Taman Kehidupan
Populer Gramedia), Jakarta.
puisi)
Wijaya
Membasuh Hati di Taman Kehidupan terdiri atas 2
kumpulan puisi yang pernah diterbitkan untuk kalangan terbatas, yaitu: Taman Kehidupan (2004, 31 puisi) dan Membasuh Hati (2010, 46 puisi).
Sepilihan puisi Susilo Bambang Yudhoyono dalam
Membasuh Hati di Taman Kehidupan
Rasa dan Kehidupan
Di padepokan tua
di kaki Bukit Banyu Kahuripan
berkata Ki Sudi Panuntun, sang
guru filsafat Jawa
Anak-anakku
kau boleh melanglang buana
menyeberang laut, menjelajah
dunia
mencari makna
hakikat hidup di dunia fana
Aku tidak tahu
apa yang kau dapatkan anakku
ketika segalanya tak selalu
terang
meskipun kau datang
berulang-ulang
jangan-jangan engkau
mendapati alam sunyi penuh
kehampaan
Di seberang sana
ada pohon kelapa, berkelompok
lima-lima
dan semua memberi guna
pada manusia
Jika pencarian makna pohon kelapa
kau mulai dari akar, batang, daun
dan manggar
juga sabut, tempurung, buh putih
dan air manis segar
kau dapatkan segala makna
yang serba benda dan kasat mata
Tetapi,
jika kau sejenak bertafakur
dan kau buka pintu jiwamu
yang tengah mendaki dan mencari,
kau akan dapati anakku
bahwa dalam manisnya air kelapa
ada rasa
dan hanya rasa,
hakikat dari segala kehidupan
manusia
Bogor, 6 Agustus 2010
Old Soldiers Never Die
Kusimpan dalam pojok memorabilia
baret hijau yang menyimpan cerita
di medan latihan, di medan laga
di bukit-bukit terjal, di
tebing-tebing curam
di Timor Timur, di Bosnia dan di
Amerika
Baret hijauku, yang lekat di
ragaku,
dan dalam jiwaku
menembus gelombang laut di malam
gulita
meloncat dari deru pesawat,
melayang di udara
bersatu dalam heroisme
prajurit-prajurit muda
yang tak kenal bahaya
karena itulah sumpahku pada
negara
sepanjang masa
Aku sering rindu
berlari bersama prajurit lintas
udara, di lapangan hijau
dalam gegap gempita mars pasukan
elite
bagai rajawali yang menukik
dan menyambar lawan dari langit
biru
Meskipun masa-masa indah itu
telah berlalu
bakti ksatria sejati tak pernah
henti
Old soldiers never die; they just fade away….
Wisma Negara, 1 Agustus 2010
Anak Laut
Bocah kecil bermain di tepi laut
Bercanda, berbinar dalam tawa
dan menari di gulungan ombak
putih kemilau
Aku berlari di kolong langit biru
menjemput burung camar yang
terbang tinggi,
menghampiri nyiur yang bergoyang
dan melambai
Oh, indahnya alam ini!
Oh, lepasnya hati ini!
Kubernyanyi,
dan tak henti memuji keagungan
laut ciptaan Ilahi
Kusapu batu karang,
dan kudekati pasir bening
memanjang
dalam debur ombak pantai selatan
Aku tak lagi bocah kecil yang
berlari
dan bercanda dengan paman nelayan
di tepi pantai penuh kenangan
Tapi,
laut yang luas di kolong
kemesraan ini
adalah hatiku yang terus hidup
di taman impian dan pengharapan
Jakarta, 21 Januari 2004
Demi Waktu
Bulan di atas perahu
Sendu
Cemara di kaki gunung
Termenung
Lolong ke keheningan malam
Kelam
Pengemis di ujung kota
Duka
Kutahu waktu menjanjikan berkah
Kuburu, pantang menyerah
Apalagi pasrah
Jakarta, 20 Januari 2004
Cinta
Cinta itu buta
Cinta itu dahaga
Cinta itu kembara
Ke mana,
kekasih kau kupuja?
