Topik

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?


PT Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG) melaporkan laba bersih $307 juta
untuk periode Semester I 2023, turun 33.4% dibanding periode yang sama tahun
sebelumnya, seiring dengan penurunan harga batubara yang sempat mencapai $400
per ton pada tahun 2022 lalu (harga benchmark Newcastle Australia), tapi
memasuki tahun 2023 ini turun hingga dibawah $150 per ton. Sehingga dengan
mempertimbangkan bahwa harga batubara kedepannya sulit untuk kembali naik, malah bisa saja turun lebih rendah lagi (karena sejak awal harga $400 per
ton itu terlalu tinggi, ketika itu hanya karena didorong sentimen Perang Rusia –
Ukraina), maka kemungkinan kedepannya laba perusahaan akan lanjut turun, dan
dengan demikian sahamnya menjadi kurang menarik.

***

Ebook
Investment Planning
berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Kuartal III 2023 akan terbit tanggal 8
November, dan sudah bisa
dipesan
disini
. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.

***

Disisi lain, saham ITMG sekarang ini bukan lagi di Rp42,000-an melainkan
sudah turun ke 26,000-an, sehingga valuasinya menjadi menarik lagi dengan PER
3.2 dan PBV 1.1 kali. Kemudian meski labanya turun, tapi dengan ROE mencapai
34.2%, maka ITMG masih menjadi salah satu perusahaan paling profitable di bursa
saat ini. Dan jangan lupakan pula kebijakan manajemen yang royal dividen,
dimana baru saja September kemarin perusahaan membayar dividen Rp2,660 per
saham, yang mencerminkan yield yang terhitung masih besar yakni 10%.
Nah, jadi apakah sahamnya masih layak invest?

Sebelum menjawab itu, kita pelajari lagi perusahaan sejak awal.

PT Indo Tambangraya Megah, Tbk merupakan perusahaan
tambang batubara dengan empat lokasi tambang (Indominco, Trubaindo, Bharinto,
dan Jorong) di Kalimantan Timur dan Selatan, dengan volume produksi 16.6 juta
ton di tahun 2022, yang sebagian besar diekspor keluar negeri terutama China
dan Jepang, dan 22% sisanya baru dijual di dalam negeri untuk memenuhi domestic
market obligation
(DMO). Diluar itu perusahaan juga punya usaha pembangkit
listrik, namun sampai tahun 2023 ini masih belum beroperasi.

Ilustrasi truk pengangkut batubara milik PT Indo Tambangraya Megah, Tbk

Kemudian ITMG ini dimiliki oleh Banpu Public
Co. Ltd., grup perusahaan energi asal Thailand, dimana cara kerja manajemen
selama ini adalah sebagai berikut: ITMG beroperasi dengan cara menggali dan
menjual batubara seperti biasa, namun hampir tidak ada ekspansi karena nyaris seluruh
keuntungan ditarik dalam bentuk dividen oleh Banpu, untuk membangun pembangkit
listrik dll di Thailand sana. Sehingga tidak seperti perusahaan batubara lain
yang tumbuh dan berkembang dengan cara akuisisi tambang baru, akuisisi
kontraktor tambang, akuisisi infrastruktur pelabuhan dll (ITMG memang sedang
membangun pembangkit listrik, tapi dengan tenaga surya, bukan batubara, itupun
karena dipaksa oleh Pemerintah untuk mengembangkan energi terbarukan), maka
aset ITMG dari dulu ya empat lokasi tambang itu saja, dengan volume produksi batubara
yang juga hanya naik sedikit dari dulu di tahun 2011 sekitar 12 juta ton,
menjadi sekarang 16 – 18 juta ton per tahun. Kinerja keuangan perusahaan juga
bisa dibilang jalan ditempat, dimana aset, liabilitas, dan ekuitasnya
segitu-gitu saja, sedangkan pendapatan, laba operasional, dan laba bersihnya cenderung
naik dan turun mengikuti fluktuasi harga batubara.

