Topik

Sinopsis dan Unsur Intrinsik Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Sinopsis
dan Unsur Intrinsik 
“Daun
Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin”


“Biarlah
aku luruh ke bumi seperti sehelaian daun… daun yang tidak pernah membenci
angin meski harus terenggut dari tangkai pohonnya”



 


  IDENTITAS
BUKU
a.    Judul : Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci
Angin
b.    Pengarang : Tere Liye
c.     Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
d.    Tahun Terbit : Juni 2010
e.    Jumlah halaman : 264 Halaman






Sinopsis Novel
    Tania seorang  pengamen jalanan ibukota, menyambung hidup
dari satu bus ke bus lainnya bersama adiknya “Dede”, sejak ayahnya
meninggal merekalah yang harus membantu ibunya mencari nafkah. Tak disangka
kehidupan malangnya dapat berakhir ketika bertemu malaikat di suatu bus saat
Tania mengamen. Sejak pertemuan itu kehidupan Tania, Dede, dan ibu menjadi
lebih baik.
    Malaikat 
yang bernama Om Danar itu menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Ia
membiayai seluruh kebutuhan Tania, Dede, dan ibu. Tania dan Dede kembali
bersekolah, ibu membuka bakery. Hubungan keluarga Tania dan Danar sangatlah
dekat, Danar sangatlah senang dapat merasakan kehangatan keluarga.
    Danar mempunyai kekasih yang bernama Ratna.
Suatu hari Danar mengenalkan Ratna ke keluarga Tania. Tania sangat tidak suka
dengan kedekatan mereka. Tania iri melihat mereka. Sejak saat itu Tania
menyadari bahwa telah ada rasa cinta yang tumbuh.
    Beberapa tahun kemudian ibu menyusul
kepergian ayah, Tania dan Dede sangat terpukul dengan kejadian ini. Sebelum ibu
meninggal ibu  menyampaikan pesan untuk
tania “Berjanjilah ,Nak… kau tak akan pernah menangis sesulit apa pun
keadaan keadaan yang akan kau hadapi kecuali demi dia”. Setelah ibu
meningggal Tania dan Dede tinggal bersam Om Danar.
     Tania tumbuh menjadi gadis yang pintar dan
cantik. Ia mendapat beasiswa ke ASEAN Scholarship di Singapura, dan ia pun
harus terpisah jauh dengan Danar tapi mereka tetap berkomunikasi. Ketika Danar
mengunjungi Tania ia memberikan Tania liontin dan liontin Tania lah yang
memiliki arti spesial dianatara liontin lainnya.
     Beberapa saat kemudian Tania mendapatkan
kabar yang sangat menyakitkan hatinya sangat hancur ketika Danar memintanya
pulang untuk menghadiri pesta penikahan dirinya dengan Ratna. Tania tidak mau
pulang walaupun kehadirannya sangat dinanti. Sejak saat itu Tania tidak
berkomunikasi dengan Danar.
     Ratna selalu menceritakan kehidupan
setelah pernikahannya dengan Danar yang tidaklah bahagia kepada Tania, Ratna
merasa ia sedang bersaing dengan bayangan yang tidak tau siapa orangnya.
Akhirnya Tania memutuskan untuk kembali ke Jakarta dan menanyakan langsung ke
Danar apa yang sebenarnya terjadi.
     Hari itu terbongkalah semua perasaan yang
tersimpan, Tania mengakui perasaannya ke Danar dan ternyata Danar juga
mencitainya, tetapi perbedaan usialah yang menghalangi cinta tersebut. Liontin
yang selama ini dimiliki Tania memiliki suatu arti karena dibelakang liontinnya
terdapat potongan daun linden yang potongan lainnya terdapat di liontin Danar.
Sejak saat pertemuan tesebut Tania berjanji untuk tidak kembali lagi kedalam
kehidupan Danar dan meminta Danar untuk kembali kepada Ratna. Tania tau cinta
tak harus memiliki.

