(pengucapan /ˈhaɪərəʊɡlɪf/;
dari Yunani ἱερογλύφος
“ukiran suci”, dalam Bahasa Inggris hieroglyphic = τὰ ἱερογλυφικά
[γράμματα]) adalah sistem tulisan formal yang digunakan masyarakat Mesir kuno
yang terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Hieroglif Mesir
merupakan salah satu sistem penulisan paling tua yang dikenal manusia. Beberapa
dari tulisan tersebut berasal dari tahun 3000 sebelum masehi dan telah
digunakan oleh bangsa Mesir selama lebih dari 3000 tahun. Masyarakat Mesir
menggunakan hieroglif kursif untuk sastra keagamaan pada papirus dan kayu.
Adapula variasi formal tulisan yang lebih kecil, yang disebut hieratik dan demotik,
namun secara teknis tulisan tersebut bukan merupakan hieroglif.
Etimologis
Berdasarkan kamus, arti dari hieroglif adalah tulisan dan abjad Mesir Kuno,
yang terdiri atas 700 gambar dan lambang dalam bentuk manusia, hewan, atau
benda; dan lambang tulisan (menyerupai gambar paku) yang bersifat rahasia atau
teka-teki yang sukar dibaca atau dipahami maknanya. Disebut hieroglif karena
ketika orang Yunani pertama kali melihat tulisan itu, mereka yakin bahwa
tulisan tersebut merupakan tulisan pendeta yang memiliki makna dan tujuan yang
suci. Kata hieroglif berasal dari kata sifat bahasa Yunani yaitu ἱερογλυφικός
(hieroglyphikos), gabungan dari ἱερός (hierós ‘keramat’ atau ‘suci’) dan γλύφω
(glýphō ‘ukiran’, ‘pahatan’, atau glyphs). Kata glyphs sendiri merujuk pada τὰ ἱερογλυφικὰ
γράμματα (tà hieroglyphikà grámmata, ‘kesusastraan ukir pahat’). Kata
hieroglyph dalam bahasa Inggris dijadikan kata benda, menggantikan arti kata
hieroglif yang sebenarnya. Yang seharusnya seperti dalam kalimat sebelumnya,
kata hieroglyphic merupakan sebuah kata sifat, namun sering terjadi kekeliruan
dalam penggunaan kata hieroglyph sebagai sebuah kata benda.
muncul dari sebelum kesusastraan tradisi artistik Mesir. Contohnya, simbol pada
tembikar Gerzean dari tahun 4000 SM menyerupai penulisan hieroglif. Selama
beberapa tahun, prasasti hieroglif yang pertama kali diketahui adalah Narmer
Palette, ditemukan dalam penggalian di Hierakonpolis (sekarang Kawm al-Ahmar)
pada tahun 1890-an, yang diperkirakan tahun 3200 SM. Bagaimanapun, pada tahun
1998, tim arkeologis Jerman di bawah pimpinan Günter Dreyer pada penggalian di
Abydos (sekarang Umm el-Qa’ab) menemukan sebuah makam dari seorang penguasa
Predynastic, dan menemukan tiga ratus pahatan nama dari tanah liat dengan
proto-hieroglyphs, tertanggal pada masa Naqada IIIA dari abad ke-33 Sebelum
Masehi. Kalimat pertama yang tertulis penuh dengan hieroglif sejauh yang
ditemukan adalah kesan segel yang ditemukan di makam Seth-Peribsen yang
terletak di Umm el-Qa’ab, tertanggal dari dinasti kedua. Di zaman Kerajaan Tua,
Kerajaan Tengah, dan Kerajaan Baru, terdapat sekitar 800 hieroglif.
Saat zaman Greco-Roman, mereka menomori lebih dari 5,000 hieroglif. Pada abad
keempat, beberapa orang mesir akhirnya dapat membaca hieroglif. Penggunaan
hieroglif kemudian berhenti setelah penutupan seluruh gereja non-kristen pada
tahun 391 Masehi oleh Kaisar Roman, Theodosius I; yang tertulis dalam prasasti
terakhir dari Philae, diketahui sebagai The Graffito of Esmet-Akhom, tahun 396
Masehi. Penemuan hieroglif yang paling menggemparkan dalam sejarah modern
adalah penemuan Batu Rosetta pada sekitar tahun 1799. Orang yang mendapatkan
penghargaan dari menafsirkan tulisan tersebut adalah Jean Francois Champollion.
Pada awalnya, orang Mesir menggunakan bentuk gambar tulisan yang kasar, seperti
yang digunakan oleh suku-suku primitif di seluruh dunia. Hieroglif adalah
gambar yang masing-masing mewakili objek alamiah. Matahari digambarkan sebagai
piringan, bulan digambarkan dengan bulan sabit, air digambarkan oleh garis
gelombang, orang dengan bentuk orang, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, tulisan gambar ini tidak dapat mewakili kata-kata atau benda-benda
yang tidak dapat dilihat mata seperti pikiran, cahaya, dan hari. Sehingga
hieroglif pun lebih dianggap sebagai simbol ide daripada sebuah gambar objek.