Lembah yang dalam, tak perlu kau
turuni
Gunung yang menjulang, tak perlu
kau daki
Laut yang membentang, tak perlu
kau arungi
Karena cinta tak pernah pergi,
di sini
di dalam hati
Mestikah cinta terus bersinar
dalam kelam yang mulai pudar
dalam jiwamu yang makin bergetar
dan bola matamu yang kian
berbinar
Cikeas, 4 Februari 2004
Jakarta
Jakarta ini neraka
kota brengsek dan penuh derita,
keluh Maman
Dua tahun aku terlunta
dan terseok di sudut-sudut kota,
nestapa
Kutinggalkan Priangan Timur
dengan impian
Kurenggut tali keakraban
dan manisnya persaudaraan bersama
teman
Kuberlari, kudatangi kota harapan
Dusta!
Perahuku kandas
Impianku terjatuh di jalanan
dan tergilas kehidupan malam yang
kejam
Kau ingin jadi apa?
tanya Didin sang pengamen
Majikan?
Tuan Kaya?
Mobil Mersi,
dan Rumah Idaman?
Begitu yang kudengar dari si
cantik Euis
kawan sekolah di kampung sebelah
Ia bergelimang suka
berlian dan gaun sutera
Ia ucapan surga, taman Firdaus,
di Jakarta Raya…
Tunjukkan padaku, pengamen kurus
di mana Euis punya surga?
Aku tak kenal Euis
dan juga surganya
Aku tak pernah peduli pada apa pun
kecuali surgaku sendiri
yang kumiliki dalam jagadku
Adakah?
Ya, di hatiku
Dalam sukmaku
Dalam ragaku,
dan jiwaku yang bebas dari
khayalan
dan beribu angan-angan
Hari-hariku adalah surga yang
kucari
Menuntun batin dengan tembang dan
kasih,
Bersemi di taman Tuhan
Jakarta, 22 Januari 2004
Berlayar di Langit Biru
Kuhabiskan waktu
berlayar di langit biru
di atas pulau seribu
dan tertidur di mimpiku
Apa yang kucari,
berminggu dan berhari
mengarungi jagadku yang sunyi
ketika awan itu tiba-tiba pergi
Bumiku lengang
kakiku melayang, tanganku terbang
di awang-awang
Haruskah kukembali
ke pelabuhan hati
ketika buih pun tak lagi
bernyanyi
Ke mana lagi?
Cikeas, 4 Februari 2004
Malioboro
Malioboro yang kukenang dulu,
beberapa windu lalu,
ketika puncak Merapi
setiap hari masih berselimut
kabut,
dan pedagang kaki lima
sejak subuh telah menjajakan
ketan dan ubi bakar,
adalah Malioboro yang ramah
hangat, tapi tak panas
banyak kelakar dan tegur sapa
Aku pangling, kini
Malioboroku tak sembunyi dari
angin globalisasi
dan deru modernisasi yang kian
menjadi
yang hampir tak menyisakan
sudut-sudut kehidupan
yang dulu kurindukan dan
membuatku kerasan
Pernah kusapa pelukis bunga
dan juga pematung candi,
meskipun tidak seterkenal maestro
Affandi
yang punya hati dan kerap
bercerita
tentang kehidupan,
dan perubahan
Tak keliru, kata sang pelukis
kalau Yogya dan Malioboroku tak
seperti dulu
karena inilah kehidupan
yang terus berputar dan mengejar
ketidakpastian
meskipun, warisan manis dan
nostalgia
tak harus dibiarkan terkubur
tanpa nisan
Biarlah aku, seniman tua dan
kawan-kawan
yang bertutur kepada mereka
anak-anak zaman di hadapan
yang tak selalu punya mimpi
dan indahnya kenangan
Cikeas, 1 Agustus 2010
Lukisan yang Hilang
Sudah lama kulihat lukisan itu
tergantung
di atas meja berserak
dan tumpukan buku-buku dan gelas
yang retak
Entah siapa yang pernah menyentuh
debu di ruas pigura tua itu
dengan jemarinya
yang tertinggal dalam
bayang-bayang
Kini lukisan itu menghilang
mengejar remang dan jejak-jejak
cahaya
yang menembus sudut jendela
rumah tua di pinggir dermaga
Jakarta, 29 Juli 2010
Kangen
Rindunya hatiku padamu
kekasih tambatan hati
di seberang sana
Bolehkan kutitipkan salam
lewat burung kenari
yang terus bernyanyi
Sayang, aku kangen
pada pelangi di matamu, dan
kasih indah di dadamu
Masihkah bersemi?
