”Di penghujung zaman, para pengamal ajaran Islam bagaikan orang asing, persis seperti yang berlaku atas generasi awal Islam terdahulu”
Di tengah-tengah para Sahabat, Baginda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam mengkhabarkan kondisi umat Islam pada akhir zaman kelak.
Beliau S.a.w bersabda: ”Pada akhir zaman nanti, umatku bagaikan memegang api membara di tangannya. Mereka asing di antara para manusia.”. Seorang Sahabat lalu bertanya: ”Berarti umat Islam menjadi umat yang sedikit (minoritas) nantinya, ya Rasulullah?”, Rasulullah kemudian menjawab: ”Bukan, bukan!”, ”Lalu, bagaimana?” tanya Sahabat. Rasulullah S.a.w menjelaskan:
Di era ‘millenium’ ini, berat memang, diperlukan kesabaran dan tekad yang sungguh-sungguh untuk menjalani kehidupan sesuai dengan kaidah agama. Menggenggam kebenaran di jaman ‘edan’ ini laksana menggenggam api yang panas membara. Sabda Nabi Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam:
“Akan tiba suatu masa, ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api.”. (HR Tirmidzi).
Bagaimanapun, orang yang berperilaku lurus akan tampak asing bahkan aneh di mata orang-orang yang berperilaku ‘bengkok’ (yang masih berusaha agar lebih sempurna, atau masih belajar). Mengajak teman ke majelis yang mengagungkan syiar-syiar Islam, terlibat dalam kegiatan dakwah, atau menolak ajakan teman untuk nonton film maksiat, seringkali di-cap sebagai tindakan dan pandangan kuno. Walhasil yang benar-benar memegang erat dan melaksanakan ajaran Islam (secara total dengan segala adabnya) hanyalah sedikit dari umat ini, sebaliknya yang kebanyakan, menjalankan agama namun sambil berperilaku ‘bebas lepas’, tak mengindahkan rambu-rambu yang telah dituntun dalam syariat.
Rasulullah S.a.w bersabda: ”Sungguh, kalian akan mengikuti tradisi (kebiasaan-kebiasaan/tata cara) orang-orang sebelum kalian, sehasta demi sehasta, sejengkal demi sejengkal, hingga kalaulah mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kalian mengikuti mereka.”, Kami (sahabat) bertanya: ”Wahai Rasulullah, yahudi dan nasrani kah?”, Nabi S.a.w menjawab: ”Siapa lagi kalau bukan mereka?”. (Shahih Bukhari).
Seiring dengan lajunya perkembangan zaman, pesatnya modernisasi membawa perubahan dalam segala aspek kehidupan manusia, tak dapat kita pungkiri bahwa kerusakan akhlak yang mendera umat Islam telah banyak terjadi dan semakin nampak di pelupuk mata, dimana gaya hidup hingga cara berfikir mereka sangat dipengaruhi atau bahkan mengikut-ikuti kepada kaum di luar Islam.
Maka disinilah kemudian, kita (semua ummat) sungguh memerlukan kepada mereka yang selalu berada di dalam kebenaran, yang menunjukkan nilai-nilai murni Islam, sebagai pewaris-pewaris ajaran Rasulullah S.a.w. Mereka orang-orang yang lurus manakala kondisi manusia sudah ‘rusak’, dan yang memperbaiki apa yang telah dirusak oleh manusia.
Sayyidina Rasulullah Nabi Muhammad S.a.w bersabda:
Yang berpegang teguh inilah yang harus kita jadikan referensi, panutan, rujukan, dan pengangan kehidupan (dalam hal ini, tentunya dari kalangan Ahlussunnah wal Jama’ah, bermadzhab dan bertasawuf). Mereka tak lekang oleh waktu, tak lapuk diterpa zaman, mereka adalah manusia-manusia suci penggusung nilai-nilai kebenaran, yang meniti di jalan kebenaran. Lantas, siapakah mereka? Mari simak hadist berikut, dimana Nabi S.a.w telah mewasiatkan untuk kita semua, kepada siapa harus berpegang teguh, Rasulullah S.a.w bersabda:
”Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian Tsaqalain (dua peninggalan yang sangat berharga) yaitu Kitabullah dan Keturunanku.. Ahli Keluargaku.., selama kalian berpegang teguh kepada keduanya niscaya kalian tidak akan sesat selamanya.”. (HR Ahmad, Tirmidzi dan Muslim).
