Frans Nadjira
Untuk kali terakhir
kata menjengukmu
karena kata cuma milikku:
“Selamat jalan, batu paras
yang ditatah dengan kapak”
Di suatu desa ada sumber air panas
menjangan-menjangan berkumpul di sana.
Termangu. Mengapa angin pagi ini terasa
liar. Ini bukan tarian biasa. Ia membelit
ia melilit. Seperti berobah perangainya.
Langitpun jatuh. Melekat
seperti kaki-kaki gurita. Dukaku
memeluk lengan menjangan-menjangan
yang bernyanyi perlahan:
“Kubuatkan ayunan lengkung cahaya
di kaki langit. Kami yang nampak
karena lahir. Matahari silam, topeng-topeng
buatkan kami nyanyian untuk berangkat”.
Karena kata cuma milikku
Kujenguk kau dengan kata:
“Selamat jalan, batu paras
yang ditatah dengan kapak”
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.