Jakarta, 11 Februari 2004
Jagadmu yang Kembar
Pernahkah kau menyusuri hidup
yang perih?
Karena
ragamu letih, hatimu pedih, dan
tertatih
kau dalam perjalanan panjang
mencari
terminal hidup yang kau sebut
“bahagia”.
Dan kau marah karena alam
mengejekmu
bulat-bulat, bagai
menghantammu,
ombak ganas
menghempaskanmu,
dan terdampar kau
di
karang kering, di tengah malam yang sunyi.
Sudahkah kemudian kau putuskan
langkahmu
untuk berbalik arah ke bandara
hidupmu yang
kembar?
Kuingat
ketika kau kenalkan jagad besar
dan
jagad kecilmu kepada bulan, kepada
bintang,
kepada lautan, dan kepada burung
dan
kupu-kupu riang yang tak putus
berpantun
kasih. Dan kepada semuanya.
Romantisme
jagad kecil di taman sari jagad
besar,
yang terus berkelana, tak tidur, tak
henti,
sampai nanti.
Harus kukatakan kini: jangan kau
hentikan
langkah, meski terminal yang kau
cari tak
mungkin kau dapati. Entah berapa
windu.
Sampai jagad kembarmu menjadi
satu. Dalam
hidupmu.
Yogyakarta, 16 Februari 2004
Indonesiaku, Alam Kehidupanku
Aku berdiri di tepi bukit, di
kaki langit,
ketika kabut pagi menepi dan
pergi,
dan melambai di ngarai sunyi,
dalam dendang burung kepodang,
yang menari dan bernyanyi riang
Aku terpana memandang sang Surya,
yang memancarkan cahaya
kehidupan, sinar keemasan,
juga kerinduan dan harapan,
menyambut zaman yang mulai tiba,
tanah Indonesia yang kian
sejahtera
Di malam hening pernah kupejamkan
mata
dalam kelam, duka dan nestapa
ketika negeri ini bagaikan runtuh
karena bencana
pertanda alam yang tengah murka
Dan ketika hatiku menengadah,
memohon ampun
dan kupasrahkan segalanya
kepadaNya,
meski aku tak pernah putus asa
apalagi menyerah, untuk membangun
dan
menapaki hari esok, menuju gelombang
baru
peradaban bangsa….
Kudengar firman Tuhan dalam
hatiku:
“Negerimu
besar,
alammu
indah, bumimu kaya
Anugerah
dan musibah, tak perlu
membuatmu
menyerah
Taburkan
kasih sayang,
dan
bersahabatlah dengan alam semesta
Kuberikan
berkah,
bersamanya.”
Jakarta, 1 Juli 2007
Burung Kepodang
Burung kepodang
Melompat riang
Di pohon ketapang
Kuucapkan padanya selamat siang
dalam dendang
Oh, kepodang
Ke mana kau terbang?
