![]() |
Terjemahan kitab mukhtashar ibn abi jamrah |
Mukhtashar Ibn Abi Jamrah Makna Pesantren – Hadis Ke 11-20
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ
خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي
وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ
مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda Ia Nabi: “Bermula man/ siapa saja yang dikehendaki oleh Allah akan kebaikan, niscaya maka memberi pemahan Ia Allah akannya man dalam agama. Dan hsnyasanya bermula Aku itu yang
membagi-bagikan dan bermula Allah itu yang memberi Ia Allah. Dan senantiasalah ini ummat itu yang tegak
diatas perintah Allah, tidak akan mencelakai akan mereka oleh man/ orang-orang yang
menyelisihi ia man akan mereka, hingga datanglah perintah Allah”.
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ
ثُمَّ قَالَ: مَا مِنْ شَيْءٍ لَمْ أَكُنْ أُرِيتُهُ إِلَّا رَأَيْتُهُ فِي
مَقَامِي حَتَّى الْجَنَّةُ وَالنَّارُ
“Maka diwahyukan kepadaku akan bahwa sungguh kalian itu difitnahkan akan kalian dalam kubur kalian akan seumpama atau yang hampir serupa- (tidak aku ketahui akan seri mana demikian seumpama atau hampir yang dikatakan oleh asma:) -fitnah masihid Dajjal. Ditanyakan orang: bermula Apa itu pengetahuan engkau dengan ini laki-laki?”
Maka Adapun bermula orang mukmin atau orang yang yakin- (tidak aku ketahui akan bermula serimana keduanya orang mukmin atau orang yakin itu yang dikatakan oleh asma) -niscaya maka menjawab iya orang mukmin: “bermula dia laki-laki itu Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang mendatangi Ia rasul akan kami dengan penjelasan dan petunjuk maka kami terima dan Kami ikuti akannya Rasul, bermula dia laki-laki itu Muhammad” akan tiga kali.
Maka dikatakan (malaikat): “Tidurlah olehmu hal keadaan soleh, sungguh kami mengetahui jika adalah engkau itu sungguh orang yang yakin dengannya Rasul”.
Dan Adapun orang munafik ataupun orang yang ragu- (tidak aku ketahui akan bermula serimana demikian orang munafik atau orang ragu itu yang dikatakan oleh asma) -niscaya maka berkata ia orang munafik: “tidak aku kenali, aku dengar akan manusia yang berkatalah mereka manusia akan sesuatu, maka aku katakan akannya sesuatu”
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ
لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ
حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
Menjawablah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam: “sungguh aku telah menyangka Wahai Abu Hurairah akan bahwa tidak menanyai akan daku dari pada ini kejadian oleh seorang pun yang lebih awal dari pada engkau, karena sesuatu yang aku lihat dari pada perhatian Engkau di atas kejadian ini, bermula yang paling bahagia dari golongan manusia dengan syafaatku pada hari kiamat itu man/ seseorang yang berkata ia Man/ seseorang: “Tiada jenis Tuhan kecuali Allah” Hal keadaan man/seseorang itu ikhlas dari hatinya seseorang atau jiwanya seseorang”
اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا
يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ
الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا
جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
Akan tetapi mencabut Ia Allah akan ilmu dengan mencabut para ulama, sehingga apabila tidak menyisakan Ia Allah akan seorang Alim pun, niscaya menjadikan oleh manusia akan pemimpin akan orang-orang jahil, maka ditanyakan akan mereka orang jahil maka memberi fatwa oleh mereka orang jahil dengan tanpa ilmu Maka sesaatlah mereka orang jahil dan menyesatkan oleh mereka orang jahil”.
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَتْ لَا تَسْمَعُ شَيْئًا لَا تَعْرِفُهُ
إِلَّا رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ ، وَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ ، قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ:
أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: { فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
} ، قَالَتْ: فَقَالَ: إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ ، وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ
الْحِسَابَ يَهْلِكْ
Dan bahwa sesungguh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam itu bersabda Ia nabi: “Bermula Man/ seseorang yang dihisapkan akannya man/:seseorang, itu niscaya diazabkan akannya man/ seseorang.
Berkatalah Aisyah maka aku berkata: Adakah tidak berfirman oleh Allah ‘Azza wa Jalla: “Maka selagi akan dihisab kan akannya seseorang akan sebagai hisab yang ringan”, berkata ia Aisyah: maka bersabda Ia Nabi: “Hanyasanya bermula demikian maksud ayat itu pemaparan, akan tetapi bermula man/ seseorang yang mempertanyakan ia man/ seseorang akan Hisab niscaya Binasa ia man/ .
مُوسَى قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْقِتَالُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟ فَإِنَّ
أَحَدَنَا يُقَاتِلُ غَضَبًا وَيُقَاتِلُ حَمِيَّةً فَرَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ
قَالَ: وَمَا رَفَعَ إِلَيْهِ رَأْسَهُ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ قَائِمًا فَقَالَ:
مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ
اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Maka mengangkat Ia Nabi kepadanya laki-laki akan kepalanya Nabi. Berkata Ia Abu Musa; dan tidak mengangkat Ia Nabi kepadanya laki-laki akan kepalanya Nabi kecuali karena bahwa sesungguhnya laki-laki itu ada dia laki-laki itu yang berdiri, maka menjawab Ia Nabi: “bermula Man/ seseorang yang berperang ia Man/ seseorang supaya bahwa adalah kalimat Allah, dia kalimat Allah itu tinggi, niscaya maka bermula dia man/ seseorang itu Sabit pada jalan Allah Azza wa Jalla”.
