Topik

Wisata Rabi


Kisah ini menceritakan tentang perkawinan Raden Wisata putra Prabu Baladewa dengan Dewi Nilawati putri Raden Arjuna.
Kisah ini saya olah dari sumber balungan naskah Pakem Ringgit Purwa koleksi Museum Sonobudoyo yang dirangkum oleh Ki Rudy Wiratama, dengan disertai pengembangan seperlunya.
Kediri, 05 Mei 2018
Heri Purwanto
Untuk daftar judul lakon wayang lainnya, klik di sini
Raden Wisata.
—————————— ooo ——————————
PRABU BALADEWA MEMINTA BANTUAN PRABU KRESNA UNTUK PERNIKAHAN RADEN WISATA
Prabu Kresna Wasudewa di Kerajaan Dwarawati sedang memimpin pertemuan yang dihadiri Raden Samba Wisnubrata, Arya Setyaki, dan Patih Udawa. Tiba-tiba datanglah sang kakak, yaitu Prabu Baladewa dari Kerajaan Mandura bersama putra sulungnya, yaitu Raden Wisata. Dalam kunjungannya itu, Prabu Baladewa hendak meminta tolong kepada Prabu Kresna untuk membantu kelancaran pernikahan Raden Wisata.
Prabu Baladewa bercerita bahwa dulu saat melamar Dewi Kusumadewati putri Raden Arjuna sebagai calon istri Raden Partajumena, ia sempat dihina Patih Sangkuni. Dirinya disebut seperti pesuruh, kadang disuruh Prabu Duryudana melamarkan putra Kerajaan Hastina, kadang disuruh Prabu Kresna melamarkan putra Kerajaan Dwarawati. Padahal, Prabu Baladewa sendiri mempunyai dua putra, yaitu Raden Wisata dan Raden Wilmuka, tetapi sama sekali tidak pernah bertindak untuk mereka.
Prabu Baladewa tersinggung atas ucapan Patih Sangkuni tersebut. Maka, setelah pernikahan Raden Partajumena dengan Dewi Kusumadewati, Prabu Baladewa pun datang lagi ke Kesatrian Madukara untuk melamar putri Raden Arjuna yang lain, yaitu yang bernama Dewi Nilawati, sebagai calon istri Raden Wisata. Namun, lagi-lagi Prabu Baladewa datang bersamaan dengan Patih Sangkuni yang juga melamar Dewi Nilawati untuk menjadi calon istri Raden Lesmana Mandrakumara. Raden Arjuna kembali bimbang dan tidak tahu harus menerima lamaran dari pihak yang mana. Akhirnya, diadakanlah sayembara, barangsiapa bisa mendatangkan Payung Garuda Nglayang, maka dialah yang akan menjadi suami Dewi Nilawati.
Oleh sebab itulah, Prabu Baladewa dan Raden Wisata tidak langsung pulang ke Kerajaan Mandura, melainkan singgah dulu ke Kerajaan Dwarawati untuk meminta petunjuk kepada Prabu Kresna tentang apa itu yang disebut Payung Garuda Nglayang.
Prabu Kresna menjawab dirinya juga tidak pernah mendengar ada payung bernama Garuda Nglayang. Namun, hal-hal yang berkenaan dengan dunia binatang tiada orang yang pengetahuannya melebihi Resi Jembawan, yaitu mertua Prabu Kresna yang menjadi juru kunci Astana Gandamadana. Sepertinya hanya dia seorang yang mengetahui adanya Payung Garuda Nglayang.
Prabu Kresna lalu memanggil Raden Partajumena dan memerintahkan putranya itu untuk pergi ke Astana Gandamadana, meminta petunjuk Resi Jembawan mengenai Payung Garuda Nglayang. Prabu Baladewa pun memerintahkan Raden Wisata untuk ikut pergi menemani Raden Partajumena.