UNSUR INSTRINSIK
A.    TEMA
Tema
dalam novel ini adalah “Cinta tak harus memiliki”, seperti  dalam kutipan berikut “Cinta tak harus
memiliki. Tak ada yang    sempurna dalam
kehidupan ini.” (hal.256)
Tema
dalam novel ini adalah “Ikhlas dalam menerima takdir tuhan.” Seperti dalam
kutipan berikut:
“Ketahuilah,
Tania dan Dede…. Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin…. Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semunya..”
(hlm.63)
“Bahwa
hidup harus menerima.. penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti…pengertian
yang benar. Bahwa hidup harus memahami…pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat
apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat
kejadian yang sedih dan menyakitkan.” (hlm. 196)
B.    PENOKOHAN
1)    Tania (Tokoh Aku)
Tania
adalah seorang gadis yang cerdas, cantik, dewasa, bertanggung jawab, menepati
janji, tulus, setia, membanggakan, dan berlapang dada. Selain itu, Tania juga
seorang yang menyayangi keluarganya, terutama adik dan ibunya. Ia rela
mengorbankan sekolahnya demi membantu sang ibu mengumpulkan pundi uang untuk
kelangsungan hidup mereka.
  • Cerdas

“Setelah
berjuang habis-habisan di ujian terakhir, akhirnya aku berhasil melampaui 0,1
digit si nomor satu selalu. Tipis sekali. Aku mendapatkan peringkat terbaik.”
(hlm. 127)
  • Cantik

“Aku
tahu aku cantik. Tubuhku proporsional. Rambut hitam legam nan panjang. Menurut
seseorang yang akan penting sekali dalam semua urusan malam ini: “mukamu
bercahaya oleh sesuatu, Tania..””  (hlm.
15)
  • Membanggakan

“Lihatlah….Tania
yang dewasa dan cantik. Tania yang akan selalu membanggakan ibu. Tania yang
akan selalu membanggakan.” (hlm. 192)
2)    Oom Danar.
Danar
adalah seorang pemuda yang tampan, dewasa, baik, murah hati, penyayang, dan
menyukai anak-anak. Ia juga pandai menulis, sehingga novel-novel karyanya laku
keras di pasaran hingga merambah ke mancanegara.
  • Tampan

“Dia
berkeliling berkenalan dengan teman-temanku. Maggie yang orangtuanya tinggal di
Selangor mendesis, “wow, cute,” saat bersalaman dengannya. Teman-temannya ikut
tertawa. Berbisik dengan genitnya. Lebih ramai.” (hlm. 95)
  • Baik

“Dia
beranjak dari duduknya, mendekat. Jongkok di hadapanku. Mengeluarkan saputangan
dari saku celana. Meraih kaki kecilku yang kotor dan hitam karena bekas
jalanan. Hati-hati membersihkannya dengan ujung saputangan. Kemudian
membungkusnya perlahan-lahan.” (hlm. 24)
“saat
kami akan turun, ia memberikan selembar uang sepuluh ribuan,”untuk beli obat
merah.” (hlm.24)
3)    Dede.
Dede
adalah seorang pemuda yang baik, menyanyangi keluarganya, cerdas, memilki nalar
yang tinggi, tampan, serta tidak bisa diam. Dede seringkali menyeletuk dan
mengoceh ketika sedang berkumpul dengan Oom Danar, Tania, dan Kak Ratna. Ia
memiliki hobi bermain lego, sejak lego pertama yang ia dapatkan dari Oom Danar
sewaktu ia kecil dulu. Ia juga pandai bercerita, karena sering bercerita
bersama Oom Danar di kelas mendongeng.
  • Cerdas

“Dede
ranking empat dikelas, meski tidak ikut ulangan umum karena sakit.” (hlm.44)
4)    Ratna
Kak
Ratna adalah seorang perempuan yang berperawakan seperti artis. Ia baik,
menyenangkan, cantik, pengertian, mau mendengarkan, penyabar, dan tulus. Ia
begitu menyayangi Danar sehingga tidak begitu menyadari perasaan yang
sebenarnya Danar simpan diam-diam.
C.     ALUR
Alur
yang digunakan dalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju mundur. Hal
ini dibuktikan oleh tahapan cerita berikut ini:
1)    Pengenalan/Awal cerita.
Awal
Cerita dalam novel ini dimulai dengan narasi Tania yang berlokasi di sebuah
toko buku. Toko buku inilah yang mengaitkan segala cerita yang kelak akan
mengalir. Narasi yang dipaparkan adalah narasi mengenai perasaan Tania, sang
tokoh utama, yang kemudian berlanjut dengan pengenalan berbagai tokoh dalam
cerita ini.
2)    Konflik/ awal permasalahan
Permasalahan/konflik
dalam cerita ini berlangsung ketika Tania kecil mulai merasa perasaan yang
mengganggu ketika dirinya, Danar, Kak Ratna, Dede, dan Ibu berjalan bersama ke
Dunia Fantasi. Ia mulai merasa cemburu. Selain itu, konflik juga terjadi ketika
Kak Ratna memberitahu dirinya bahwa ia dan Danar akan segera menikah.
3)    Klimaks/Puncak permasalahan
Klimaks
dari novel ini adalah terletak pada bagian ketika menjelang akhir, yakni ketika
Tania bertemu dengan Oom Danar di bawah pohon Linden dan membicarakan mengenai
kejujuran yang sebenarnya dari seluruh perasaan yang mereka pendam selama ini.
4)    Anti Klimaks
Anti
Klimaks dari novel ini adalah ketika Tania memutuskan untuk berdamai dengan
perasaannya sendiri dan ingin berusaha melepaskan bayang-bayang Danar di
benaknya.
5)    Resolusi/Penyelesaian
Resolusi
dari cerita ini adalah ketika Tania akhirnya memutuskan untuk meninggalkan
Danar dan kembali melanjutkan hidupnya dengan kembali ke Singapura.
D.    LATAR
1)    Latar Tempat