(Catatan: Kitabullah di sini adalah Al Qur’an, baik itu yang ‘tertulis‘, yakni Wahyu Ilahi (Kalamullah) yang terhimpun dalam kitab Al Qur’an, maupun yang ‘berjalan‘ (Al Qur’an berjalan) yaitu Rasulullah S.a.w, yakni Sunnah-sunnah Beliau S.a.w). ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
Sayyidina Rasulullah S.a.w juga bersabda: ”Perumpamaan Ahli Keluargaku seperti bahtera Nabi Nuh, siapa yang menaikinya akan selamat, dan siapa yang tertinggal akan tenggelam (tidak selamat).”. (HR Hakim dan Thabarani).
(Baca juga: Keluarga Rasulullah S.A.W dan Cinta Kepada Keluarga Nabi S.A.W)
Ketahuilah, bahwa zaman semakin terpuruk, banyak perubahan, keburukan (kenakalan) terjadi bagai rentetan beruntun yang tak kunjung henti-henti. Di zaman sekarang ini, saat banyak terjadi kerusakan akhlak pada ummat Islam, dan ketika itu masih ada yang masih berpegang teguh pada Sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, maka baginya disediakan pahala yang sangat tinggi, Rasulullah S.a.w bersabda:
“Barangsiapa yang berpegang dengan sunnahku ketika merata kerusakan pada ummatku, maka baginya pahala (seperti) orang yang mati syahid”. (HR Thabarani, dari Abu Hurairah R.a).
Oleh itu maka marilah kita terus mengamalkan dengan sungguh-sungguh ajaran dan tuntunan yang telah disyariatkan oleh Nabi S.a.w secara menyeluruh, yakni menyentuh ke dalam segala aspek kehidupan kita, termasuk mengagungkan syiar-syiar Islam hingga tata cara hidup yang Islami. Sebagaimana disaat kejayaan Islam zaman dahulu, mengikut apa yang umat zaman dahulu (zaman Rasulullah S.a.w) lakukan, yakni seperti yang ditunjukkan oleh ummat pada kurun salaf yang shaleh, para Tabi’in, hingga para Sahabat (Radhiallaahu ‘Anhum), walau resikonya akan menjadi tampak asing di hadapan orang banyak. Di akhir zaman, para pengamal ajaran Islam (secara menyeluruh, beserta dengan adab-adabnya) akan menjadi ghuraba’ (orang asing), persis seperti yang berlaku atas generasi awal Islam dahulu.
”Islam dimulai dalam kondisi asing, dan akan kembali sebagaimana ia dimulai (sebagai sesuatu yang) asing, maka berbahagialah bagi kaum ghuraba’ (orang-orang yang asing tersebut)”. (HR Muslim, dari Abu Hurairah R.a).
Kajian (Secara Bahasa)
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya…“. (QS 6: 116).
ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺍﻋﻠﻢ ﺑﺎﻟﺼﻮﺍﺏ
Wal akhir, marilah kita tutup dengan berdoa:
“Allahumma Inni As Aluka ‘ilman Naafi’an Wa Rizqan Thayiban Wa ‘Amalan Mutaqabbalan (Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik (halal) dan amal yang diterima)”. Aamiin. [Dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ummu Salamah R.a, bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Aalihi wa Shahbihi wa Salam senantiasa membaca doa ini di waktu pagi.] (Al-Adzkar ~ Imam An-Nawawi).
![](https://piool.com/wp-content/uploads/2024/08/Piool_logo1.png)
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.