Tokoh

Sejarah Dan Biografi Nabi Ya’qub As


Sejarah Dan Biografi Nabi Ya’qub As – Yakub (atau Ya’aqub atau Yaqub atau Ya’akov atau Yaqov atau Ya’qub atau
Yaiqob), disebut juga dengan nama Israel (atau
Israil atau Yisrael) adalah leluhur bangsa Israel.



Pengutusan
Nabi Yakub

Ya’qub
hijrah dari negeri Kan’an menuju Faddan Aram atau Padan-Aram (Harran), sebelah
utara Irak, ketempat paman dari jalur ibunya, Laban. Ya’qub tinggal di Harran
cukup lama. Beliau lantas menikahi sepupunya, Putri Laban. Kemudian beliau
kembali kepada keluarganya (di Kan’an atau Kana’an) setelah Allah
menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan istrinya yang lain. Setelah
Ya’qub kembali ke negeri Kan’an (Yabus). Allah menganugerahinya lagi dua putra,
Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian, jumlah putranya menjadi dua belas
orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan risalah ayahnya, Ishaq, dan
kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah. Ketika Allah menganugerahi
Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan pada masa Hesos, Ya’qub dan
anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir. Sementara itu, Yusuf telah
memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu, seperti yang disebutkan dalam
surah Yusuf. Dengan demikian, bangsa Israil memasuki Mesir dan menetap disana
untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi Ya’qub wafat, dan tubuhnya sempat
dipertahankan, kemudian dipindahkan ke Palestina dan dimakamkan disana, sesuai
dengan permintaannya. Beliau dimakamkan di Gua al-Makfilah, di kota Hebron
(al-Khalil).


Wasiat Nabi Ya’qub Kepada Anaknya yang Termaktub dalam
Al-Qur’an
“Apakah
kalian menjadi saksi saat maut akan menjemput Ya’qub, ketika dia berkata kepada
anak-anaknya, ‘Apa yang kalian sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab, ‘Kami
akan menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu, yaitu Ibrahim, Ismail, dan
Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa, dan kami (hanya) berserah diri
kepada-Nya,” (QS. Al-Baqarah [2]: 133).

Kota
Hebron (al-Khalil)
Bangsa
Kan’an (Kana’an) menyebut kota al-Khalil dengan nama Arba’. Nama ini dinisbahkan
kepada raja mereka yang berbangsa Arab Kan’an yang kembali kepada kabilah
‘Inaq. Nama tersebut selanjutnya dikenal dengan nama Gedron atau Gabrion. Ketika
lokasi kota tersebut bersambung dengan rumah Ibrahim yang berada di kaki Gunung
ar-Ra’s, kota baru itu pun dinamakan dengan al-Khalil. Nama yang dinisbahkan
kepada Khalilur-Rahman (kekasih Allah Yang Maha Pengasih), Ibrahim. Ketika
Sarah wafat, Nabi Ibrahim memakamkannya di Gua Makfilah (Makhpela) di kota
al-Khalil (Hebron). Gua ini menjadi tempat pemakaman Ibrahim dan istrinya,
Sarah; Ishaq dan Istrinya; Rifqah; Ya’qub, dan Yusuf. Pada periode Nabi Isa, di
sekitar pemakaman tersebut dibangun tembok yang mengelilinginya dan kawasan itu
dinamakan Kampung Keluarga Ibrahim al-Khalil.

Kisah
Nabi Ya’qub
Nabi
Ya’qub adalah putera dari Nabi Ishaq bin Ibrahim sedang ibunya adalah anak
saudara dari Nabi Ibrahim, bernama Rifqah binti A’zar. Ishaq mempunyai anak
kembar, satu Ya’qub dan satu lagi bernama Ishu. Antara kedua saudara kembar ini
tidak terdapat suasana rukun dan damai serta tidak ada menaruh kasih-sayang
satu terhadap yang lain bahkan Ishu mendendam terhadap Ya’qub saudara kembarnya
yang memang dimanjakan dan lebih disayangi serta dicintai oleh ibunya. Hubungan
mereka yang renggang dan tidak akrab itu makin buruk dan tegang setelah
diketahui oleh Ishu bahwa Ya’qublah yang diajukan oleh ibunya ketika ayahnya
minta kedatangan anak-anaknya untuk diberkahi dan didoakan, sedangkan dia tidak
diberitahu dan karenanya tidak mendapat kesempatan seperti Ya’qub memperoleh
berkah dan doa ayahnya, Nabi Ishaq.