Setelah dirasa cukup, Prabu Kresna pun membubarkan pertemuan. Ia mengajak Prabu Baladewa bersama-sama masuk ke sanggar pemujaan untuk meminta restu Yang Mahakuasa agar pernikahan Raden Wisata mendapatkan kelancaran.
PRABU KALADURGAMA JATUH CINTA KEPADA DEWI NILAWATI
Tersebutlah seorang raja raksasa bernama Prabu Kaladurgama yang memimpin Kerajaan Timbultaunan. Ia memiliki seorang adik yang menjabat sebagai patih, bernama Patih Durgamakala, serta seorang pengasuh kesayangan bernama Emban Durgamarungsit. Pada suatu hari ia memanggil kedua orang kepercayaannya itu untuk membicarakan mimpinya tadi malam.
Prabu Kaladurgama bercerita bahwa tadi malam ia mimpi bertemu seorang gadis yang sangat cantik, bernama Dewi Nilawati dari Kesatrian Madukara, masuk wilayah Kerajaan Amarta. Prabu Kaladurgama terbangun dari tidur dan tidak dapat melupakan gadis dalam mimpinya itu. Ia pun bertanya kepada Patih Durgamakala dan Emban Durgamarungsit di mana letak Kerajaan Amarta tersebut.
Patih Durgamakala tidak dapat menjawab karena wawasannya kurang luas. Emban Durgamarungsit kebetulan mengetahui bahwa Kerajaan Amarta adalah negeri yang dihuni lima bersaudara para Pandawa. Rajanya bernama Prabu Puntadewa. Adapun Kesatrian Madukara adalah tempat tinggal Pandawa nomor tiga, yaitu Raden Arjuna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Dewi Nilawati dalam mimpi Prabu Kaladurgama itu adalah putri Raden Arjuna.
Prabu Kaladurgama semakin senang dan merasa tidak sabar. Ia pun memerintahkan Patih Durgamakala dan Emban Durgamarungsit untuk berangkat melamar Dewi Nilawati. Apabila tidak diberikan, maka sebaiknya direbut dengan menggunakan kekerasan saja. Patih Durgamakala dan Dewi Nilawati pun mohon pamit melaksanakan perintah.
PASUKAN TIMBULTAUNAN BENTROK DENGAN RADEN WISATA DAN RADEN PARTAJUMENA
Patih Durgamakala dan Emban Durgamarungsit memimpin pasukan raksasa meninggalkan wilayah Kerajaan Timbultaunan. Di tengah jalan mereka bertemu Raden Wisata dan Raden Partajumena. Patih Durgamakala bertanya ke mana arah jalan menuju Kesatrian Madukara. Raden Wisata bertanya balik ada perlu apa mereka hendak ke sana. Patih Durgamakala menjawab hendak merebut Dewi Nilawati. Raden Wisata marah karena Dewi Nilawati adalah calon istrinya. Ia pun menantang Patih Durgamakala harus melangkahi mayatnya dulu sebelum pergi ke Kesatrian Madukara.
Patih Durgamakala melayani tantangan itu. Pertempuran pun terjadi. Raden Wisata dan Raden Partajumena hanya dua orang tetapi mampu memukul mundur pasukan raksasa tersebut. Patih Durgamakala dan Emban Durgamarungsit terpaksa melarikan diri.
Setelah jauh dari kedua lawannya, Emban Durgamarungsit dan Patih Durgamakala pun berunding. Mereka memutuskan untuk mengurungkan niat menyerang Kesatrian Madukara. Emban Durgamarungsit akan berangkat sendiri menuju ke sana untuk menculik Dewi Nilawati, sedangkan Patih Durgamakala sebaiknya pulang saja ke Kerajaan Timbultaunan melapor kepada Prabu Kaladurgama.
KAPI JEMBAWAN MEMBERI PETUNJUK KEPADA RADEN WISATA DAN RADEN PARTAJUMENA
Sementara itu, Raden Wisata dan Raden Partajumena telah sampai di Gunung Gandamadana, menghadap Resi Jembawan. Saat itu Resi Jembawan sedang mengajarkan ilmu kebatinan kepada cucunya, yaitu Raden Gunadewa. Resi Jembawan menyambut mereka lalu bertanya ada keperluan apa datang ke Astana Gandamadana.
