TERJEMAHAN KIFAYATUL AWAM

Terjemahan Kitab Tahqiqul Maqam 'ala Kifayatul 'Awam – Sifat Qudrah dan Iradah | Makna Pesantren [Kitabkuning90]


Terjemahan Kitab Tahqiqul Maqam 'ala Kifayatul 'Awam - Sifat Qudrah dan Iradah | Makna Pesantren
Kitab Tahqiqul maqam ‘ala Kifayatul awam

Terjemahan Kitab Tahqiqul Maqam ‘ala Kifayatul ‘Awam – Sifat Qudrah dan Iradah | Makna Pesantren [Kitabkuning90]. Halaman sebelumnya>>



Bermula sifat yang ke-7 yang wajib bagi-Nya Allah ta’ala itu sifat qudrah/ Maha Kuasa.

Dan bermula dia sifat qudrah itu suatu sifat yang berpengaruh pada sesuatu yang mungkin ada atau mungkin Tiada. Maka berperan ia sifat qudrah dengan sesuatu yang tiada, maka menjadikan ia sifat qudrah akannya sesuatu yang tiada, seperti berperannya sifat qudrah dengan engkau sebelum ada engkau. Dan berperan ia sifat qudrah dengan sesuatu yang ada, maka meniadakan ia sifat qudrah akannya sesuatu yang ada.
Seperti berperannya sifat qudrah dengan benda-benda alladzi yang dikehendaki oleh Allah akan meniadakannya benda. Maka jadi ia benda dengannya sifat qudrah itu sesuatu yang tiada, artinya tiada jenis sesuatu apapun.

Dan bermula ini (peranan) itu “Ta’alluk tanjiziy” dengan makna bahwa sesungguhnya peranan itu peranan-peranan dengan secara langsung. Dan bermula “ta’alluk tanjiziy” itu yang baharu. Dan sabit baginya sifat qudrah itu “Ta’alluk Sulhiy Yang Qadim”. Dan bermula dia “ta’alluk sulhiy qadim” itu menentukan nya sifat qudrah pada Azali untuk menjadikan.

Maka bermula dia sifat qudrah itu yang menentukan pada Azali bagi bahwa menjadikan ia sifat qudrah akan si Zaid akan orang yang panjang atau yang pendek atau yang lebar, dan itu yang menentukan ia sifat qudrah bagi memberinya Zaid akan ilmu. Dan Bermula berperannya sifat qudrah yang “tanjiziy”/ langsung itu dikhususkan dengan keadaan alladzi yang Sabit di atasnya keadaan itu Zaid.

Maka Sabit baginya sifat qudrah itu dua “ta’alluk”/ peranan (yaitu) “Ta’alluk sulhiy Qadim”. Dan bermula dia “ta’alluq sulhiy qadim” itu ma/ penjelasan yang telah lalu ia penjelasan. Dan “Ta’alluk tanjiziy Hadits”. Dan bermula dia “Ta’alluk tanjiziy hadits” itu berperannya sifat qudrah dengan sesuatu yang tiada, maka menjadikan ia sifat qudrah akannya sesuatu yang tiada. Dan berperannya sifat qudrah dengan sesuatu yang ada, maka meniadakan ia sifat qudrah akannya sesuatu yang ada.

Dan bermula ini -aku maksud akan- berperannya sifat qudrah dengan sesuatu yang ada dan dengan sesuatu yang tiada, itu peranan yang Hakiki. Dan Sabit baginya sifat qudrah itu peranan yang majazi. Dan bermula dia peranan yang majazi itu berperannya sifat qudrah dengan sesuatu yang ada sesudah adanya sesuatu yang ada dan sebelum tiadanya sesuatu yang ada.

Seperti berperannya sifat qudrah dengan kita sesudah ada kita dan sebelum tiada kita. Dan dinamakan akannya peranan akan “ta’alluk qabdhah” dengan makna bahwa sungguh keadaan ada, itu Sabit dalam genggaman kuasa Allah. Jika menghendaki oleh Allah niscaya mengekalkan Ia Allah akannya sesuatu di atas keadaan adanya sesuatu. Dan jika menghendaki Ia Allah niscaya meniadakan Ia Allah akannya sesuatu dengannya sifat qudrah.