Melihat sikap saudaranya yang bersikap kaku
dan dingin dan mendengar kata-kata sindirannya yang timbul dari rasa dengki,
bahkan ia selalu diancam. Maka, datanglah Ya’qub kepada ayahnya mengadukan
sikap permusuhan itu. Ya’qub berkata mengeluh : “Wahai ayahku! Tolonglah
berikan pikiran kepadaku, bagaimana harus aku menghadapi saudaraku Ishu yang
membenciku mendendam dengki kepadaku dan selalu menyindirku dengan kata-kata
yang menyakitkan hatiku, sehingga hubungan persaudaraan kami berdua renggang
dan tegang, tidak ada saling cinta mencintai dan saling sayang-menyayangi. Dia
marah karena ayah memberkati dan mendoakan aku agar aku memperolehi keturunan
soleh, rezeki yang mudah dan kehidupan yang makmur serta kemewahan.

Dia
menyombongkan diri dengan kedua orang isterinya dari suku Kana’an dan mengancam
bahwa anak-anaknya dari kedua isteri itu akan menjadi saingan berat bagi
anak-anakku kelak dalam pencarian dan penghidupan dan macam-macam ancaman lain
yang menyesakkan hatiku. Tolonglah ayah berikan aku pikiran bagaimana aku dapat
mengatasi masalah ini serta mengatasinya dengan cara kekeluargaan. Berkata Nabi
Ishaq yang memang sudah merasa kesal hati melihat hubungan kedua puteranya yang
makin hari makin meruncing: “Wahai anakku, karena umurku yang sudah lanjut
aku tidak dapat menengahi kamu berdua. Ubanku sudah menutupi seluruh kepalaku,
raut mukaku sudah berkerut dan aku sudah berada di ambang pintu perpisahan dari
kamu dan meninggalkan dunia yang fana ini. Aku khawatir bila aku sudah menutup
usia, gangguan saudaramu Ishu kepadamu akan makin meningkat dan ia secara
terbuka akan memusuhimu, berusaha mencari kecelakaan mu dan kebinasaanmu.

Ia
dalam usahanya memusuhimu akan mendapat sokongan dan pertolongan dan saudara-saudara
iparnya yang berpengaruh dan berwibawa di negeri ini. Maka jalan yang terbaik
bagimu, menurut pikiranku, engkau harus pergi meninggalkan negeri ini dan
berhijrah ke Fadan A’raam di daerah Irak, di mana bapak saudaramu yaitu saudara
ibumu, Laban bin Batu’il. Engkau dapat dikawinkan kepada salah seorang
puterinya. Oleh yang demikian, menjadi kuatlah kedudukan sosialmu, agar
disegani dan dihormati orang karena kedudukan mertuamu yang menonjol di mata
masyarkat. Pergilah engkau ke sana dengan iringan doa dariku. Semoga Allah
memberkati perjalananmu, memberi rezeki murah dan mudah serta kehidupan yang
tenang dan tenteram. Nasihat dan anjuran si ayah mendapat tempat dalam hati
Ya’qub. Melihat dalam anjuran ayahnya jalan keluar yang dikehendaki dari krisis
hubungan persaudaraan antaranya dan Ishu, dengan mengikuti saran itu, dia akan
dapat bertemu dengan bapak saudaranya dan anggota-anggota keluarganya dari
pihak ibunya. Ya’qub segera berkemas-kemas dan membungkus barang-barang yang
diperlukan dalam perjalanan dan dengan hati yang sedih dia meminta restu kepada
ayahnya dan ibunya ketika akan meninggalkan rumah.

Nabi
Ya’qub Tiba di Iraq
Dengan
melalui jalan pasir dan Sahara yang luas dengan panas mataharinya yang terik
dan angin samumnya {panas} yang membakar kulit, Ya’qub meneruskan perjalanan
seorang diri, menuju ke Fadan A’ram dimana bapak saudaranya Laban tinggal.
Dalam perjalanan yang jauh itu, ia sesekali berhenti beristirahat bila merasa
letih. Dan dalam salah satu tempat perhentiannya, lalu tertidurlah Ya’qub di
bawah sebuah batu karang yang besar. Dalam tidurnya yang nyenyak, ia mendapat
mimpi bahwa ia dikurniakan rezeki yang luas, penghidupan yang aman damai,
keluarga dan anak cucu yang soleh dan bakti serta kerajaan yang besar dan
makmur.

