Topik

SALAM KEPADA NABI


 

ONE DAY ONE HADITH

 

Diriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, Rasul SAW b
ersabda :

مَا
مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى
أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku
(sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab
salamnya [HR Abi Daud]

 

Catatan Alvers

 

Salam kepada Nabi
SAW lebih dulu diketahui oleh para sahabat dari pada shalawat. Hal ini
diketahui dari pernyataan dari Ka’b bin Ujzah RA, ia berkata : kami pernah bertanya
 “Wahai Rasulallah, kami telah mengetahui
(lafadz) salam kepadamu lantas bagaimana kami bershalawat (kepadamu)? Lalu Nabi
SAW mengajarkan Allahumma shalli ala dst (shalawat ibrahimiyah) [HR Nasa’i]

 

Adapun salam yang telah diajarkan oleh Rasul SAW dan diketahui oleh para
sahabat adalah ucapan :

اَلسَّلَامُ
عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ

Semoga terlimpah kepadamu wahai nabi, keselamatan, rahmat Allah dan
barakah-Nya. [Syarah Muslim]

 

Ketika seseorang mencupakan salam kepada beliau maka
beliau membalas ucapan salam tersebut. Hal itu tidak hanya dahulu ketika beliau
masih hidup namun juga ketika beliau sudah wafat beliau tetap menjawab salam dari
dalam kubur beliau sebagaimana diberitahukan dalam hadits utama di atas :
“Tidak ada salah seorang di antara kamu yang mengucapkan salam kepadaku
(sesudah aku wafat) melainkan Allah mengembalikan ruh-Ku sehingga aku menjawab
salamnya [HR Abi Daud]

 

 

Tidak hanya beliau,
bahkan semua Nabi mereka hidup dalam kuburnya. Nabi SAW bersabda :

اَلْأَنْبِيَاءُ
أَحْيَاءٌ فِي قُبُوْرِهِمْ يُصَلُّوْنَ

“Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka dalam keadaan
mengerjakan s
halat.” [Musnad Abu Ya’la]

 

Dan beliau juga
menyaksikan sendiri keberadaan para nabi yang hidup dalam alam kuburnya. Diriwayatkan
d
ari sahabat Anas bin
Malik RA, Rasulullah SAW bersabda
:

مَرَرْتُ
عَلَى مُوسَى لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عِنْدَ الْكَثِيبِ الْأَحْمَرِ وَهُوَ قَائِمٌ
يُصَلِّي فِي قَبْرِهِ

“Aku berpapasan dengan Musa AS pada malam Isra di bukit pasir yang berwarna merah dalam keadaan berdiri mengerjakan shalat dalam kuburnya.” [HR Muslim]

 

Mungkin hati kecil alvers ada yang bertanya-tanya bagaimana itu terjadi, Rasul SAW hidup dalam kuburNya? Menjawab hal ini, Saya teringat dengan
permasalahan yang sama yaitu tatkala roh mayyit dikembalikan ke dalam jasadnya
kemudian ditanya oleh malaikat, dan mendapat siksa atau kenimatan, maka mengapa
manusia tidak dapat melihatnya sedikitpun? Syeikh Thahir Al-Jazairy menjawab :

اِنَّ
اللهَ يَحْجُبُ اَبْصَارَهُمْ عَنْ ذَلِكَ اِمْتِحَانًا لَهُمْ لِيُظْهَرَ مَنْ
يُؤْمِنُ بِالْغَيْبِ وَمَنْ لَايُؤْمِنُ بِهِ مِنْ ذَوِى الشَّكِّ وَالرَّيْبِ
وَلَوْ رَاىَ النَّاسُ ذَلِكَ لَآمَنُوا كُلُّهُمْ وَلَمْ يَصِرْ فَرْقٌ بَيْنَ
النَّاسِ وَلَمْ يَتَمَيَّزِ الْخِبَيْثُ مِنَ الطَّيِّبِ وَالرَّدِئُ مِنَ الْجَيِّدِ.

Sesungguhnya Allah menutup penglihatan manusia dari hal tersebut,
sebagai ujian bagi mereka, agar menjadi jelas siapakah yang beriman kepada hal
ghaib dan siapa yang tidak beriman dan ragu serta bimbang akan hal tersebut.
Seandainya manusia melihat keadaan dalam kubur, niscaya mereka akan beriman
semuanya, sehingga tidak ada perbedaan antar manusia yang baik dan yang jahat,
serta tidak ada beda antara yang hina dan mulia. [Al-Jawahir
al-Kalamiyah]. 