Disisi lain, setiap kali Banpu menarik
dividen, maka investor publik yang memegang saham ITMG juga kebagian dividen
tersebut. Dan karena hampir seluruh keuntungan perusahaan setiap tahunnya
diambil dalam bentuk dividen, maka jadilah dividen tersebut menjadi sangat
besar setiap kali perusahaan membukukan laba besar. Contohnya, untuk tahun buku
2022 lalu ketika laba perusahaan lagi gede-gedenya, maka ITMG dua kali membayar
dividen senilai total Rp10,544 per saham. Nah, jadi dengan harga sahamnya saat
ini yakni 26,000, maka bisa dihitung sendiri yield-nya berapa persen.
Dan sepanjang pengamatan penulis sendiri, jika dilihat dari sisi nilai dividen
yang diterima investor, maka ITMG memang merupakan salah satu saham yang paling
menguntungkan di BEI. Sebagai perbandingan, untuk saham bluechip populer
seperti Bank BRI (BBRI), maka dividennya di tahun 2022 lalu total hanya Rp288
per saham, berbanding harga sahamnya Rp5,175.

Sehingga inilah yang penulis pikirkan: Seperti
disebut diatas, laba ITMG hingga Kuartal II (Q2) 2023 turun 33% dibanding
periode yang sama 2022, dan kemungkinan akan turun lagi pada Q3 ini, karena
harga batubara Newcastle berada di rentang $125 – 160 pada Juli – September 2023,
lebih rendah dibanding $125 – 200 pada April – Juni 2023, dan juga lebih rendah
dibanding $175 – 400 pada Januari – Maret 2023. Catatan: Harga batubara yang
dijual ITMG sebenarnya mengacu pada harga Indonesia Coal Index atau ICI, yang
angkanya lebih rendah dibanding harga Newcastle. Tapi jika harga Newcastle naik
maka biasanya harga ICI ikut naik, demikian sebaliknya.

Jadi sekarang kita balik lagi ke angka laba
bersih perusahaan di Semester I 2023, yakni $307 juta. Maka dengan
mempertimbangkan harga batubara yang kembali turun, kita anggap saja laba ITMG
di Semester II 2023 hanya $200 juta, sehingga totalnya $507 juta. Penulis sendiri tidak menganggap bahwa laba ITMG di sisa tahun 2023 ini akan lebih kecil dari itu, karena meskipun harga batubara memang masih dalam trend turun, tapi seharusnya penurunannya akan mentok di serendah-rendahnya $100 – 120 per ton. Karena pada saat ini kebutuhan energi sudah sangat normal seiring dengan sudah tidak adanya lagi krisis atau pandemi, sedangkan disisi lain pengembangan energi terbarukan masih perlu waktu panjang untuk benar-benar bisa menggantikan batubara. 

Kemudian
karena pada September 2023 kemarin perusahaan sudah bayar dividen interim Rp2,660
per saham, atau setara $199 juta, maka sisa saldo labanya pada akhir tahun 2023
nanti adalah $308 juta. Let say dari sisa saldo laba tersebut perusahaan
membayar dividen $225 juta (dividen final biasanya memang lebih besar dibanding
dividen interim). Maka pada RUPS-nya sekitar bulan April 2024 nanti, ITMG akan
mengumumkan dividen Rp2,987 per saham. Atau kalau dibuat rentang, Rp2,700 –
3,000
per saham. Masih sangat tinggi (yield lebih dari 10%) dibanding harga
sahamnya saat ini yakni Rp26,000.

Sehingga ketika Maret lalu ITMG turun sampai
mentok di 22,000, maka penulis kira kalaupun kedepannya ITMG lanjut turun lagi
karena sentimen penurunan harga batubara (terakhir batubara turun lagi dari
$160 ke 140 per ton), maka penurunannya juga akan kembali mentok di harga
22,000-an tersebut, dan barulah pada titik itu kita bisa masuk, lalu tunggu
saja sampai April 2024 nanti, dimana sahamnya akan naik kurang lebih sebesar perkiraan nilai dividennya. Semoga lancar!

***

Ebook
Investment Planning
berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Kuartal III 2023 akan terbit tanggal 8
November, dan sudah bisa
dipesan
disini
. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top