Piringan dapat juga berarti ‘hari’, bukan hanya berarti matahari. Ide-ide ini
disebut dengan ‘ideogram’. Perkembangan hieroglif selanjutnya adalah
menggunakan gambar, lebih untuk mewakili bunyi daripada untuk mewakili objek
sesungguhnya. Misalnya, sebuah gambar lebah dapat bukan berarti serangga,
melainkan merujuk pada kata ‘lebah’. Daun dapat memiliki arti ‘percaya’ (kita
gunakan kata dalam Bahasa Indonesia untuk memudahkan dalam menunjukkan
bagaimana cara kerjanya). Hieroglif seperti itu, yang digunakan sebagai bunyi,
dikenal dengan nama ‘fonogram’. Belakangan, orang Mesir dapat menulis kata apa
saja yang mereka kenal, baik kata itu berarti sesuatu yang dapat mereka
gambarkan atau tidak. Dari fonogram tersebut mereka mengembangkan satu seri
tanda, masing-masing mewakili satu huruf. Dalam penulisan, orang Mesir hanya
menggunakan huruf konsonan (huruf mati) saja. Misalnya, kata ‘minum’ hanya akan
ditulis ‘mnm’ (tentunya dengan menggunakan tulisan Mesir). Orang Mesir juga
terus menggunakan simbol-simbol lama dalam tulisan mereka seperti ideogram,
fonogram, dan picturegram (tulisan gambar) semuanya digabungkan. Seiring
berjalannya waktu, tulisan tersebut menjadisangat rumit sehingga tidak mudah
dimengerti oleh orang awam.
hieroglif dapat dimulai dari kanan ke kiri, kiri ke kanan, atau dari atas ke
bawah dan dari bawah ke atas, tetapi biasanya dimulai dari kanan ke kiri
(seperti dalam penulisan Arab, walaupun dalam penulisan formal zaman sekarang
ini menggunakan kiri ke kanan).
terdiri dari tiga macam glyph yaitu phonetic glyphs, termasuk karakter satu
konsonan yang berfungsi seperti abjad, logographs; dan semagram (simbol
semantik yang menentukan makna), yang membatasi arti dari logographic atau
kata-kata fonetis.
Secara visual, keseluruhan hieroglif kurang lebih bersifat kiasan: mereka
merepresentasikan elemen yang nyata ataupun ilusional, terkadang menyesuaikan
dengan mode dan disederhanakan, tetapi secara umum benar-benar dikenal dalam
tanda. Bagaimanapun, simbol atau tanda yang sama, berdasarkan konteksnya, dapat
diinterpretasikan dalam bermacam-macam cara yaitu sebagai fonogram (phonetic
reading), sebagai logogram, atau sebagai ideogram (semagram; determinative,
semantic reading).
Kebanyakan simbol atau bentuk hieroglif merupakan fonetis alam, yang berarti
bahwa simbol tersebut dibaca dan dibuat sesuai dengan karakteristik visualnya.
Gambar dari mata dapat menjelaskan kata ‘mata’ itu sendiri dan kata ‘saya’
dalam bahasa Inggris (‘eye’ dan ‘I’). Gambar mata itu disebut dengan fonogram
dari kata ‘I’. Bentuk fonogram dengan satu konsonan disebut mono- atau tanda
uniliteral; dengan dua konsonan, tanda biliteral; dengan tiga konsonan disebut
tanda triliteral. Dua puluh empat tanda uniliteral disebut abjad hieroglif. Penulisan
hieroglif Mesir normalnya tidak mengindikasikan huruf vokal seperti A, I, U, E,
O.
Penulisan Mesir sering kali pleonastis atau berlebihan. Ini sering kali terjadi
dalam sebuah kata yang harus diikuti oleh sejumlah karakter penulisan yang
memiliki kesamaan pengucapan. Contohnya, kata nfr, yang memiliki arti ‘cantik,
baik, sempurna’, ditulis dalam triliteral yang unik.
Bagaimanapun, hal ini sangat biasa ditambahkan dalam triliteral, uniliteral
untuk f dan r. Kata tersebut dapat ditulis sebagai nfr+f+r namun tetap dibaca
dengan nfr. Dua karakter abjad ditambahkan demi kejelasan ejaan dari hieroglif
triliteral yang terdahulu. Karakter berlebihan yang mengikuti tanda biliteral
atau triliteral disebut phonetic complements atau pelengkap fonetis. Dapat
ditempatkan di depan tanda (jarang), setelah tanda (seperti ketentuan umumnya),
atau bahkan dikeduanya.
Selain interpretasi fonetis, karakter atau simbol-simbol juga dapat dimaknai
dengan membaca, dalam hal ini logogram diucapkan (atau ideogram) dan semagram
(sering disebut juga dengan determinative).
Logogram
Hieroglif digunakan sebagai logogram untuk menegaskan suatu objek yang
merupakan sebuah gambar. Untuk itu logogram merupakan benda biasa yang sering
digunakan. Dalam teori, seluruh hieroglif memiliki kemampuan untuk digunakan
sebagai logogram. Logogram dapat ditemani dengan pelengkap fonetis.
Determinatives atau semagram (simbol semantik yang menentukan makna)
ditempatkan di akhir dari sebuah kata. Karakter ini bertujuan untuk
mengklarifikasi tentang apakah sebuah kata itu, seperti homofonik glyphs. (anehdidunia)
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.