Yang
menjadi latar tempat dalam novel ini adalah daerah di negara Indonesia dan
Singapura. Seperti  ketika di Indonesia,
novel ini mengambil latar tempat di :
a. rumah kardus Tania:
“dan
akhirnya sampailah kami kepada pilihan rumah kardus.” (hlm.30)

b. lingkungan rumah kardus Tania:
“aku,
adikku, dan Ibu sering duduk dibawah rumah kardus kami, menatap pohon yang
mekar tersebut dibawah bulan purnama, seperti malam ini.” (hlm. 232)

c. toko buku favorit Danar:
“Lantai
dua toko buku terbesar kota ini. Sudah setengah jam lebih aku terpekur berdiam
diri disini. Mengenang semua kejadian itu. Mengenangnya. “ (hlm. 104)

d. rumah sakit:
“menyuruh
kami mandi di kamar mandi rumah sakit.” (hlm. 57)

e. pusara Ibu:
“Aku
tersenyum sambil bersibak, agar mereka berdua bisa merapat ke pusara ibu.”
(hlm. 195)

f. Kontrakan Danar
“Sehari
setelah ibu meninggal, aku dan adikku pindah ke kontrakannya.” (hlm. 67)

g. Bandara:
“ketika
tiba di bandara, dia dan Dede sudah menjemputku di lobbi kedatangan luar
negeri.” (hlm. 78)

Novel
ini juga mengambil latar tempat di Singapura yaitu di :
h. Bandara Changi:
“pukul
15.00 aku mengantar mereka ke Bandara Changi” (hlm. 102)

i. NUS (National University of Singapore):
“Aku
mengajaknya jalan-jalan di Kampus National University of Singapore (NUS)” (hlm.
100)

j. Toko buku terbesar di Singapura:
“buktinya,
saat Dede ingin membeli buku-buku di salah satu toko buku terbesar di
Singapura, ia hanya mengangguk, mengiyakan.” (hlm. 96)
2)    Latar Waktu

a. Pagi hari
“besok
pagi-pagi, ibu mengganti perban itu dengan lap dapur, saputangan itu dicuci.”
(hlm. 24)

b. Siang hari
“kami
makan siang di kantin mahasiswa.” (hlm. 101)

c. Sore hari
“aku
ingat sekali, sore hari Minggu itu seperti biasa aku dan adikku pulang lebih
lama dibandingkan anak-anak lain.” (hlm.38)

d. Malam hari
“malam-malam
duduk didepan kontrakan berlalu percuma.” (hlm. 37)
3)    Latar Suasana

a. Menyenangkan
“pesta
sweet seventeen-ku hanya seperti itu. (meski bagiku itulah pesta terbaik selama
ini)” (hlm. 95)

b. Menyedihkan
“Kak..
kenapa Ibu dibungkus?” aku hanya menggeleng lemah. Usianya delapan tahun, dan
ia belum mengerti benar tentang kata “kematian”” (hlm. 62)

c. Mengharukan
“tahukah
kau. Danar tadi sempat berkaca-kaca mendengar pidatomu.” (hlm. 130)

