Bisnis

Merubah Follower Menjadi Customer, Kejam Nggak Sih?


 

Oleh: Nafi’ah
al-Ma’rab

Saya bukan pedagang online, bukan juga pakar
copywriting. Cuma pengen izin nulis buat ngeramein feed ya, boleh kan nggak ada
larangan?

Beberapa hari belakangan saya ikut-ikut frenz
yang sibuk nyari subscriber Youtube. Sebenarnya dulu saya paling anti begini, cuma
yah melihat dan menimbang, masak sih subscriber saya cuma 15 wkwkwk (sungguh
aib bagi penulis).

Nah, alahasil ikutlah saya meminta, memohon,
dan berharap kepada netizen yang terhormat untuk subscribe. Terima kasih yang
tak terhingga untuk yang sudah subscribe, saya doakan sih Anda-Anda bahagia
fiiddunya wal akhiroh. Aamiin, (segitunya doa untuk subscriber, kalau ditambah
like dan komen, doanya saya tambah lagi hehe).

Nah, ngomong-ngomong soal follower kenapa sih
akhirnya saya ikut-ikut memohon dan meminta kepada netizen? Apa baru sadar?
Nggak juga sih.

Gini, saya punya kebiasaan nyimak
podcast-podcast komika dan seleblah. Obrolan-obrolan yang kadang bikin ngakak,
kadang bener juga sih.

Suatu hari ada seorang komika ngomong gini,

“Kamu seneng nggak sih dapat gelar kuliah
tinggi-tinggi gitu?”

“Nggak, Om. Biasa aja.”

“Lho kenapa? Kan itu kampusmu keren.”

“Zaman sekarang yang penting follower, Om.”

Ah, masak sih? Saya nggak ngegubris
pernyataan komika itu. Sampai akhirnya saya ketemu lagi podcast seorang pejabat
negara (nggak usah saya sebut orangnya).

Dia bilang gini di acara podcast itu.

“Saya ini bukan Atta, bukan Baim Wong, bukan
Deddy, bukan Rafi Ahmad. Mereka bisa bikin apa saja untuk banyak orang hanya
modal follower. Saya setinggi apapun posisi saya, follower saya sedikit, sulit
saya melakukan sesuatu yang dikenal publik.”

Wah, sampai di sini saya mulai mikir, lalu cek-cek
Instagram dan Youtube. Pantes, kata saya dalam hati. Follower Instagram dan
subscriber Youtube saya memang pantas jadi bahan ghibah, haha.

Followermu
Customermu

Followermu adalah customermu, jahat nggak
sih?

Sekilas terdengar iya, tapi ya nggak juga
kalau kita tahu caranya.

Gini, dagangan itu nggak melulu soal kualitas
produk, tapi kepercayaan pada penjual tho. Follower adalah orang yang simpati,
kagum, suka, dan mengikuti perkembangan jejak kita. Mereka yang akhirnya akan
punya trust terhadap kita dan apa yang kita tawarkan.

Tapi saya pakai sosmed nggak untuk jualan?

Jangan bohong, kita memang nggak selalu
jualan. Tapi sekali-kali kamu pasti ngeluarin sesuatu untuk ditawarkan.

Tiba-tiba jualan buku, tiba-tiba jualan
sepatu, tiba-tiba nawarin ini dan itu. Apalagi yang hari-harinya memang jualan.

Saya penulis, saya kadang-kadang ya jualan
buku. Saya menampilkan acara saya, ya itu namanya jualan. Saya butuh follower,
saya butuh orang-orang yang memberikan respon baik terhadap sesuatu yang saya
tawarkan. Bahkan sesuatu yang nggak bersifat komersil pun tetap butuh
pelanggan.

Supaya
Follower Jadi Customer


 

Kadang gini sih, nggak semua follower jadi
customer, dan nggak semua customer awalnya follower. Tapi, setidaknya setiap
follower kamu itu punya peluang untuk jadi costumer.

Caranya gimana?

Sentuh kedekatan dan kepercayaannya. Ngobrol
aja, berikan sesuatu yang mereka percaya. Obrolan nggak harus selalu tentang
jualan, sumpah ini bikin bosan. Obrolan yang baik bisa membuat follower yakin
kalau kita tuh orang baik lah, bisa dipercaya.

Setelah dekat begitu juga nggak mesti kamu
langsung jualan. Hai, beli dong produk gue, beli ya buku baru gue. Hai, itu sih
maksa.

Menawarkan boleh aja, tapi ya tetap yang
elegan. Gimana caranya?

Lebih baik kita menyampaikan value dari
sesuatu itu. Nah, kalau nilainya sudah tersampaikan, maka follower yang sudah
percaya pada personal kita sudah pasti akan mempertimbangkan diri jadi
customer. Apalagi jika produk kita itu menjadi kebutuhannya.

Tapi Saya
Nggak Suka Ngeksis, Gimana?

Narsis is ngeksis? Kadang iya, kadang juga
nggak. Jadi ngeksis itu nggak selamanya dimaknai negatif. Orang yang eksis di
medsos nggak selalunya pakai cara-cara narsis.

Kalau kita memang melakukan sesuatu yang baik
dan bermanfaat, publikasinya juga bisa natural kok. Dari sanalah awal
kepercayaan public muncul. Sama aja kalau jualan, kalau niatnya membantu orang
bisa terekam dalam postingan-postingan promomu. Tambah lagi punya skill
copywriting yang baik, udah deh top banget hasilnya.

Jadi intinya gini..

Follower adalah media kita memberikan nilai
pada orang lain. Bonusnya ya kita dapat untung, mungkin juga materi. Follower
tempat kita berbagi sesuatu yang kita miliki. Bukan semata-mata untuk lahan
cari keuntungan pribadi.

Mereka yang sukses merubah follower menjadi
customer adalah mereka yang sudah memberikan sesuatu nilai buat orang lain.
Kalau nggak ya siap-siap pelanggan kabur. Profil kita nggak akan dipercaya
lagi.

Udah segitu aja, ngomong-ngomong saya minta
juga kita saling jadi follower ya, hehe.

Subscribe Youtube saya di akun Novelis Riau.

Saya bukan pedagang, bukan ahli copywriting,
saya hanyalah seorang netizen yang juga butuh follower hehe. Salam hormat untuk
subscriber dan followerku.

Lubuk Batu
Jaya, 30 Agustus 2021

 

 


Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.


Comments

Paling Populer

To Top