Sejarah dan Biografi Nabi Ayyub – Ayub adalah seorang nabi sangat sabar, bahkan bisa dikatakan bahwa beliau berada di puncak kesabaran. Ayub menjadi simbol kesabaran dan cermin kesabaran atau teladan kesabaran. Allah telah memujinya dalam kitab-Nya yang berbunyi: “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” [QS. Shad [38]: 44]
Al-Qur’an
al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita
dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena
penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya.
Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: “Maka
keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang
sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya.” Tentu
kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak
mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata.
al-Karim tidak menyebutkan bentuk dari penyakitnya, dan banyak cerita-cerita
dongeng yang mengemukakan tentang penyakitnya. Dikatakan bahwa beliau terkena
penyakit kulit yang dahsyat sehingga manusia-manusia enggan untuk mendekatinya.
Dalam cuplikan kitab Taurat disebutkan berkenaan dengan Nabi Ayub: “Maka
keluarlah setan dari haribaan Tuhan dan kemudian Ayub terkena suatu luka yang
sangat mengerikan dari ujung kakinya sampai kepalanya.” Tentu
kita menolak semua ini sebagai suatu hakikat yang nyata. Kami pun tidak
mentolerir jika itu dianggap sebagai perbuatan seni semata.
Sejarah dan Biografi Nabi Ayyub |
Perhatikanlah
ungkapan dalam Taurat: “Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan
kita,” sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan
telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka,
kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni,
tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat. Lalu, bagaimana hakikat
sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi
Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara
sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di
antara mereka berkata:“Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih
baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang
mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah
SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di
jalan-Nya.”Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa
terganggu dengan hal itu.
ungkapan dalam Taurat: “Kemudian setan keluar dari haribaan Tuhan
kita,” sebagai orang-orang Muslim, kita mengetahui bahwa setan
telah keluar dari haribaan Tuhan sejak Allah SWT menciptakan Adam as. Maka,
kapan setan kembali keharibaan Tuhan? Kita berada di hadapan ungkapan seni,
tetapi kita tidak berada di hadapan suatu hakikat. Lalu, bagaimana hakikat
sakitnya Nabi Ayub dan bagaimana kisahnya? Yang populer tentang cobaan Nabi
Ayub dan kesabarannya adalah riwayat berikut: para malaikat di bumi berbicara
sesama mereka tentang manusia dan sejauh mana ibadah mereka. Salah seorang di
antara mereka berkata:“Tidak ada di muka bumi ini seorang yang lebih
baik daripada Nabi Ayub. Beliau adalah orang mukmin yang paling sukses, orang
mukmin yang paling agung keimanannya, yang paling banyak beribadah kepada Allah
SWT dan bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya dan selalu berdakwah di
jalan-Nya.”Setan mendengarkan apa yang dikatakan lalu ia merasa
terganggu dengan hal itu.
Kemudian ia pergi menuju ke Nabi Ayub dalam rangka
berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya
dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak
mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya. Ketika setan berputus asa dari
mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: “Ya Rabbi,
hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu
bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan
tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah
memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan.
Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya.
Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam
ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur.
Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di
dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni
karena cinta.”
berusaha menggodanya tetapi Nabi Ayub adalah seorang Nabi di mana hatinya
dipenuhi dengan ketulusan dan cinta kepada Allah SWT sehingga setan tidak
mungkin mendapatkan jalan untuk mengganggunya. Ketika setan berputus asa dari
mengganggu Nabi Ayub, ia berkata kepada Allah SWT: “Ya Rabbi,
hamba-Mu Ayub sedang menyembah-Mu dan menyucikan-Mu namun, ia menyembah-Mu
bukan karena cinta, tapi ia menyembah-Mu karena kepentingan-kepentingan
tertentu. Ia menyembah-Mu sebagai balasan kepada-Mu karena Engkau telah
memberinya harta dan anak dan Engkau telah memberinya kekayaan dan kemuliaan.
Sebenarnya ia ingin menjaga hartanya, kekayaannya, dan anak-anaknya.
Seakan-akan berbagai nikmat yang Engkau karuniakan padanya adalah rahasia dalam
ibadahnya. Ia takut kalau-kalau apa yang dimilikinya akan binasa dan hancur.
Oleh karena itu, ibadahnya dipenuhi dengan hasrat dan rasa takut. Jadi, di
dalamnya bercampur antara rasa takut dan tamak, dan bukan ibadah yang murni
karena cinta.”
Riwayat
tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis:“Sesungguhnya
Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam
keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya.
Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang
engkau lakukan.”
tersebut mengatakan bahwa Allah SWT berkata kepada iblis:“Sesungguhnya
Ayub adalah hamba yang mukmin dan sejati imannya. Ayub menjadi teladan dalam
keimanan dan kesabaran. Aku membolehkanmu untuk mengujinya dalam hartanya.
Lakukan apa saja yang engkau inginkan, kemudian lihatlah hasil dari apa yang
engkau lakukan.”
Akhirnya,
setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan
yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub
pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu
apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: “Oh musibah dari Allah
SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana
Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa
masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan
Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian
sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah
SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan
Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa
yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya;
Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang
dikehendaki-Nya.”Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang
melihat pemandangan tersebut. Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: “Ya
Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan
tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai
bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui
mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan
yang lebih mudah.” Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan
bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan
menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua
terbunuh.
setan pergi dan mendatangi tanah Nabi Ayub dan berbagai tanaman dan kenikmatan
yang dimilikinya. Kemudian setan itu menghancurkan semuanya. Keadaan Nabi Ayub
pun berubah dari puncak kekayaan ke puncak kefakiran. Kemudian setan menunggu
apa tindakan Nabi Ayub. Nabi Ayub berkata: “Oh musibah dari Allah
SWT. Aku harus mengembalikan kepada-Nya amanat yang ada di sisi kami di mana
Dia saat ini mengambilnya. Allah SWT telah memberi kami nikmat selama beberapa
masa. Maka segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang diberikannya, dan
Dia mengambil dari kami pada hari ini nikmat-nikmat itu. Bagi-Nya pujian
sebagai Pemberi dan Pengambil. Aku dalam keadaan ridha dengan keputusan Allah
SWT. Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan mudharat. Dia-lah yang ridha dan
Dialah yang murka. Dia adalah Penguasa. Dia memberikan kerajaan kepada siapa
yang di kehendaki-Nya, dan mencabut kerajaan dari siapa yang dikehendaki-Nya;
Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang
dikehendaki-Nya.”Kemudian Nabi Ayub sujud dan Iblis tampak tercengang
melihat pemandangan tersebut. Lalu setan kembali kepada Allah SWT dan berkata: “Ya
Allah, jika Ayub tidak menerima nikmat kecuali dengan mengatakan pujian, dan
tidak mendapatkan musibah kecuali mendapatkan kesabaran maka hal itu sebagai
bentuk usahanya karena ia mendapatkan anak. Ia mengharapkan dengan melalui
mereka kekayaannya meningkat dan melalui mereka ia dapat menjalani kehidupan
yang lebih mudah.” Riwayat mengatakan bahwa Allah SWT membolehkan
bagi setan untuk berbuat apa saja kepada anak-anak Ayub. Kemudian setan
menggoncangkan rumah yang di situ anak-anaknya tinggal sehingga mereka semua
terbunuh.
Dalam keadaan demikian, Nabi Ayub berdialog kepada Tuhannya dan
menyeru: “Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian
saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan
manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak
tercengang dan merasa malu.”
menyeru: “Allah memberi dan Allah mengambil. Maka bagi-Nya pujian
saat Dia memberi dan mengambil, saat Dia murka dan ridha, saat Dia mendatangkan
manfaat dan mudharat. Kemudian Ayub pun sujud dan iblis lagi-lagi tampak
tercengang dan merasa malu.”
Iblis
kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena
badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk
mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat
mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub.
Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya
sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan
nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali
isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah
SWT.
kembali menemui Allah SWT dan mengatakan bahwa Ayub dapat bersabar karena
badannya sehat. Seandainya Engkau memberi kekuasaan kepadaku, ya Rabbi, untuk
mengganggu badannya niscaya dia akan berhenti dari kesabarannya. Riwayat
mengatakan bahwa Allah SWT menginzinkan setan untuk mengganggu tubuh Ayub.
Dikatakan bahwa setan memukul tubuh Nabi Ayub dari kepalanya sampai kakinya
sehingga Nabi Ayub sakit kulit di mana tubuhnya membusuk dan mengeluarkan
nanah, bahkan keluarganya dan sahabat-sahabatnya meninggalkannya kecuali
isterinya. Namun lagi-lagi Nabi Ayub tetap bersabar dan bersyukur kepada Allah
SWT.
Beliau memuji-Nya pada hari-hari kesehatannya dan ia tetap memuji Allah
SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap
bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Melihat pemandangan itu, amarah setan
semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di
sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang
kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan
rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya
dan syukurnya.