Terbangunlah Ya’qub dari tidurnya, mengusapkan matanya menoleh ke kanan
dan ke kiri dan sadarlah ia bahwa apa yang dilihatnya hanyalah sebuah mimpi
namun ia percaya bahwa mimpinya itu akan menjadi kenyataan di kemudian hari
sesuai dengan doa ayahnya yang masih tetap mendengung di telinganya. Akhirnya,
Ya’qub sampai di kota Fadan A’ram. Sesampainya di salah satu persimpangan
jalan, dia berhenti sebentar bertanya ke salah seorang penduduk di mana
letaknya rumah saudara ibunya Laban barada. Laban seorang kaya-raya, pemilik
dari suatu perusahaan perternakan yang terbesar di kota itu tidak sukar bagi
seseorang untuk menemukan alamatnya. Penduduk yang ditanyanya itu segera
menunjuk ke arah seorang gadis cantik yang sedang menggembala kambing seraya
berkata kepada Ya’qub:“Kebetulan sekali, itulah dia anak perempuan
Laban, Rahil, yang akan dapat membawa kamu ke rumah ayahnya”.
Dengan
hati yang berdebar, pergilah Ya’qub menghampiri seorang gadis ayu dan cantik
itu, lalu dengan suara yang terputus-putus seakan-akan ada sesuatu yang
mengikat lidahnya, Ya’qub mengenalkan diri, bahwa ia adalah saudara sepupunya
sendiri. Rifqah ibunya, saudara kandung dari ayah si gadis itu, Laban.

Diterangkan lagi kepada Rahil, tujuannya datang ke Fadam A’raam dari Kan’aan.
Mendengar kata-kata Ya’qub yang bertujuan hendak menemui ayahnya, Laban, dan
untuk menyampaikan pesana Ishaq. Maka, dengan senang hati, Rahil (anak gadis
Laban) mempersilakan Ya’qub mengikutinya balik ke rumah untuk menemui ayahnya,
Laban. Setelah berjumpa, Laban bin Batu’il, menyediakan tempat dan bilik khas
untuk anak saudaranya itu, Ya’qub, yang tiada bedanya dengan tempat-tempat anak
kandungnya sendiri, dengan senang hati Ya’qub tinggal di rumah Laban seperti
rumah sendiri. Ya’qub tinggal di Harran cukup lama. Beliau lantas menikahi
sepupunya, Putri Laban. Kemudian beliau kembali kepada keluarganya (di Kan’an
atau Kana’an) setelah Allah menganugerahinya sepuluh putra dari sepupunya dan
istrinya yang lain. Setelah Ya’qub kembali ke negeri Kan’an (Yabus). Allah
menganugerahinya lagi dua putra, Yaitu Yusuf dan Bunyamin. Dengan demikian,
jumlah putranya menjadi dua belas orang. Di tempat itulah dia menyempurnakan
risalah ayahnya, Ishaq, dan kakeknya, Ibrahim, untuk menyeru pada ajaran Allah.
Ketika Allah menganugerahi Yusuf gelar kenabian dan jabatan Menteri Keuangan
pada masa Hesos, Ya’qub dan anak-anaknya berangkat menemui Yusuf di Mesir.
Sementara itu, Yusuf telah memaafkan perbuatan saudara-saudaranya dahulu,
seperti yang disebutkan dalam surah Yusuf. Dengan demikian, bangsa Israil memasuki
Mesir dan menetap disana untuk beberapa waktu. Pada sat itulah nabi Ya’qub
wafat, dan tubuhnya sempat dipertahankan, kemudian dipindahkan ke Palestina dan
dimakamkan disana, sesuai dengan permintaannya. Beliau dimakamkan di Gua
al-Makfilah, di kota Hebron (al-Khalil).

Kisah
Nabi Ya’qub di Dalam Al-Quran


Di
dalam Al-Quran, nama Ya’qub as, disebutkan sebanyak 18 kali, yaitu QS. [2:132,
2:133, 2:136, 2:140, 3:84, 4:163, 6:84, 11:71, 12:6, 12:38, 12:66, 12:67,
12:68, 19:6, 19:49, 21:72, 29:27, 38:45] 

Nama                                        :  Ya’qub (Yakub/Israel) bin Ishaq (Ishak),
Garis Keturunan:                      :  Adam as ⇒ Syits ⇒ Anusy ⇒ Qainan ⇒ Mahlail ⇒ Yarid ⇒ Idris as ⇒ Mutawasylah ⇒ Lamak ⇒ Nuh as ⇒ Sam ⇒ Arfakhsyadz ⇒ Syalih ⇒ Abir ⇒ Falij ⇒ Ra’u ⇒ Saruj ⇒ Nahur ⇒ Azar ⇒ Ibrahim as  Ishaq as ⇒ Ya’qub as
Usia                                          : 147 tahun
Periode sejarah                         : 1837 – 1690 SM
Tempat diutus (lokasi)              : Syam (Syria/Siria)
Jumlah keturunannya (anak)     : 12 anak
Tempat wafat                           : Al-Khalil (Hebron)
Sebutan kaumnya                     :  Bangsa Kan’an di Al-Quran namanya disebutkan sebanyak 18 kali

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top