 

Tidak hanya kita,
manusia mengucapkan salam kepada beliau bahkan pepohonan dan gunung-gunung juga
demikian.
Sayyidina Ali KW berkata : Aku bersama Nabi
SAW di mekkah lalu kami keluar ke sebagian penjuru mekkah dan saat itu tidaklah
gunung dan pohon berpapasan dengan beliau melainkan mereka mengucapkan salam
kepadanya, yaitu  :

السَّلَامُ
عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ

“Semoga keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan
Allah” [HR Turmudzi]

 

Ketika melintasi makam Nabi, hendaklah jamaah berpaling
dari kiblat atau membelakanginya dan menghadap dinding makam. Hendaklah jamaah
berdiri sambil melihat ke arah bawah dinding makam dengan penuh tawadlu’, dan
mengagungkan derajat Nabi SAW yang ada di hadapannya, dengan hati yang bersih
dari usrusan duniawi kemudian mengucap salam dan jangan mengeraskan suara akan
tetapi dengan suara yang biasa atau sedang. [Al-Idlah]

 

Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ
بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ
لَا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan
suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara
yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang
lain, supaya tidak hangus (pahala) amalanmu tanpa kau sadari. [QS Al-Hujurat :
2]

 

Larangan ini turun ketika masa hidupnya Nabi SAW namun demikian
larangan ini tetap berlaku setelah wafat beliau. Ketika berada di masjid
Nabawi, As-Sa’ib bin Yazid dilempar dengan kerikil oleh seseorang dan ternyata ia
adalah Umar bin Khatthab. Dia berkata : “Pergi dan bawalah dua orang (yang
mengeraskan suara) itu kepadaku.” Maka aku bawa keduanya ke hadapan Umar.
lalu Umar bertanya, “Dari mana asalnya kalian berdua?” mereka menjawab,
“Kami berasal dari Tha’if” Umar bin Khaththab berkata :

لَوْ كُنْتُمَا
مِنْ أَهْلِ الْبَلَدِ لَأَوْجَعْتُكُمَا تَرْفَعَانِ أَصْوَاتَكُمَا فِي مَسْجِدِ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Sekiranya kalian dari penduduk sini (madinah, niscaya
kalian mengerti larangan mengeraskan suara) maka aku akan hukum kalian berdua!
Sebab kalian telah mengeraskan suara di Masjid Rasulullah SAW.” [HR
Bukhari]

 

Para Ulama berkata :

يُكْرَهُ رَفْعُ الصَّوْتِ عِنْدَ
قَبْرِهِ كمَاَ كاَنَ يُكْرَهُ فِي حَيَاتِهِ؛ لِأَنَّهُ مُحْتَرَمٌ حَيًّا وَفِي
قَبْرِهِ صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ

Dimakruhkan mengeraskan suara di sisi makam Nabi SAW sebagaimana
dahulu ketika beliau hidup karena Nabi SAW itu adalah pribadi yang dimuliakan,
baik ketika hidup maupun setelah berada di makamnya SAW. [Tafsir Ibnu Katsir]

 

Hendaknya jamaah mengucapkan salam sesuai dengan lafadz
salam di atas atau membaca bacaan salam yang panjang seperti yang tertera dalam
buku manasik. Dan jika ada sanak saudara atau handai taulan menitipkan salam
kepada beliau maka ucapkanlah :

اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ مِنْ ….

(“Semoga
keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai utusan Allah” dari ….) lalu
sebut nama orang yang menitipkan salam. [Al-Idlah]

 

Setelah melewati
makam nabi, maka jamaah akan melintasi makam sahabat Abu Bakar RA. Kitapun
dianjurkan mengicapkan salam, minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ

(Semoga
keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Abu Bakar)

 

Setelah itu, jamaah
akan melintasi makam sahabat Umar RA. Kitapun dianjurkan mengicapkan salam,
minimal dengan ucapan :

اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكَ يَا عُمَرُ

(Semoga
keselamatan senantiasa tercurah padamu wahai sahabat, Umar)

 

Wallahu A’lam. Semoga
Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk
senantiasa memuliakan pribadi Agung, Nabi
Muhammad SAW sampai kapanpun dan dimanapun terlebih ketika berada di dalam Masjid
Nabawi dan di dekat makam beliau.


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top