SWT saat mendapatkan ujian sakit. Dalam dua keadaan itu, Nabi Ayub tetap
bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT. Melihat pemandangan itu, amarah setan
semakin meningkat namun ia tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya. Di
sini setan mengumpulkan para penasihatnya dari pakar-pakar dan ia menceritakan tentang
kisah Ayub dan meminta mereka mengeluarkan pendapat—setelah ia menyampaikan
rasa putus asanya saat menggodanya atau mencoba menghilangkan sifat sabarnya
dan syukurnya.
Salah
seorang setan berkata: “Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam
bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau
maksud adalah Hawa?” Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu
ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia
pergi ke Ayub dan berkata padanya: “Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di
mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan
kemuliaanmu dahulu?”
seorang setan berkata: “Sungguh engkau telah mengeluarkan Adam
bapak manusia dari surga, lalu darimana engkau mendatanginya? Oh, yang engkau
maksud adalah Hawa?” Terbukalah di hadapan Iblis suatu ide yang baru. Lalu
ia pergi ke istri Ayub dan memenuhi hatinya dengan rasa putus asa sehingga ia
pergi ke Ayub dan berkata padanya: “Sampai kapan Allah SWT menyiksamu? Di
mana harta, keluarga, teman dan kaum kerabat? Di mana masa jayamu dan
kemuliaanmu dahulu?”
Mendengar
perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: “Sungguh engkau telah
dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan
anak yang telah mati?” Perempuan itu berkata: “Mengapa
engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu
serta menghilangkan kesedihannmu? ” Nabi Ayub berkata: “Berapa
lama kita merasakan kebahagiaan?” Istrinya menjawab: “Delapan
tahun.” Ayub berkata: “Berapa lama kita mendapat
penderitaan?”Istrinya menjawab: “Tujuh tahun.” Ayub
berkata: “Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan
penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak
melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku
sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus
kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan
dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah
kau dariku.”
perkataan isterinya itu, Nabi Ayub menjawab: “Sungguh engkau telah
dikuasai oleh setan. Mengapa engkau menangisi kemuliaan yang telah berlalu dan
anak yang telah mati?” Perempuan itu berkata: “Mengapa
engkau tidak berdoa kepada Allah agar Dia menghilangkan cobaan darimu dan menyembuhkanmu
serta menghilangkan kesedihannmu? ” Nabi Ayub berkata: “Berapa
lama kita merasakan kebahagiaan?” Istrinya menjawab: “Delapan
tahun.” Ayub berkata: “Berapa lama kita mendapat
penderitaan?”Istrinya menjawab: “Tujuh tahun.” Ayub
berkata: “Aku malu jika aku meminta agar Allah SWT melepaskan
penderitaanku ketika aku melihat masa kebahagiaanku. Sungguh imanmu tampak
melemah dan keputusan Allah SWT membuat hatimu menjadi sempit. Seandainya aku
sembuh dan kembali kepada kekuatanku, niscaya aku akan memukulmu dengan seratus
kali pukulan dari tongkat. Sejak hari ini, aku tidak memakan dari makananmu dan
dari minumanmu atau memerintahkanmu untuk melakukan suatu urusan. Maka pergilah
kau dariku.”
Akhirnya,
isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar
menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung
niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada
Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya.
Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan
oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan
Nabi Ayub dan kesabarannya. Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia
sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami
tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang
menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng
kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian.
Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah
disampaikan oleh Al-Qur’an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur’an adalah
kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di
belakangnya.
isteri Nabi Ayub pergi sehingga Nabi Ayub tinggal sendirian dalam keadaan sabar
menanggung penderitaanya. Penderitaan yang seandainya ditimpakan kepada gunung
niscaya gunung tidak akan mampu menahannya. Kemudian Nabi Ayub berdoa kepada
Allah SWT dalam keadaan penuh kasih sayang dan meminta belas kasih kepada-Nya.
Beliau berdoa agar Allah SWT menyembuhkannya. Dan akhirnya, doanya dikabulkan
oleh Allah SWT. Demikianlah riwayat yang populer berkenaan dengan penderitaan
Nabi Ayub dan kesabarannya. Menurut hemat kami riwayat ini palsu karena ia
sesuai dengan teks Taurat yang menjelaskan sakitnya Nabi Ayub. Begitu juga kami
tidak menerima jika dikatakan bahwa penyakitnya sangat buruk sekali yang
menyebabkan masyarakat lari darinya sebagaimana dikatakan oleh dongeng-dongeng
kuno. Bagi kami, riwayat semacam itu bertentangan dengan kedudukan kenabian.