Raden Partajumena menjawab, dirinya diutus sang ayah untuk menemani Raden Wisata mencari di mana keberadaan Payung Garuda Nglayang. Payung ini menjadi syarat untuk Raden Wisata mempersunting Dewi Nilawati, putri Raden Arjuna. Prabu Kresna berkata bahwa di dunia ini yang memiliki wawasan luas mengenai hal-hal yang menyangkut dunia binatang adalah Resi Jembawan. Maka, Raden Wisata dan Raden Partajumena pun berangkat ke Astana Gandamadana untuk meminta petunjuk tentang hal itu.
Resi Jembawan berkata Prabu Kresna terlalu memuji dirinya yang sudah tua renta menunggu mati. Mengenai Payung Garuda Nglayang, yang ia tahu adalah milik Garuda Sampati. Saat ini Garuda Sampati sedang bertapa menempati bekas pertapaan Resi Kesawasidi di Gunung Kutarunggu. Hendaknya Raden Wisata dan Raden Partajumena meminta kepadanya di sana.
Raden Wisata dan Raden Partajumena berterima kasih, lalu mohon pamit berangkat ke Gunung Kutarunggu.
Rupanya kedua pemuda itu tidak mengetahui bahwa Patih Sangkuni diam-diam mengikuti perjalanan mereka. Patih Sangkuni juga menguping pembicaraan mereka dengan Resi Jembawan. Maka, begitu mengetahui di mana keberadaan Payung Garuda Nglayang, Patih Sangkuni pun buru-buru turun gunung untuk memberi tahu para Kurawa yang menunggu di bawah. Bersama-sama mereka lalu berangkat menuju tempat Garuda Sampati bertapa.
PATIH SANGKUNI DAN PARA KURAWA MENDATANGI GARUDA SAMPATI
Di Gunung Kutarunggu, Garuda Sampati bersamadi seorang diri. Tidak lama kemudian ia terbangun karena kedatangan Patih Sangkuni dan para Kurawa. Mereka menyampaikan maksud kedatangan, yaitu ingin meminta Payung Garuda Nglayang. Garuda Sampati menjawab, jika ingin meminta payung miliknya maka harus melewati ujian terlebih dulu.
Patih Sangkuni menjawab tidak perlu diuji, cukup sebutkan saja berapa harga yang harus dibayar untuk membeli Payung Garuda Nglayang. Garuda Sampati menjawab, dirinya sudah tua, sudah berumur ratusan tahun, sudah tidak lagi tertarik pada harta benda. Ia bersikeras para Kurawa harus melalui ujian darinya, jika ingin mendapatkan Payung Garuda Nglayang. Patih Sangkuni dan para Kurawa akhirnya menjawab bersedia.
Garuda Sampati lalu mengepakkan sayapnya berkali-kali. Patih Sangkuni dan para Kurawa tertawa mengejek karena Garuda Sampati adalah burung gundul yang tidak memiliki bulu. Akan tetapi, tiba-tiba angin topan muncul menderu dari kepakan sayap garuda tersebut. Patih Sangkuni dan para Kurawa tidak mampu bertahan dan tubuh mereka pun melayang terbang meninggalkan Gunung Kutarunggu.
RADEN WISATA DAN RADEN PARTAJUMENA MENDATANGI GARUDA SAMPATI
Setelah Patih Sangkuni dan para Kurawa terempas jauh, Raden Wisata dan Raden Partajumena datang menghadap Garuda Sampati. Mereka menyembah hormat dan memohon untuk dapat dipinjami Payung Garuda Nglayang. Sikap kedua pemuda ini sopan penuh tata krama tidak seperti rombongan yang tadi, membuat Garuda Sampati merasa senang. Namun, ujian tetap harus dilaksanakan jika ingin mendapatkan Payung Garuda Nglayang.