d. Mengagetkan
“mukaku
memang terlanjur memerah. Semua ini mengejutkan.” (hlm. 131)
E.    SUDUT PANDANG
Sudut
pandang dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama pelaku utama. Cerita
ini dikisahkan melalu sudut pandang Tania, sang tokoh utama dari novel ini.
Tercermin dalam kutipan berikut ini:
“aku
mencintainya. Itulah semua perasaanku.” (hlm. 154)
“aku
menimpuk kepala Anne dengan gumpalan tisu.” (hlm. 177)
“dia
menoleh padaku. Kami bersitatap sejenak. Ya Tuhan, mata itu redup. Redup
sekali.” (hlm.237).
F.      GAYA BAHASA
1)    Simile
“seseorang
yang bagai malaikat hadir dalam kehidupan keluarga kami…” (hlm.128)
2)    Asosiasi
“mobil
beringsut seperti keong.” (hlm. 65)
3)    Hiperbola
“seseorang
yang membuatku rela menukar semua kehidupan ini dengan dirinya.” (hlm.129)
“Esok
malamnya e-mail kak Ratna berdarah-darah.” (hlm. 228)
4)    Personifikasi
“Angin
malam memainkan anak rambut.”(hlm.236)
“Daun
yang jatuh tak pernah membenci angin.” (hlm. 63)
G.    AMANAT
Amanat
yang terkandung dalam novel ini ialah, terkadang hal yang terbaik adalah
menerima
. Menerima, bahwa segala hal yang terjadi tidak selalu seperti apa yang
kita inginkan. Menerima, dan belajar untuk mengikhlaskan. Jika sesuatu itu
memang bukan hadir untuk kita, Meski seberapapun besar usaha yang kita perbuat,
meski seberapa susahnya pun kita berjuang, meski seberapa sakitnya pun kita
bertahan, dan meski seberapapun indahnya memori yang ada bersama seseorang
tersebut, kita tidak akan bisa mendapatkannya. Karena yang terbaik menurut
kita, belum tentu yang terbaik menurut kehendak Tuhan.
Dan
ketika kita menghadapi suatu musibah, suatu masalah, atau apapun yang negatif,
hendaknya kita tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Karena sedih dan senang
itu datangnya satu paket. Tuhan maha adil, dan tidak akan membiarkan hambanya
bersedih kecuali apabila hambanya memang sanggup untuk menanggungnya. Alih-alih
bersedih, sebaiknya kita semakin mengembangkan diri kita dan menjadi lebih baik
lagi, seperti yang dilakukan Tania. Meski Danar tidak jadi bersamanya, ia tetap
melanjutkan hidup dan menjadi seseorang yang sukses di Singapura.

Karena
cinta tidak harus memiliki.


KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN NOVEL
A.    Kelebihan 
:
a.  Isi dari buku tersebut membawa pembaca pada
suasana sesungguhnya, pada perasaan yang dialami si tokoh utama.
b.  Penulisan nya menarik dengan menambahkan
beberapa teks percakapan melalui Chating antara tokoh utama dan tokoh lainnya.
c.  Terkesan humor dan romantis.
d.  Menguras perasaan pembaca untuk ikut
merasakan jadi tokoh utama.
e.  Gaya bahasanya bagus dan sangat mudah
dipahami. Bahasanya yang indah untuk didengar dan sangat puitis sehingga si
pembaca sangat nyaman dan senang dalam membaca novel tersebut.
B.   Kekurangan :
a.  Alur yang terlalu berputar-putar membuat
pembaca harus benar-benar fokus pada awal cerita.
b.  Cerita yang kurang masuk akal, dengan si
tokoh utama yang jatuh cinta pada lelaki yang jauh lebih dewasa.
c.  Cerita seorang anak kecil berumur sebelas
tahun namun harusnya tidak dibaca pada anak seumurannya, karena dalam kehidupan
nyata sangat jarang sekali gadis kecil jatuh cinta pada laki-laki berumur 25
tahun.
d.  Ada beberapa istilah yang sulit dimengerti
e.  Mengenai EYD :
–         Pada halaman 19 kutipan “Dia menatapku
dengan pandangan itu.” Seharunya kata ‘itu’ tidak miring.
–         Pada halaman 59 paragraf 6 seharusnya
tidak terlalu banyak menggunakan titik.
–         Pada halaman 233 kutipan “Seseorang
yang kukagumi, memesona.” Kata ‘memesona’ itu seharunya ‘mempesona’.
–         Pada halaman 249 kutipan
‘dedetakmengerti’ seharusnya pakai spasi seperti ini ‘Dede tak mengerti’.


Oiya, guys, berikut ada video Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 

 “Check it out” 




“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta.” 

― Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
















Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top