Yang perlu kita perhatikan dan perlu kita pastikan adalah apa-apa yang telah
disampaikan oleh Al-Qur’an berkenaan dengan cerita Nabi Ayub. Al-Qur’an adalah
kitab satu-satunya yang pasti benar yang tiada kebatilan di depan dan di
belakangnya.
Allah
SWT berfirman:
SWT berfirman:
“Dan
(ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku), sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya,
dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS.
al-Anbiya’: 83-84)
(ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: (‘Ya Tuhanku), sesungguhnya
aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di
antara semua penyayang.’ Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami
lenyapkan penyahit yang ada padanya dan Kami kembalihan keluarganya kepadanya,
dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami
dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS.
al-Anbiya’: 83-84)
Kita
telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah
SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan
badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia
termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan
keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia
ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi
beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Sakit
yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan
hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan
kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi
tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian.
telah memahami bahwa Nabi Ayub adalah hamba yang saleh dari hamba-hamba Allah
SWT. Allah SWT menginginkan untuk mengujinya dalam hartanya, keluarganya, dan
badannya. Hartanya hilang sehingga ia menjadi orang fakir setelah sebelumnya ia
termasuk orang yang paling kaya. Kemudian ia ditinggalkan oleh istrinya dan
keluarganya sehingga ia merasakan arti kesunyian dan kesendirian lalu ia
ditimpa penyakit dalam tubuhnya dan ia merasa menderita karenanya, tetapi
beliau tetap sabar menghadapi semua itu dan tetap bersyukur kepada Allah SWT. Sakit
yang dideritanya cukup lama sehingga beliau menghabiskan waktu-waktu dan
hari-harinya dalam keadaan sendirian bersama penyakitnya, rasa sedihnya, dan
kesendiriannya. Demikianlah Nabi Ayub merasakan segi tiga penderitaan. Segi
tiga penderitaan dalam hidupnya, yaitu sakit, kesedihan, dan kesendirian.
Di
saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau
salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya;
pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang
engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar
dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian
manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya
niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah
pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali
dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada
manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka
sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
saat beliau mendapat cobaan seperti itu, pada suatu hari datang pada beliau
salah satu pemikiran setan. Pikiran itu berputar-putar di relung hatinya;
pikiran itu mengatakan padanya, wahai Ayub penyakit ini dan penderitaan yang
engkau rasakan oleh karena godaaan dariku. Seandainya engkau berhenti sabar
dalam satu hari saja niscaya penyakitmu akan hilang darimu. Kemudian
manusia-manusia berbisik-bisik dan berkata: Seandainya Allah SWT mencintainya
niscaya ia tidak akan merasakan penderitaan yang begitu hebat. Demikianlah
pemikiran yang jahat itu. Setan tidak mampu untuk mengganggu seseorang kecuali
dengan izin Allah SWT sebagaimana Allah SWT tidak menjadikan cinta-Nya kepada
manusia identik dengan kesehatan mereka. Sesungguhnya Allah SWT menguji mereka
sebagaimana yang dikehendaki-Nya.
Pikiran setan itu berputar di sekitar hati
Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia,
namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada
dirinya beliau berkata: “Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan
berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah.” Akhirnya, pikiran jahat itu
dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam
keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan
bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya,
penderitaannya, dan penyakitnya. Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat
dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya
dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan
makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: “Dari mana engkau
mendapati uang?” Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali
pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat
luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan
makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar
menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Nabi Ayub seperti berputarnya lalat di musim panas di sekitar kepala manusia,
namun beliau mampu menghilangkan pikiran ini dan sambil tersenyum kepada
dirinya beliau berkata: “Keluarlah hai setan! Sungguh aku tidak akan
berhenti bersabar, bersyukur, dan beribadah.” Akhirnya, pikiran jahat itu
dengan rasa putus asa keluar dari akal Nabi Ayub. Nabi Ayub duduk dalam
keadaaan marah karena setan berani untuk mengganggunya. Beliau membayangkan
bahwa boleh jadi setan berani menggodanya dengan memanfaatkan kesendiriannya,
penderitaannya, dan penyakitnya. Istri Nabi Ayub datang dalam keadaan terlambat
dan mendapati Nabi Ayub dalam keadaan marah. Istrinya itu menutupi kepalanya
dengan suatu kain tertutup. Istri Nabi Ayub menghadirkan atau menghidangkan
makanan yang baik untuknya. Nabi Ayub bertanya padanya: “Dari mana engkau
mendapati uang?” Nabi Ayub telah bersumpah akan memukulnya seratus kali
pukulan dengan tongkat ketika beliau sembuh, tetapi kesabarannya sungguh sangat
luas seperti sungai yang besar. Dan di waktu sore, setelah mengetahui kehalalan
makanan yang dihidangkan, beliau pun memakannya. Kemudian Nabi Ayub keluar
menuju ke gunung dan berdoa kepada Tuhannya.
