Jika dilihat dari perkembangan
sejarah Indonesia pada masa peralihan dari masa Hindu Budha ke masa Islam, maka
bisa ditemukan terjadi beberapa kesinambungan sejarah yang tidak terputus
meskipun terjadi pergantian kebudayaan yang sangat signifikan dalam kehidupan
masyarakat saat itu. Ada berapa hal yang
tidak bisa dihapuskan sama sekali ketika terjadi pergantian kebudayaan ,tradisi
tersebut terus menerus masih dilakukan sampai saat ini, misalnya pada bidang
kebudayaan pada saat pada saat kebudayaan Islam masuk ke nusantara tidak
menyebabkan kebudayaan yang ada sebelumnya hilang begitu saja tetapi kebudayaan
sebelumnya melebur menciptakan akulturasi sehingga terjadi perpaduan budaya
yang bisa diterima oleh masyarakat.
sejarah Indonesia pada masa peralihan dari masa Hindu Budha ke masa Islam, maka
bisa ditemukan terjadi beberapa kesinambungan sejarah yang tidak terputus
meskipun terjadi pergantian kebudayaan yang sangat signifikan dalam kehidupan
masyarakat saat itu. Ada berapa hal yang
tidak bisa dihapuskan sama sekali ketika terjadi pergantian kebudayaan ,tradisi
tersebut terus menerus masih dilakukan sampai saat ini, misalnya pada bidang
kebudayaan pada saat pada saat kebudayaan Islam masuk ke nusantara tidak
menyebabkan kebudayaan yang ada sebelumnya hilang begitu saja tetapi kebudayaan
sebelumnya melebur menciptakan akulturasi sehingga terjadi perpaduan budaya
yang bisa diterima oleh masyarakat.
1. Seni bangunan Masjid
Masjid-masjid di pada awal
masuknya agama Islam mempunyai arsitektur yang berbentuk limas dengan mempunyai
tingkatan yang berjumlah 3 atau 5 tingkat biasanya memang berjumlah ganjil.
Bentuk limas ini merupakan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu pada masa
Hindu-Buddha di mana masyarakat biasanya membuat bangunan yang mempunyai atap
bertingkat atau bersusun hal ini juga dibuktikan di Bali banyak bangunan yang
memang mempunyai atap yang bertingkat. Contoh dari masjid yang punya arsitektur
seperti ini adalah Masjid Demak dan Masjid Banten.
masuknya agama Islam mempunyai arsitektur yang berbentuk limas dengan mempunyai
tingkatan yang berjumlah 3 atau 5 tingkat biasanya memang berjumlah ganjil.
Bentuk limas ini merupakan kebudayaan yang sudah ada sebelumnya yaitu pada masa
Hindu-Buddha di mana masyarakat biasanya membuat bangunan yang mempunyai atap
bertingkat atau bersusun hal ini juga dibuktikan di Bali banyak bangunan yang
memang mempunyai atap yang bertingkat. Contoh dari masjid yang punya arsitektur
seperti ini adalah Masjid Demak dan Masjid Banten.
Selain itu kita juga bisa melihat
di Masjid Kudus ada menara masjid yang saat itu fungsinya sebagai tempat azan
dikumandangkan yang sangat mirip dengan bangunan candi yang merupakan hasil
kebudayaan Hindu-Buddha.
di Masjid Kudus ada menara masjid yang saat itu fungsinya sebagai tempat azan
dikumandangkan yang sangat mirip dengan bangunan candi yang merupakan hasil
kebudayaan Hindu-Buddha.
