Sejarah Hidup Muhammad |
Kitab Hayatu Muhammad inilah yang dijadikan pedoman oleh pengarang-pengarang lslam di seluruh Dunia Islam dalam Angkatan 1935 ke atas, sebagai sambungan daripada pengaruh Farid Wajdi, Thanthawi Jauhari, Rasyid Ridha dan lain-lain.
Ada suatu masa Perpustakaan Islam laksana “kecurian” oleh masuknya pengaruh kaum Orientalis ke dalam kalangan Intelektuil beragama Islam yang mendapat didikan Barat, sehin gga karangan-karangan mereka itu adalah gambaran belaka daripada didikan yang mereka terima dari Orientalis-orientalis itu di Universitas-universitas Barat. Mereka pun turut, dengan sadar atau tidak sadar, menganalisa Islam, tetapi dengan kaca mata Orientalis. Waktu itulah timbul Thaha Husain dengan bukunya Fi Syi’ril Jahili. Zaki Mubarak dengan bukunya Al-Akhlaqu ‘Indal Gazali, Mansur Fahmi dan lain-lain, yang seakan-akan menilik Islam dari luar, bukan sebagai orang dalam.
Dengan tampilnya Husain Haekal membawa gayanya yang baru, membicarakan Sejarah Nabi s.a.w. dengan penuh cinta dan penyelidikan, dan membanding juga “suguhan-suguhan” yang dikemukakan Orientalis-orientalis itu, angkatan muda Islam mendapat tameng baru untuk mempertahankan agamanya, yang diberikan oleh seseorang yang dunia Orientalis sendiri mengakui bahwa dia adalah seorang ahli pikir dan sastrawan Mesir yang tidak dapat diabaikan.
Maka tersebarlah buku Hayatu Muhammad itu di seluruh Dunia Islam. Kebetulan sekali kami bersama saudara Zainal Abidin Ahmad yang mengeluarkan majalah-majalah Islam Pedoman Masyarakat dan Panji Islam pada sekitar tahun 1935 dan 36 itu, yang baru berhenti setelah pecah perang Pasifik, buku Haekal Hayatu Muhammad dan Fi Manzilil Wahyi telah menjadi pelopor kami buat menghadapi pengaruh kaum Orientalis yang tidak pula sedikit atas kaum terpelajar didikan Barat di Indonesia ini, sehingga sampai suatu waktu dua orang berpendidikan Barat Sumandari Suroto mengarang Sejarah perkawinan Nabi Muhammad s.a.w. dengan Zainab, sesudah Zainab diceraikan Zaid, mereka siarkan karangan itu dengan tendenz apa yang mereka pelajari atau baca dari buku-buku kaum Orientalis.
Kami dapat menangkis karangan yang bermaksud merendahkan martabat Nabi dari ‘Jarum” Orientalis itu dengan petunjuk-petunjuk yang didapat dari buku Hayatu Muhammad.
Al-Ustaz H. Zainal Arifin Abbas yang sangat asyik menulis Sejarah Nabi s.a.w. pun banyak mengambil faedah dari buku Hayatu Muhammad tersebut dan diperhatikannya juga apa yang dijelaskan oleh Haekal tentang kaum Orientalis dan penilaian beliau atas mereka
Selain dari Sejarah Hidup Nabi yang dikupas secara modern dan ilmiah, Haekal telah menulis panjang lebar dalam Kata Pendahuluan buku tersebut, terutama Pendahuluan Cetakan Kedua, pandangan dan kritik beliau tentang sikap kaum Orientalis dalam menguraikan Sejarah Hidup Nabi s.a.w. yang banyak dicampuri oleh maksud tertentu, schingga sikap mereka banyak yang tidak lagi objektif malahan mengandung maksud terlebih dahulu buat meruntuhkan kebesaran Nabi dan memungkiri bahwa Quran itu adalah wahyu.
Beberapa fitnahan yang diperbuat oleh kaum Orientalis itu, dengan mengemukakan dalil-dalil yang lemah, atau riwayat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, seumpama fitnah tentang garaniq’ perkawinan Nabi dengan Zainab bekas istri hamba-sahaya yang dimerdekakannya, Zaid. Beliau bantah juga dengan argumentasi yang ilmiah. Pendapat yang dikemukakan oleh kaum Orientalis, bahwa Al-Quran itu tidak asli lagi, telah banyak tambahan di belakang Nabi dan lain-lain sebagainya, beliau bantah dengan menkonfrontasikan pendapat satu Orientalis dengan Orientalis yang lain. Dibantahnya pula Seorang penulis Mesir sendiri yang mengkritik bukunya itu pada cetakan pertama. Penulis Mesir itu menuduh Haekal terlalu “berat sebelah”, karena tidak berpegang kepada pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh kaum Orientalis, hanya berpegang kepada sumber-sumber Arab saja Sebab itu keterangannya tidak sesuai dengan analisa yang modern!
Di “basuh” oleh Haekal “pengarang” Mesir tersebut, yang rupanya sudah memandang bahwa hasil penyelidikan kaum Orientalis itulah yang benar, walaupun mengenai Nabi Muhammad sendiri, Nabi dari penulis Mesir itu, karena dia masih mengaku Islam. Si penulis Mesir itu memperkecil Haekal karena mengemukakan sumber Arab. Haekal rnenjelaskan bahwa Orientalis-orientalis itu pun mengambil dari sumber yang sama tetapi membuat opini sendiri sesuka hatinya. Bukan sebagai si penulis Mesir itu, yang sumbernya semata dari Orientalis, dan tidak menguasai bahasanya sendiri!
Apabila kita baca buku llayatu Muhammad dalam asli bahasa Arabnya, kita belum akan berhenti membaca sebelum selesai tamat sampai ke akhir. Karena bahasa yang dipakai, keindahan susunannya, keluasan ilmunya dan keteguhan hujahnya. lnilah yang telah diusahakan menerjcmahkan ke bahasa Indonesia oleh Ali Audah, yang semangatnya dalam membina perkernbangan bahasa Indonesia, mendekati pula kepada semangat Dr. Husain Haekal, pengarang dan sastrawan Mesir itu, dalam memakai bahasa Arab di zaman modern.
Itulah tulisan kami tentang ulasan dan review “Terjemah Kitab Hayatu Muhammad” semoga bermanfaat bagi para pembaca dan jika tulisan ini bermanfaat bagi orang lain silahkan untuk berbagi dengan men SHARE kepada orang lain dan jika ada lebih rezeki silahkan untuk berdonasi untuk perkembangan blog ini
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.