Allah
SWT berfirman:
SWT berfirman:
“Dan
ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku
diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman): ‘Hantamkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi
dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada
mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat
(rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.
Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya).” (QS. Shad: 41-44)
ingatlah akan hamba Kami Ayub ketika ia menyeru Tuhannya: ‘Sesungguhnya aku
diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.’ (Allah berfirman): ‘Hantamkanlah
kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi
dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada
mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi
orang-orang yang mempunyai pikiran. Dan ambillah dengan tanganmu seikat
(rumput), maka pukullah dengan itu dan janganlah kamu melanggar sumpah.
Sesugguhnya Kami mendapati dia (Ayuh) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik
hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (hepada Tuhannya).” (QS. Shad: 41-44)
Bagaimana
kita memahami perkataan Nabi Ayub, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan
kepayahan dan siksaan.”? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya
perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat
mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah
datang karena pengaruh setan. Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan
kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau
untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar
beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini
dan mandi serta minum.
kita memahami perkataan Nabi Ayub, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan
kepayahan dan siksaan.”? Nabi Ayub ingin mengadukan kepada Tuhannya
perihal keberanian setan padanya di mana setan membayangkan bahwa ia dapat
mengganggunya. Nabi Ayub tidak percaya bahwa sakit yang dideritanya adalah
datang karena pengaruh setan. Demikianlah pemahaman yang sesuai dengan
kemaksuman para nabi dan kesempumaan mereka. Allah SWT memerintahkan beliau
untuk mandi di salah satu mata air di gunung. Allah SWT memerintahkannya agar
beliau minum dari mata air ini. Kemudian Nabi Ayub melaksanakan perintah ini
dan mandi serta minum.
Belum lama beliau minum pada tegukan yang terakhir
sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian
suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT
memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka
suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah
SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga
Ayub tidak menjadi fakir. Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama
merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau
telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat
ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa
beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai
melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera
mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan
hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan
demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT
membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
sehingga beliau merasakan sehat dan sembuh total dari penyakitnya. Kemudian
suhu panas dalam tubuhnya pun kembali normal seperti biasanya. Allah SWT
memberikan kepada Ayub dan keluarganya dan orang-orang yang seperti mereka
suatu rahmat dari sisi-Nya sehingga Nabi Ayub tidak kembali sendirian. Allah
SWT memberinya berlipat-lipat kekayaan dan kemuliaan dari sisi-Nya sehingga
Ayub tidak menjadi fakir. Nabi Ayub kembali mendapatkan kesehatannya setelah lama
merasakan penderitaan dan sakit; Nabi Ayub bersyukur kepada Allah SWT. Beliau
telah bersumpah untuk memukul istrinya sebanyak seratus pukulan dengan tongkat
ketika beliau sembuh. Sekarang beliau sembuh maka Allah SWT mengetahui bahwa
beliau tidak bermaksud untuk memukul istrinya. Namun agar beliau tidak sampai
melanggar janjinya dan sumpahnya, Allah SWT memerintahkannya agar segera
mengumpulkan seikat ranting dari bunga Raihan yang berjumlah seratus dan
hendaklah beliau memukulkan itu kepada istrinya dengan sekali pukulan. Dengan
demikian, beliau telah memenuhi sumpahnya dan tidak berbohong. Allah SWT
membalas kesabaran Ayub dan memujinya dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya
Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)
Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya).” (QS. Shad: 44)
Biografi Nabi Ayyub
Nama : Ayub (Ayyub) bin Amush
Garis Keturunan : Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as ⇒ Ishaq as ⇒ al-‘Aish ⇒ Rum ⇒ Tawakh ⇒ Amush ⇒ Ayub as
Usia : 120 tahun
Periode sejarah : 1540 – 1420 SM
Tempat diutus (lokasi) : Dataran Hauran
Jumlah keturunannya (anak) : 26 anak
Tempat wafat : Dataran Hauran
Sebutan kaumnya : Bangsa Arami dan Amori, di daerah Syria dan Yordania di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 4 kali
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.