Hingga Q3 2023 kemarin, PT Astra International, Tbk
(ASII) melaporkan laba bersih Rp25.7 triliun, yang jika disetahunkan menjadi
Rp35.3 triliun. Menariknya, tidak hanya angka laba tersebut masih tumbuh
signifikan dibanding tahun 2022, tapi itu juga merupakan rekor laba bersih
terbesar dalam sejarah perusahaan. Namun alih-alih naik, saham ASII sejak Juli
2023 lalu justru terus turun dari posisi 7,000 hingga terakhir tinggal 5,100, hingga
valuasi sahamnya menjadi sangat rendah dengan PER 6.0 dan PBV hanya 1.1 kali,
dimana terakhir kali saham ASII dihargai pada valuasi serendah itu adalah pada pertengahan
tahun 2020 lalu, yakni ketika masih zaman awal-awal resesi pandemi Covid-19. Sedangkan kinerja perusahaan pada saat ini tentu saja sudah jauh lebih baik dibanding tahun 2020 tersebut, dengan laba bersih dua kali lipat lebih besar.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Q4 2023 akan terbit hari Senin, 12
Februari 2024, dan sudah bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.
***
Nah, jadi apakah penurunan saham ASII ini
merupakan peluang? Eh tapi bagaimana dengan sentimen negatif terkait skandal
Daihatsu dll? Untuk menjawab itu, pertama kita lihat lagi poin-poin pentingnya.
Pertama, terkait situasi pasar. Jika kita
lihat pergerakan IHSG, maka setelah menyentuh 7,000 pada bulan Juli 2023,
kesininya dia bergerak turun hingga menyentuh 6,600-an pada awal November 2023,
dan baru naik lagi di bulan November – Desember kemarin hingga bahkan mencapai posisi
7,200-an, tapi itu karena pada bulan November – Desember tersebut terjadi
kenaikan tidak wajar (naik ratusan persen) dari saham-saham
Grup Barito, seperti BREN,
BRPT, TPIA, dan CUAN, dan juga berlanjutnya kenaikan saham AMMN sejak bulan Juli 2023, dimana
karena saham-saham tersebut memiliki market cap yang sangat besar hingga
ratusan triliun Rupiah per saham, maka jadilah kenaikan mereka mendorong
IHSG untuk naik tinggi. However jika anda lihat lagi pergerakan dari
ratusan saham-saham lainnya di BEI termasuk ASII, maka hampir semuanya justru turun
cukup signifikan di bulan November – Desember, tak peduli meski IHSG-nya naik
sendiri.
Kedua, memasuki Januari 2024 ini maka ada sejumlah
saham yang mulai balik arah dan naik lagi, atau minimal tidak turun lebih
lanjut, yang menunjukkan bahwa pasar saham mulai recover. Namun khusus untuk saham
ASII ternyata masih lanjut tertekan, kemungkinan karena pada awal bulan kemarin muncul sentimen negatif terkait skandal tes keselamatan mobil yang dilakukan
oleh Daihatsu Motor Co. Ltd. di Jepang, sedangkan ASII kita tahu merupakan produsen
dan distributor kendaraan Daihatsu di Indonesia. Menariknya, ini adalah kali
kedua dalam waktu berdekatan di mana unit usaha otomotif ASII dihantam isu miring. Sebelumnya pada Agustus
2023 lalu juga viral cerita ‘kerangka eSAF motor Honda keropos’, sehingga
santer berita bahwa Kementerian Perdagangan melalui Dirjen Perlindungan
Konsumen memerintahkan PT Astra Honda Motor, anak usaha ASII di bidang produksi
dan distribusi sepeda motor Honda, untuk melakukan penarikan produk (recall)
sepeda motor Honda di Indonesia, di mana jika itu terjadi maka jelas ASII akan
rugi besar-besaran.
Dan meski manajemen ASII sudah klarifikasi
dengan menyebut bahwa aktivitas produksi termasuk ekspor mobil Daihatsu tetap
berjalan normal, dan demikian pula tidak pernah ada perintah untuk recall motor
Honda seperti yang diberitakan, namun sentimen negatifnya sudah terlanjur
menyebar. Di luar itu juga beredar sejumlah sentimen negatif lain, seperti
berita penurunan volume penjualan mobil di Indonesia (data Gaikindo memang menunjukkan
penjualan ritel mobil di Indonesia di tahun 2023 turun 1.5% dibanding 2022), plus
masuknya mobil listrik BYD asal China ke Indonesia ditengarai akan menghambat
prospek usaha otomotif milik ASII, karena meningkatnya persaingan. Kemudian
untuk usaha tambang dan alat-alat berat, maka volume penjualan Komatsu milik anak usaha ASII, PT
United Tractors, Tbk (UNTR), turun di tahun 2023 ini dibandingkan 2022, dan prospeknya
kemungkinan masih akan kurang cerah di tahun 2024 seiring rendahnya harga
batubara.