Raden Wisata dan Raden Partajumena menjawab siap. Garuda Sampati pun mengepakkan sayapnya yang polos tanpa bulu. Angin besar menderu menerjang mereka. Namun, kedua pemuda itu menyambut dengan cara berdiri tegak sambil mengheningkan cipta. Semakin kuat kepakan sayap Garuda Sampati, semakin kuat pula kaki mereka menapak di tanah.
Garuda Sampati menghentikan kepakan sayapnya dan mempersilakan Raden Wisata untuk mengambil sendiri Payung Garuda Nglayang yang ada di belakangnya. Raden Wisata meminta izin lalu mengangkat payung tersebut. Ternyata Payung Garuda Nglayang terbuat dari bulu tubuh Garuda Sampati sendiri yang indah dan berwarna-warni.
Garuda Sampati bercerita, pada zaman dahulu ia bersahabat dengan Resi Rawatmeja, adik Prabu Banaputra di Kerajaan Ayodya. Pada suatu hari Prabu Rahwana raja Alengka datang menyerang Kerajaan Ayodya untuk merebut Dewi Kosalya, istri Resi Rawatmeja. Prabu Banaputra dan Resi Rawatmeja gugur di tangan raja raksasa tersebut. Garuda Sampati berusaha melindungi Dewi Kosalya, namun ia dikalahkan pula oleh Prabu Rahwana. Dengan kejam, Prabu Rahwana mencabuti semua bulu di tubuh Garuda Sampati hingga gundul.
Garuda Sampati lalu memberikan selembar bulunya yang tersisa kepada Dewi Kosalya dan berpesan kepada wanita itu agar pergi meminta perlindungan adiknya yang bernama Garuda Jatayu. Adapun Garuda Jatayu saat itu sedang bersama kawannya yang bernama Raden Dasarata. Dengan mengayuh selembar bulu milik Garuda Sampati, Dewi Kosalya dapat berlari kencang hingga sampai ke hadapan Raden Dasarata dan Garuda Jatayu. Kelak Dewi Kosalya dan Raden Dasarata akhirnya menikah, hingga kemudian melahirkan seorang putra yang termahsyur namanya, yaitu Prabu Sri Rama.
Sementara itu, Garuda Sampati memunguti bulu-bulunya yang berserakan di tanah, lalu merangkainya menjadi sebuah payung, yang diberi nama Payung Garuda Nglayang. Ternyata Yang Mahakuasa memberinya umur panjang, sama seperti umur Resi Jembawan di Astana Gandamadana yang dulu juga pernah mengabdi kepada Prabu Sri Rama.
Raden Wisata dan Raden Partajumena terkesan mendengar cerita Garuda Sampati. Mereka lalu mohon pamit kembali ke Kerajaan Dwarawati. Mengenai Payung Garuda Nglayang akan dikembalikan apabila upacara pernikahan antara Raden Wisata dengan Dewi Nilawati telah selesai.
RADEN WISATA DAN RADEN PARTAJUMENA DIHADANG PARA KURAWA
Raden Wisata dan Raden Partajumena telah jauh meninggalkan Gunung Kutarunggu. Tiba-tiba mereka dihadang Patih Sangkuni dan para Kurawa di tengah jalan, yang berniat merebut Payung Garuda Nglayang. Sudah tentu Raden Wisata tidak sudi menyerahkannya. Arya Dursasana segera mengerahkan adik-adiknya untuk merebut payung tersebut secara paksa.
Raden Wisata dan Raden Partajumena pun membela diri dari serangan mereka. Raden Partajumena dulu memang pernah mengalahkan para Kurawa saat bersaing mencari Gamelan Lokananta. Namun, para Kurawa yang datang hari ini jauh lebih banyak, dan langsung mengeroyok mereka. Karena terdesak, Raden Partajumena pun meminjam Payung Garuda Nglayang dari tangan Raden Wisata, lalu mengibas-ngibaskannya, menghasilkan angin besar yang menderu-deru.