Dan seperti berperannya sifat qudrah dengan sesuatu yang tiada sebelum bahwa dikehendaki oleh Allah ta’aala akan ada nya sesuatu yang tiada. Jika menghendaki oleh Allah niscaya mengekalkan Ia Allah akannya sesuatu yang tiada di atas keadaan tiadanya sesuatu yang tiada. Dan jika menghendaki Ia Allah niscaya mengeluarkan Ia Allah akannya sesuatu yang tiada dari keadaan tiada kepada ada.
Dan seperti berperannya sifat qudrah dengan kita sesudah mati kita dan sebelum dibangkitkan. Maka dinamakan akannya ta’alluk/peranan akan “ta’alluk qabdhah” pula dengan makna ma/penjelasan yang terdahulu ia penjelasan.

Maka Sabit baginya sifat qudrah itu 7 segala peranan. (Bermula salah satunya 7) itu “Ta’alluk sulhiy qadim” dan “Ta’alluk qabdhah”. Dan bermula dia “ta’alluk qabdhah” itu berperannya sifat qudrah dengan kita Sebelum bahwa menghendaki oleh Allah akan ada kita.
Dan (bermula salah satunya 7 lagi) peranan dengan secara langsung. Dan bermula dia peranan secara langsung itu menjadikan Allah ta’aala akan sesuatu dengannya sifat qudrah. Dan (bermula salah satunya 7 lagi) itu “ta’alluk qabdhah”. Dan bermula dia “ta’alluk qabdhah” itu berperannya sifat qudrah dengan sesuatu sesudah adanya sesuatu dan sebelum bahwa menghendaki oleh Allah akan meniadakannya sesuatu.
Dan (bermula salah satunya 7 lagi) itu peranan dengan secara langsung. Dan bermula dia peranan secara langsung itu meniadakan Allah akan sesuatu dengannya sifat qudrah. Dan (bermula salah satunya 7 lagi) itu “ta’alluk qabdhah” sesudah tiadanya sesuatu dan sebelum kebangkitan. Dan (bermula salah satunya 7 lagi) itu peranan dengan secara langsung. Dan bermula dia peranan secara langsung itu menjadikan Allah bagi kita pada hari kebangkitan.

Akan tetapi bermula peranan yang Hakiki dari pada demikian peranan itu 2 peranan. Bermula dia peranan itu menjadikan Allah dengan qudrah dan meniadakan-Nya Allah dengannya Qudrah. Dan bermula ini penjelasan itu Sabit di atas tafshili/ rincian.
Dan Adapun bermula penjelasan yang ijmali/ global itu niscaya maka Sabit baginya sifat qudrah itu dua peranan sebagaimana Ma/ penjelasan yang bermula dia penjelasan itu yang meliputi. (yaitu) “ta’alluk sulhiy” dan “ta’alluk tanjiziy”. Akan tetapi Bermula “Ta’alluk yang tanjiziy” itu terkhusus dengan menjadikan dan dengan meniadakan.

Dan adapun “ta’alluk qabdhah” itu niscaya Maka tidak di sifati akannya peranan dengan “tanjiziy” dan tidak (disifati) dengan “sulhiy yang qadim”. Dan bermula ma/ penjelasan yang telah terdahulu ia penjelasan- (yaitu) Bahwa sesungguhnya sifat qudrah itu berperan ia sifat qudrah dengan mengadakan dan dengan meniadakan, -dia penjelasan itu pendapat mayoritas ulama.

Dan berpendapat lah sebahagian mereka ulama: Tidak berperan ia sifat qudrah dengan meniadakan. Maka apabila menghendaki oleh Allah akan meniadakan seseorang niscaya menengah Ia Allah dari padanya seseorang akan semua berkepanjangan allati yang bermula dia berkepanjangan Itu sebab pada kekalnya seseorang.

Bermula sifat yang ke-8 yang wajib baginya Allah ta’ala itu iradah/ maha berkehendak

Dan bermula dia sifat iradah itu suatu sifat yang menentukan sesuatu yang mungkin dengan sebahagian kemungkinan yang boleh jadi ia kemungkinan di atasnya sesuatu yang mungkin. Maka bermula si Zaid -sebagai contoh- itu boleh jadi di atasnya Zaib oleh panjang dan pendek. Maka bermula sifat iradah itu menentukan ia sifat iradah akan Zaid dengan panjang. -sebagai contoh-
Dan adapun bermula sifat qudrah/ kuasa itu niscaya maka bermula dia sifat qudrah itu menyatakan ia sifat qudrah akan panjang dari pada tiada kepada ada. Maka bermula sifat iradah/ berkehendak itu yang menentukan ia sifat iradah. Dan bermula sifat qudrah/ kuasa itu yang menyatakan ia sifat qudrah.

