Pak Teguh saya sudah baca tulisan
bapak kemarin yang menyebut bahwa investasi saham lebih baik dibanding investasi
emas, karena nilai saham akan naik seiring meningkatnya nilai aset bersih/ekuitas
perusahaannya itu sendiri karena akumulasi saldo laba bersih, yang kemudian
tercermin pada kenaikan harga sahamnya. Sedangkan harga emas sejatinya tidak
benar-benar naik, melainkan hanya mengikuti inflasi saja. Nah, kebetulan saya
punya emas pak, dalam bentuk perhiasan dan logam mulia/emas batangan. Jadi apakah sebaiknya
saya jual saja mumpung harganya sedang tinggi lalu uangnya dipindah semua ke
saham? Mohon pencerahannya.
***
Ebook
Market Planning edisi Juni 2024 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual
beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham,
dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
***
Jawab:
Warren Buffett pernah bilang, ‘Emas tidak menghasilkan apa-apa, dan juga
tidak memberikan manfaat apa-apa kecuali untuk dilihat saja’. Dan sebagai
investor itu sendiri, saya setuju akan hal tersebut. Perhatikan: Jika anda
berinvestasi misalnya pada perusahaan
peternakan ayam, maka jika perusahaan tersebut dikelola dengan benar maka
jumlah produksi ayam, telur, dan produk turunannya akan terus meningkat dari
waktu ke waktu, yakni karena setiap keuntungan yang dihasilkan digunakan untuk
memperluas kandang, menambah kapasitas pabrik chicken nugget, dll. Jadi
jika pada hari ini perusahaan misalnya memproduksi 100 ekor ayam, maka
lima tahun dari sekarang produksinya akan tumbuh menjadi 200 – 300 ekor, dan
kita sebagai pemegang saham perusahaan akan turut menikmati pertumbuhan
tersebut.
Sedangkan emas? Well, emas tidak memproduksi apa-apa sehingga jumlahnya juga tidak akan bertambah, dimana jika anda
pada hari ini memiliki 10 gram emas, maka 5 tahun lagi jumlahnya akan tetap 10
gram. Dan jika daging ayam dan telur sangat bermanfaat untuk dikonsumsi/untuk memenuhi
kebutuhan gizi sehari-hari, maka sebagian besar emas digunakan untuk membuat
perhiasan yang, seperti kata WB, ‘Tidak ada manfaatnya kecuali untuk dilihat
saja’.
Namun demikian, coba kita balik lagi ke saham: Apakah nilai sebuah perusahaan
pasti akan bertumbuh dari waktu ke waktu, sehingga harga sahamnya juga
akan terus naik? Jawabannya, belum tentu. Bisa anda lihat sendiri di Bursa Efek
Indonesia, tidak sedikit perusahaan Tbk yang tidak mencetak laba melainkan
justru rugi, contohnya unicorn PT
Goto Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO), dan alhasil sahamnya turun. Dan jangankan
rugi; jika perusahaan masih cetak laba namun angkanya turun dibanding tahun
sebelumnya, maka itu juga bisa bikin sahamnya turun. Kemudian sering juga
terjadi harga sebuah saham naik lebih tinggi dibanding kenaikan riil nilai
perusahaannya, sehingga valuasinya menjadi mahal. Dan jika kasusnya demikian
maka cepat atau lambat harganya akan turun lagi bahkan meski kinerja perusahaan
masih profit seperti biasanya, contohnya kemarin kita sudah bahas saham
Bank BRI (BBRI).
Jadi maksud penulis adalah, betul harga sebuah saham bisa naik
seiring dengan kenaikan nilai riil perusahaannya, tapi di sisi lain harga
saham juga bisa turun entah itu karena karena perusahaannya menderita rugi atau faktor lainnya. Sedangkan emas, maka meski nilai riilnya tidak pernah benar-benar
naik (harga emas hanya naik mengikuti inflasi), tapi sebaliknya nilai emas juga
tidak pernah benar-benar turun, dimana kalaupun harga emas sesekali
turun (antara tahun 2012 dan 2015, harga emas pernah turun dari $1,700 hingga
mentok di $1,100 per oz), tapi pada akhirnya dia akan naik lagi, dan itu karena situasi
inflasi akan terus terjadi tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia.
Situasi yang sama tidak terjadi di saham, dimana jika ada saham turun karena
memang perusahaannya rugi terus menerus, maka mau ditunggu sampai kapanpun harganya gak bakal naik lagi. Dan faktanya saham seperti itu di BEI
jumlahnya tidak sedikit, yakni yang harganya turun terus sampai mentok di gocap/50 perak, atau bahkan lebih rendah lagi.
Jadi dengan kata lain, meski saham menawarkan potensi profit yang lebih
tinggi dibanding emas namun risikonya juga lebih besar, tidak hanya bagi investor pemula paruh waktu yang biasanya masih harus belajar untuk menganalisa prospek kinerja sebuah perusahaan, melainkan investor profesional legendaris sekelas WB juga tidak jarang
salah pilih saham dan alhasil menderita kerugian. Sedangkan di emas tidak ada
istilah ‘investor pemula’ melainkan siapapun bisa beli lalu simpan saja, jadi
gak perlu itu baca laporan tahunan perusahaan bla bla bla yang tebalnya minta
ampun itu. But still setelah 5 – 10 tahun, hasilnya hampir pasti akan
profit.
![]() |
Tahun 2012 saya ada beli kalung emas 8 gram seharga Rp3,200,000. Dan hari ini kalung tersebut kalau dijual laku sekitar Rp8 jutaan. |
Sehingga kembali ke pertanyaan bapak, apakah emas yang dipegang sekarang dijual saja lalu uangnya dibelikan saham? Maka saran saya, jangan. Bapak bisa
tetap hold emas tersebut untuk tujuan wealth preservation, alias untuk
menjaga dan melindungi kekayaan yang kita miliki dari ‘hantu finansial’ bernama
inflasi. In fact, emas merupakan instrumen terbaik untuk tujuan tersebut
karena 1. Harganya tidak fluktuatif, jadi megangnya juga gak deg-degan, 2. Barangnya
jelas ada wujud fisiknya, jadi gak cuma angka-angka atau chart di aplikasi ponsel, dan 3.
Likuid, alias sangat mudah untuk dijual kembali. Minusnya mungkin kita harus beli
brankas atau semacamnya untuk menyimpan emas tersebut beserta surat-suratnya, tapi bukankah untuk
aset-aset lain yang kita miliki seperti rumah, mobil, tabungan bank etc juga
sama harus kita kunci/harus pakai password dan pin agar tidak dibobol maling?
Di sisi lain bapak juga bisa beli saham untuk tujuan wealth
accumulation, yakni untuk menumbuhkan nilai kekayaan yang kita miliki. Dan
kalau kita sesekali mengalami setbacks dalam proses menumbuhkan
kekayaan ini (baca: rugi karena saham yang dipegang turun, jadi aset kita
bukannya bertambah tapi malah berkurang), maka tidak perlu khawatir karena kita
juga sudah jaga-jaga dalam bentuk investasi emas itu tadi. Semoga
bermanfaat.
***
Ebook
Market Planning edisi Juni 2024 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual
beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham,
dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.