Patih Sangkuni dan para Kurawa tidak menyangka Payung Garuda Nglayang dapat mengeluarkan kekuatan seperti itu. Lagi-lagi mereka pun terhempas terbang hingga jauh sekali meninggalkan tempat itu.
DEWI NILAWATI HILANG DICULIK ORANG
Raden Arjuna di Kesatrian Madukara telah mendengar berita bahwa Payung Garuda Nglayang berhasil didapatkan Raden Wisata. Maka, ia pun mengundang para Pandawa lainnya untuk bersama-sama mempersiapkan upacara pernikahan Dewi Nilawati.
Pada hari yang ditentukan, rombongan pengantin pria dari Kerajaan Mandura pun tiba. Raden Wisata mengenakan busana pengantin terlihat gagah, dengan dipayungi Raden Partajumena menggunakan Payung Garuda Nglayang. Tampak pula Prabu Kresna, Prabu Baladewa, Raden Samba, Arya Setyaki, dengan istri masing-masing berada di belakang mereka. Raden Arjuna selaku tuan rumah menyambut kedatangan mereka dengan hangat.
Tiba-tiba ibu mempelai wanita, yaitu Dewi Adiningsih muncul sambil menangis. Ia melaporkan bahwa anak gadisnya telah hilang diculik seorang raksasi. Prabu Baladewa marah-marah menuduh Raden Arjuna melakukan rekayasa hendak menggagalkan perjodohan ini. Namun, Raden Arjuna membantah karena ia juga baru tahu kalau Dewi Nilawati hilang diculik orang.
Prabu Kresna lalu memercayakan urusan ini kepada Raden Partajumena. Raden Partajumena segera mengheningkan cipta mengerahkan Aji Panggandan. Penciumannya meningkat tajam dan ia dapat merasakan adanya bau raksasi sedang berlari menuju arah barat. Mendengar itu, Raden Wisata segera melepas busana pengantin dan melesat pergi ke barat untuk mengejar penculik calon istrinya tersebut. Raden Partajumena pun mengikuti sepupunya itu dari belakang.
Penculik Dewi Nilawati tidak lain adalah Emban Durgamarungsit. Ia membawa gadis tersebut kepada Prabu Kaladurgama yang menunggu di perbatasan Kerajaan Amarta. Melihat mereka datang, Prabu Kaladurgama menyambut dengan gembira. Dewi Nilawati ketakutan dan meronta minta dibebaskan. Pada saat itulah Raden Wisata dan Raden Partajumena muncul melabrak Prabu Kaladurgama. Dalam pertarungan tersebut, Prabu Kaladurgama tewas di tangan Raden Wisata.
Patih Durgamakala dan Emban Durgamarungsit tidak terima atas kematian raja mereka. Keduanya pun maju menyerang. Raden Wisata segera melindungi Dewi Nilawati, sedangkan Raden Partajumena berhasil menewaskan kedua lawannya tersebut.
Keadaan kini telah aman. Dewi Nilawati berterima kasih atas pertolongan calon suaminya. Raden Wisata dan Raden Partajumena pun mengantarnya kembali ke Kesatrian Madukara. Sesampainya di sana, mereka disambut Raden Arjuna, Prabu Baladewa, dan para hadirin lainnya. Raden Wisata dan Dewi Nilawati lalu dinikahkan di bawah kemegahan Payung Garuda Nglayang.
—————————— TANCEB KAYON——————————
 
CATATAN : Perubahan yang saya lakukan dari naskah aslinya adalah mengganti peran Raden Danuasmara dengan Raden Partajumena. Selain itu, jika di naskah aslinya yang disebut Payung Garuda Nglayang adalah Garuda Sampati sendiri, maka di sini saya mengubahnya menjadi payung yang terbuat dari bulu tubuh Garuda Sampati.

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top