Dan bermula segala yang mungkin yang berperan dengannya segala yang mungkin oleh sifat qudrah dan sifat iradah itu 6: (Bermula dia 6 itu) Ada Dan Tiada dan semua sifat seperti panjang dan pendek, dan semua zaman dan semua tempat dan semua arah. Dan dinamakan akan semua yang mungkin tersebut akan “mutaqabilat”/ semua yang punya lawan.
Maka bermula keadaan ada itu berlawanan ia ada akan tiada. Dan bermula panjang itu berlawanan ia panjang akan pendek. Dan bermula arah atas itu berlawanan ia arah atas akan arah bawah. Dan bermula suatu tempat demikian seperti mesir, itu berlawanan ia tempat akan selainnya tempat seperti Syam. sebagai contoh.

Dan bermula kesimpulan demikian pembehasan itu bahwa sungguh Zaid sebelum adanya Zaid itu boleh jadi di atasnya Zaid oleh bahwa tetap kekal ia Zaid diatas keadaan tiadanya zaid.
Dan boleh jadilah diperdapatkan akannya Zaid pada ini zaman. Maka bila diperdapatkan akannya Zaid (pada zaman ini) niscaya maka ditentukan oleh sifat iradah akan keberadaan zaid tersebut sebagai ganti dari ketiadaannya zaid. Dan bermula sifat qudrah itu menyatakan ia sifat qudrah akan ada (zaid tersebut).
Dan boleh jadilah bahwa diperdapatkan akannya Zaid pada zaman Tofan dan pada selainnya zaman tofan. Maka bermula alladzi/ sifat yang menentukan ia sifat akan keberadaannya Zaid pada ini zaman ketiadaan selain nya ini zaman, dia sifat yang menentukan itu sifat iradah.
Dan boleh jadi lah bahwa ada ia Zaid itu yang panjang atau itu yang pendek. Maka bermula alladzi/sifat yang menentukan ia sifat akan panjangnya zaid sebagai ganti dari pada pendek itu sifat iradah.
Dan boleh jadilah bahwa ada ia Zaid itu Sabit di arah atas. Maka bermula Alladzi yang menentukan akan nya Zaid di arah bawah seperti di bumi itu sifat Iradah.

Dan bermula sifat qudrah/ maha kuasa dan sifat iradah/maha berkehendak itu dua sifat yang berdirilah keduanya sifat pada Zat-Nya Allah ta’aala yang maujud/berwujudlah keduanya. Jikalau dibukakan dari kita akan hijab/penghalang niscaya sungguh kita dapat melihat akan keduanya sifat. Dan tidak diperankan bagi keduanya sifat kecuali dengan sesuatu yg mungkin. Maka tidak diperankan akan keduanya sifat qudrah dan iradah dengan sesuatu yang mustahil, Seperti sekutu. Maha sucilah Allah ta’aala dari padanya sekutu.

Dan tidak (diperankan) dengan sesuatu yang wajib/mesti terjadi. Seperti Zat-Nya Allah ta’aala dan sifat-sifat-Nya Allah.
Dan sabit sebagian dari suatu kebodohan itu perkataan man/ seseorang yang berkata ia seseorang: “Bahwa Sungguh Allah itu yang maha kuasa akan bahwa menjadikan Ia Allah akan anak, karena bahwa sesungguhnya keadaan itu tidak diperankan bagi sifat Qudrah dengan sesuatu yang mustahil. Dan bermula munjadikan anak itu sesuatu yang mustahil.

Dan tidak dikatakan akan bahwa sesungguhnya keadaan itu apabila tidak ada Ia Allah itu yang kuasa di atas menjadikan anak niscaya ada Ia Allah itu yang lemah, karena bahwa sesungguhnya kita itu kita berpendapat akan hanyasanya mrlazimilah lemah jikalau adalah sesuatu yang mustahil itu sabit sebagian dari peranan sifat qudrah. Dan tidak berperan ia sifat Qudrah dengannya perkara mustahil beserta bahwa sesungguhnya keadaan itu tidaklah dari pada peranannya sifat Qudrah kecuali itu perkara yang mungkin.

