ruang berbentuk
kotak. Dia dapat hadir memperkaya ruang dan persepsi visual seperti pada
bangunan Kahn atau sebagai narasi inti, dalam wujud fisik -bukan lagi persepsi alternatif-
dari bentuk dan ruang, seperti pada bangunan FL Wright.
Baca juga:
Parodi Arsitektur sebuah Pos Jaga Polisi
9 Poin Arsitektur Organik Frank Lloyd Wright
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.