Sehingga, mengingat lebih dari 80% pendapatan
ASII berasal dari segmen otomotif (termasuk spare part), tambang, dan alat-alat berat, maka memang
prospek perusahaan untuk saat ini tampak suram. Tapi benarkah demikian? Untuk
itu mari kita lanjutkan menganalisa poin-poin pentingnya.
Ketiga, di atas disebutkan bahwa tidak hanya ASII,
tapi mayoritas saham-saham di BEI juga cenderung turun di sepanjang tahun 2023,
termasuk IHSG itu sendiri juga harusnya turun kalau bukan karena di bulan November
– Desember tiba-tiba terkerek naik oleh kenaikan BREN, AMMN, dkk. Dan penurunan tersebut selaras dengan kinerja laporan keuangan yang mayoritas memang kurang bagus
hingga Q3 2023 kemarin, di mana ada banyak emiten yang melaporkan penurunan
pendapatan serta laba bersih, kemungkinan karena iklim ekonomi riil di lapangan yang
memang agak seret di 2023, di mana kenaikan suku bunga BI Rate dan Fed Rate untuk
memerangi inflasi membuat jumlah uang beredar berkurang, dan imbasnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai dari 5.73% pada Q3 2022 lalu, menjadi
terakhir 4.94% pada Q3 2023.
Nah, tapi dalam situasi ekonomi demikian bagaimana
pendapatan serta laba bersih ASII bisa naik sendiri, padahal seperti disebut di
atas volume penjualan mobil di 2023 tercatat turun, demikian pula harga
batubara turun dan booming komoditas sudah lewat? Well, itu karena
perusahaan berkinerja lebih baik dibanding banyak kompetitornya. Perhatikan: Hingga
Q3 2023, pangsa pasar penjualan mobil dan sepeda motor milik ASII di Indonesia naik menjadi masing-masing
56% dan 79% (dibanding 55% dan 74% di tahun 2022), dan demikian pula pangsa
pasar alat berat Komatsu naik menjadi 31%, dibanding 28% di
tahun 2022. Kemudian untuk usaha tambang batubara dan kontraktor tambang, maka
secara operasional juga masih tumbuh dimana volume produksi batubara dan volume
overburden removal UNTR hingga Q3 2023 naik masing-masing 15% dan 24%
dibanding tahun 2022. Untuk unit usaha lain seperti agribisnis, infrastruktur
logistik, teknologi informasi, jasa keuangan, hingga properti, maka kinerja
ASII juga tergolong masih sangat bagus, sekali lagi, jika dibandingkan dengan para
kompetitornya.
![]() |
Di sepanjang tahun 2023 lalu Astra International meluncurkan cukup banyak model mobil baru, yang rata-rata disambut baik oleh konsumen |
Okay, lanjut. Kemudian kita tahu bahwa pertumbuhan
ekonomi tidak akan selalu lesu, dimana jika pada tahun 2024 ini suku bunga
kembali turun, atau minimal tidak lanjut naik (terakhir memang BI Rate stagnan
di 6.00%, jadi sudah tidak naik lagi), maka ekonomi akan kembali tumbuh. Nah,
jadi jika dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan di 2023 kemarin saja
kinerja ASII masih bertumbuh, maka bagaimana dengan tahun 2024 ini jika ekonomi benar recover? Termasuk soal penurunan harga batubara, maka seperti
yang sudah dibahas
disini, harga batubara Newcastle harusnya tidak akan turun lebih rendah
lagi dari posisi terakhirnya saat ini, yakni $100 – 120 per ton. But still, karena
pasar saham cenderung turun di sepanjang tahun 2023 kemarin, maka saham ASII
juga ikut turun. Dan setelah muncul isu rangka sepeda motor Honda dan skandal
Daihatsu maka jadilah sahamnya lebih terpuruk lagi di bulan Januari ini meski,
seperti disebut diatas, aktivitas produksi mobil dan motor milik perusahaan sejatinya
tetap berjalan normal.
Penurunan saham ASII: Peluang?