Dan sabit bagi sifat Iradah itu dua ta’alluk/ peranan. (yaitu) ta’alluk suluhiy yang Qadim, dan bermula dia ta’alluk tersebut itu itu memantaskannya sifat Iradah untuk mengkhususkan/ menentukan pada Azali. Maka bermula si Zaid itu orang yang panjang atau orang yang pendek itu boleh jadilah bahwa ada ia Zaid itu sabit di atas selain ma/keadaan yang bermula dia Zaid itu sabit di atasnya keadaan dengan memandang memantaskan sifat Iradah. Maka bermula Dia sifat Iradah itu yang memantaskan bagi bahwa adalah Zaid itu raja dan bahwa ada ia zaid itu orang yang hina dengan memandang “ta’alluk yang suluhiy”.

Dan sabit baginya sifat Iradah itu “ta’alluk tanjiziy yang Qadim”. Dan bermula dia ta’alluk tersebut itu pengkhususan/ penentuan Allah ta’aala akan sesuatu dengan suatu sifat allati yang bermula dia sesuatu itu sabit di atasnya difat. Maka bermula berilmu alladzi yang bersifat dengannya berilmu oleh si Zaid itu menentukan Ia Allah akannya Zaid dengannya berilmu  -maha tinggi Ia Allah-  pada Azali dengan sifat Iradah-Nya Allah.

Maka bermula mengkhususkannya/ menentukannya Zaid dengan berilmu -sebagai contoh- itu perkara yang Qadim. Dan dinamakan akannya pengkhususan/ penentuan akan “Ta’alluk tanjiziy yang Qadim”.
Dan bermula memantaskannya sifat Iradah untuk mengkhususkannya/ menentukannya Zaid dengan berilmu atau tiadanya berilmu dengan meninjau dirinya sifat Iradah dengan memutuskan tinjauan dari pada penentuan dengan secara langsung itu dinamakan akannya memantaskan akan “Ta’alluk suluhiy yang Qadim”.

Dan berkatalah sebagian mereka ulama: Sabit baginya sifat Iradah itu ta’alluk tanjiziy yang hadis/ baharu. Dan bermula dia ta’alluk tersebut itu mengkhususkan/ menentukan si Zaid dengan panjang  -sebagai contoh-  diketika dijadikan akannya Zaid dengan secara langsung.

Maka (berdasarkan) di atas ini penjelasan, adalah baginya difat Iradah itu 3 ta’alluk, akan tetapi bermula suatu kebenaran itu bahwa sungguh ini ta’alluk yang ke 3 itu tiada ia yang ke 3 itu suatu ta’alluk, tapi bermula dia yang ke 3 itu menampakkan bagi “ta’alluk tanjiziy yang Qadim”.

Dan bermula ta’alluk/ peranan sifat Qudrah dan Iradah itu yang mengumumi bagi tiap-tiap yang mungkin sehingga bahwa sungguh semua bisikan allati yang terbisik ia bisikan di atas hati seseorang itu yang ditentukan dengan sifat Iradah-Nya Allah dan diciptakan dengan sifat Qudrah-Nya Allah ta’aala sebagaimana ma/penjelasan yang telah disebut akannya penjelasan oleh Syaikh Al-Malawi dalam sebagian kitab-kitabnya Syaikh Al-Malawi.

Dan ketahuilah olehmu akan bahwa sungguh nisbah/ hubungan pengkhususan bagi sifat Iradah dan menyatakan dan menjadikan bagi sifat Qudrah itu majaz, karena bahwa sungguh yang Maha mengkhususkan/ menentukan pada hakikat, Dia yang Maha mengkhususkan itu Allah ta’aala dengan sifat Iradah-Nya Allah. Dan bermula yang maha menyatakan dan maha menjadikan pada hakikat, Dia yang maha menyatakan dan menjadikan itu Allah   -Maha tinggi Ia Allah dan maha mulia Ia Allah-   dengan sifat Qudrah-Nya Allah.

Maka bermula perkataan orang yang awam: “Bermula sifat qudrah itu berbuat ia sifat qudrah dengan si fulan akan perbuatan demikian”. Jika bermaksudlah orang yang berkata akan bahwa sungguh perbuatan itu sabit baginya sifat Qudrah pada hakikat atau baginya sifat Qudrah dan juga bagi zat, niscaya kufurlah ia orang yang berkata.  -Bermula perlindungan itu sabit dengan pertolongan Allah ta’aala-  Akan tetapi (yang benar) bermula perbuatan itu sabit bagi Zat-Nya Allah ta’aala dengan sifat Qudrah-Nya Allah.
Selanjutnya>>

Kunjungi terjemahan kitab yang lain di Daftar Isi>>

Mohon Kritiknya untuk membenahi kekeliruan dalam terjemahan ini.
Terimakasih… Salam Santri 😊

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top