2. Seni ukir
Kemampuan atau keterampilan
masyarakat Indonesia pada zaman Hindu-Buddha yang pandai untuk menciptakan
ukiran-ukiran yang sangat indah kemudian dilanjutkan pada masa kebudayaan Islam
juga tetap melakukan. Kesenian mengukir pada masa Islam dimodifikasi untuk
menghilangkan atau menyamarkan lukisan yang mirip dengan makhluk hidup atau
manusia yang memang dilarang dalam ajaran Islam. Ukiran-ukiran pada masa itu diubah
menjadi pola-pola tumbuhan seperti dedaunan bunga dan pemandangan-pemandangan
dengan garis geometris yang dihias dihiasi dengan kalimat-kalimat kaligrafi
Arab. Jadi kesenian ukir pada masa itu
tetap berkembang secara berkesinambungan.
masyarakat Indonesia pada zaman Hindu-Buddha yang pandai untuk menciptakan
ukiran-ukiran yang sangat indah kemudian dilanjutkan pada masa kebudayaan Islam
juga tetap melakukan. Kesenian mengukir pada masa Islam dimodifikasi untuk
menghilangkan atau menyamarkan lukisan yang mirip dengan makhluk hidup atau
manusia yang memang dilarang dalam ajaran Islam. Ukiran-ukiran pada masa itu diubah
menjadi pola-pola tumbuhan seperti dedaunan bunga dan pemandangan-pemandangan
dengan garis geometris yang dihias dihiasi dengan kalimat-kalimat kaligrafi
Arab. Jadi kesenian ukir pada masa itu
tetap berkembang secara berkesinambungan.
3. Dalam bidang politik
Dalam bidang politik juga
sebenarnya juga terjadi kesinambungan di mana kerajaan-kerajaan hindu-buddha
mewariskan sistem pemerintahan yang hampir bisa dikatakan sama dengan
kerajaan-kerajaan Islam itu, dimana saja dalam kerajaan Hindu Budha diganti
dengan gelar Sultan pada masa Islam sebagian juga keturunan dari raja raja pada
zaman Hindu Budha juga menjadi raja-raja pada saat Islam berkembang, misalnya
Raden Patah merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Sehingga sebenarnya
peran raja-raja pada zaman hindu budha itu juga menghasilkan keturunan
keturunan yang menjadi raja juga ketika masa agama masa kebudayaan Islam.
Tetapi pada masa kerajaan Islam sistem kasta dihapuskan dari sistem
pemerintahan.
sebenarnya juga terjadi kesinambungan di mana kerajaan-kerajaan hindu-buddha
mewariskan sistem pemerintahan yang hampir bisa dikatakan sama dengan
kerajaan-kerajaan Islam itu, dimana saja dalam kerajaan Hindu Budha diganti
dengan gelar Sultan pada masa Islam sebagian juga keturunan dari raja raja pada
zaman Hindu Budha juga menjadi raja-raja pada saat Islam berkembang, misalnya
Raden Patah merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Sehingga sebenarnya
peran raja-raja pada zaman hindu budha itu juga menghasilkan keturunan
keturunan yang menjadi raja juga ketika masa agama masa kebudayaan Islam.
Tetapi pada masa kerajaan Islam sistem kasta dihapuskan dari sistem
pemerintahan.
4. bidang kesenian
Kesenian juga tetap berjalan
secara berkesinambungan, para wali atau para sunan saat itu tidak serta merta
menghapus pertunjukkan atau kesenian yang ada. Mereka juga memanfaatkan
kesenian itu untuk melakukan dakwah, misalnya wayang kulit yang sudah ada
sebelumnya dimodifikasi diberikan unsur-unsur budaya Islam dalam ceritanya
sehingga wayang bisa menjadi media yang bisa menarik hati rakyat untuk bisa
memeluk agama Islam. Hal ini efektif karena kegemaran masyarakat saat itu untuk
melihat kesenian sangat tinggi dan membuat proses masuknya Islam ke Nusantara bisa berjalan sacara damai.
secara berkesinambungan, para wali atau para sunan saat itu tidak serta merta
menghapus pertunjukkan atau kesenian yang ada. Mereka juga memanfaatkan
kesenian itu untuk melakukan dakwah, misalnya wayang kulit yang sudah ada
sebelumnya dimodifikasi diberikan unsur-unsur budaya Islam dalam ceritanya
sehingga wayang bisa menjadi media yang bisa menarik hati rakyat untuk bisa
memeluk agama Islam. Hal ini efektif karena kegemaran masyarakat saat itu untuk
melihat kesenian sangat tinggi dan membuat proses masuknya Islam ke Nusantara bisa berjalan sacara damai.
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.