Sehingga penulis termasuk yang melihat bahwa
penurunan saham ASII sejauh ini merupakan peluang. Karena jika kita anggap
valuasi wajarnya di PER 8.3 dan PBV 1.5 kali saja, maka itu berarti target
harganya sekitar 7,000, alias profit hampir 40%. Nah, tapi sekarang kita ke
bagian risikonya: Bagaimana jika kinerja ASII beneran turun di tahun 2024 ini? Karena itu
bisa saja terjadi bukan? Maka ingat bahwa dalam waktu dekat perusahaan akan
merilis laporan keuangan Q4 2023, dan setelah itu akan diumumkan dividen. Tahun
lalu, ASII membayar dividen final Rp552 dengan tanggal cum 5 Mei 2023, dimana
sentimen dividen tersebut sukses menaikkan sahamnya dari posisi 5,225 di bulan
Januari 2023, hingga tembus 6,750 pada akhir April 2023, atau sesaat sebelum
tanggal cum-nya. Dari sini kita bisa melihat bahwa, terlepas dari bagaimana
kinerja laporan keuangannya untuk tahun 2023, tapi saham ASII sudah naik lagi pada awal tahun sejak sebelum LKnya untuk tahun 2023 tersebut dirilis, yakni
karena adanya faktor dividen itu tadi. Dan meski setelah tanggal cum dividennya tersebut saham ASII sempat drop ke 6,125 di bulan Mei 2023, tapi setelah
itu dia naik lagi sampai sempat menyentuh 7,000 di bulan Juli 2023, sebagai respon
investor atas kinerjanya yang bagus di Q1 2023, meski kemudian setelah itu
turun sampai sekarang karena situasi pasar seperti yang dijelaskan di atas.
Okay, lalu bagaimana untuk Januari 2024 ini? Well,
menariknya saham ASII sekarang berada di posisi 5,100, alias tidak jauh berbeda
dibanding posisi terendahnya pada Januari 2023 lalu di 5,225. Kemudian penulis
tidak berharap bahwa perusahaan akan bayar dividen Rp640 lagi seperti tahun
lalu (dividen interim Rp88 + dividen final Rp552), karena angka tersebut
mencapai 89.5% dari laba ASII di tahun 2022, sedangkan selama ini perusahaan
biasanya hanya membayar dividen sebesar 40 – 50% saja dari labanya. Sehingga
dengan asumsi ASII akan melaporkan earnings per share (EPS) Rp846 untuk
tahun 2023 (berdasarkan laba bersih hingga Q3 2023, disetahunkan), maka perkiraan total dividennya Rp338 – 425. Karena Oktober 2023 kemarin ASII sudah membayar dividen
interim Rp98, maka pada awal Mei 2024 nanti ASII akan membayar dividen Rp240
– 325 per saham, yang mencerminkan yield 5 – 6% berdasarkan harga
sahamnya saat ini yakni 5,100, terhitung jumbo untuk sekelas perusahaan non
perbankan salah satu yang terbesar di Indonesia. Dan sudah tentu, sebelum
dividen itu dibayarkan normalnya sahamnya akan naik duluan, sama seperti bulan
Januari – Mei 2023 lalu dimana saham ASII naik total lebih dari 25%.
Jadi dengan demikian strateginya sebagai berikut: Entah
itu anda sudah pegang ASII ini sejak awal atau baru mau masuk, maka sekarang
waktunya beli/average down, yakni ketika semua sentimen negatif dan kepanikan
investor mencapai puncaknya. I mean, meski ASII sudah terus turun sejak 6 bulan lalu,
tapi baru sekarang penulis perhatikan orang-orang justru takut untuk masuk,
yang artinya inilah saatnya untuk be greedy when others are fearful. Dan setelah itu anda bisa masuk sekali lagi ketika perusahaan merilis LK Q4 2023-nya, kemungkinan
pertengahan Februari nanti, dimana barulah pada saat itu akan lebih jelas perusahaan bakal bayar dividen berapa. Ohya, meski potensi profit 20 – 30% mungkin tampak
tidak terlalu menarik, tapi ingat bahwa ini saham ASII, yang kita tahu
risikonya sangat rendah asalkan kita masuk pada harga yang tidak terlalu tinggi,
dan saat ini harga saham ASII memang sama sekali tidak sedang tinggi, melainkan
justru lagi rendah-rendahnya.
Dan jika sudah masuk maka kita tinggal hold saja sampai Mei nanti. Semoga beruntung.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham
pilihan edisi terbaru Q4 2023 akan terbit hari Senin, 12
Februari 2024, dan sudah bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan
penulis.
Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.