Jakarta, 29 Juli 2010
Kenduri di Tengah Kota
Abang Jamil ingin kenduri di
tengah kota
sama teman yang dulu bermain bola
di sepetak tanah
dekat Terminal Kebun Kelapa
Dulu ada Mamat, Ujang, Mu’in, dan
Dadang
saban hari berkelakar dan
terkadang
bergadang dengan riang
sambil memuji Si Euis, bintang
kelas dari Sumedang
Kenduri, buat Jamil, untuk ingat
dan bersyukur
ketika hidup makin dikejar umur
menghitung amal dan dosa,
dari hidup yang tak selalu mujur
Ah, tapi di mana mereka semua
karena lama tak saling menyapa
apalagi berbagi suka
Sebulan sudah Jamil mengundang mereka
melalui koran kesohor Acuh Saja
kebanggaan masyarakat pinggir
kota
Tapi mereka tak kunjung datang,
hati Jamil kembali lengang
sunyi, dan tertidur dalam
bayang-bayang
Jakarta, 30 Juli 2010
Kuda Tua
Dua kuda tua
Terlunta-lunta
Memang tua
Dimakan usia
Cobalah kamu sapa
Cikeas, 28 Juli 2010
Flamboyan
Kembang merah di ujung kota
Menunggu sapa angin utara
Atau langkah kuda penarik kereta
Pembawa berita
dan simfoni cinta
Flamboyan, kaulah yang dirindukan
sang pengembara
Yang menapaki harinya tanpa
huru-hara
hingga puncak almamater para
ksatria
Jika bungamu jatuh berguguran
dalam semerbak wangi sinar pesona
Kau ucapkan selamat datang
pada pengembara berpedati tua
Yang tak henti berucap bahagia
karena perjalanan panjangnya
tidak sia-sia
berakhir di batas kota
Semarang, 25 Januari 2004
Hidup di Desa
Merdunya seruling di malam hening
Di relung bulan sabit, di atas
bukit
Sedamai hati petani, ketika mimpi
telah pergi
Menanti mentari pagi bersinar
kembali
Membawa salam ke seluruh negeri
Ketika kokok ayam memecah
kebisuan dusun
dan fajar meremang di ufuk timur
Kehidupan insan menapak lagi
Mengarungi hari panjang yang
menjanjikan
harapan
Bila sang surya lengser perlahan
di ujung senja
Warga desa bergegas kembali
ke rumah-rumah mereka
Berbagi cerita dalam kisah suka
dan duka
Meski hati tetap bahagia
Karena itulah dunia mereka
Hidup di desa,
pewaris adat nenek moyang mereka
Jakarta, 13 Februari 2004
Tentang Susilo Bambang Yudhoyono
Tempat dan tanggal lahir Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak
sebutkan di buku ini. Cuma ada dikatakan bahwa jiwa seni SBY tidak muncul
begitu saja, melainkan tumbuh dan bersemi sejak masa remaja. Ia mengikuti
hampir semua ekstra kurikuler sekolah seperti menulis puisi dalam bahasa Jawa
dan Indonesia, mengikuti sanggar seni lukis, tari, drama, gamelan, seni wayang,
dan bermain musik. Selain menulis puisi, juga menulis/mencipta lagu.
Catatan Lain
Ini kata Gus Mus di dalam prolognya:
“Petinggi negeri dan politisi, khususnya di negeri ini, boleh jadi termasuk
makhluk yang sulit dibayangkan hubungannya dengan sastra. Lebih sulit lagi
membayangkannya berpuisi, apalagi memuisi. Kalau akhir-akhir ini ada pejabat
baca puisi, biasanya sekadar mengikuti tren untuk meramaikan suatu acara
tertentu. Biasanya bersama berbagai kalangan yang lain seperti artis,
pengusaha, ulama, dan lain-lain—kaprahnya sudah disiapkan puisi-puisi yang akan
dibaca.//Petinggi atau politisi menulis puisi tentu merupakan sesuatu yang
ganjil. Di negeri ini puisi mencitrakan cita rasa dan kelembutan, sedangkan
petinggi dan politisi sudah terlanjut tercitrakan sebagai tak memiliki cita
rasa dan vulgar. …”.
Kata Putu Wijaya:
“Menulis puisi tidak serta-merta menjadikan seseorang penyair, sekalipun dia
seorang presiden. Dan SBY pun tidak menulis puisi karena dia presiden. SBY
telah merasakan potensi puisi, lalu memberdayakannya untuk memaparkan pikiran
dan renungannya sebagai presiden dalam memimpin bangsa berjuang mengukuhkan
kembali karakter yang retak.” Begituh.

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.