بْنِ تَمِيمٍ عَنْ عَمِّهِ: أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّجُلُ الَّذِي يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ يَجِدُ
الشَّيْءَ فِي الصَّلَاةِ فَقَالَ: لَا يَنْتَقِلْ أَوْ لَا يَنْصَرِفْ حَتَّى
يَسْمَعَ صَوْتًا أَوْ يَجِدَ رِيحًا
Maka berkata Ia Nabi: “Jangan berpindah ia laki-laki atau Jangan berpaling dia laki-laki sehingga mendengar ia laki-laki akan suara (kentut) atau mendapati dia laki-laki akan bau”.
قَتَادَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا بَالَ
أَحَدُكُمْ فَلَا يَأْخُذَنَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ ، وَلَا يَسْتَنْجِي
بِيَمِينِهِ وَلَا يَتَنَفَّسْ فِي الْإِنَاءِ
wasallam, bersabda Ia Nabi: “Bila kencing oleh salah seorang kalian, Maka jangan memegang ia seseorang akan kemaluannya seseorang dengan tangan kanannya seseorang dan jangan beristinja/ cebok ia seseorang dengan tangan kanannya seseorang dan jangan bernafas ia seseorang dalam bejana/ gelas (ketika minum)”.
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَجُلًا رَأَى كَلْبًا يَأْكُلُ الثَّرَى
مِنْ الْعَطَشِ ، فَأَخَذَ الرَّجُلُ خُفَّهُ فَجَعَلَ يَغْرِفُ لَهُ بِهِ حَتَّى
أَرْوَاهُ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ
wasallam, bahwa sungguh seorang laki-laki itu melihat ia laki-laki akan seekor anjing yang menjilat-jilat ia anjing akan tanah karena haus, maka mengambil oleh laki-laki tersebut akan sepatunya laki-laki, maka jadi dia laki-laki itu menciduk/ mengambil air dia laki-laki baginya anjing dengannya sepatu, sehingga membuat kenyang dia laki-laki akannya anjing, maka bersyukur/ berterima kasih oleh Allah baginya laki-laki, maka memasukkan Ia Allah akannya laki-laki akan surga.
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ
يُصَلِّي فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا
صَلَّى وَهُوَ نَاعِسٌ لَا يَدْرِي لَعَلَّهُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ
wasallam itu bersabda Ia Rasul: “Apabila mengantuk oleh salah seorang kalian padahal bermula dia seseorang itu hendak sembahyang ia seseorang, niscaya maka hendaklah tidur ia seseorang hingga hilang lah dari padanya seseorang oleh ngantuk, karena bawa sungguh salah seorang kalian itu apabila sembahyang ia seseorang, padahal bermula dia seseorang itu yang mengantuk, niscaya tidak sadar ia seseorang. Kemungkinannya seseorang itu hendak beristighfar ia seseorang maka mencaci ia seseorang akan dirinya seseorang”.
Mukhtashar Ibn Abi Jamrah Makna Pesantren – Hadis Ke 21-30
تَغْسِلُ الْمَنِيَّ مِنْ ثَوْبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ أَرَاهُ فِيهِ بُقْعَةً أَوْ بُقَعًا . وَفِي رِوَايَةٍ أُخْرَى: بُقَعًا بُقَعًا.
lain itu lafadz “buq’an buqo’an” (warna belang bekas cucian).
إِحْدَانَا تَحِيضُ ثُمَّ تَقْتَرِصُ الدَّمَ مِنْ ثَوْبِهَا عِنْدَ طُهْرِهَا
فَتَغْسِلُهُ وَتَنْضَحُ عَلَى سَائِرِهِ ثُمَّ تُصَلِّي فِيهِ
الْأَنْصَارِ قَالَتْ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَيْفَ
أَغْتَسِلُ مِنْ الْحَيضِ؟ قَالَ: خُذِي فِرْصَةً مُمَسَّكَةً فَتَوَضَّئِي بها
ثَلَاثًا ، ثُمَّ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَحْيَا
فَأَعْرَضَ بِوَجْهِهِ ، أَوْ قَالَ: تَوَضَّئِي بِهَا فَأَخَذْتُهَا
فَجَذَبْتُهَا فَأَخْبَرْتُهَا بِمَا يُرِيدُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bagaimana caranya aku bersuci
dari haid?” Beliau lalu menjawab: “Ambillah sepotong kapas yang
diberi wewangian lalu bersihkanlah tiga kali.” Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam merasa malu lalu memalingkan mukanya, atau beliau mengatakan:
“Berwudlu’lah dengan kapas itu.” Aku lalu tarik wanita itu dan aku
terangkan apa yang dimaksud oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam”.
مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ
تَعَالَى وَكَّلَ بِالرَّحِمِ مَلَكًا يَقُولُ: يَا رَبِّ نُطْفَةٌ ، يَا رَبِّ
عَلَقَةٌ ، يَا رَبِّ مُضْغَةٌ ، فَإِذَا أَرَادَ اللهُ أَنْ يَقْضِيَ خَلْقَهُ
قَالَ: أَذَكَرٌ أَمْ أُنْثَى ، شَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ ، فَمَا الرِّزْقُ ، فَمَا
الْأَجَلُ ، فَيُكْتَبُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ
wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala menugaskan satu
Malaikat dalam rahim seseorang. Malaikat itu berkata, ‘Ya Rabb, (sekarang baru)
sperma. Ya Rabb, segumpal darah!, Ya Rabb, segumpal daging! ‘ Maka apabila
Allah berkehendak menetapkan ciptaan-Nya, Malaikat itu bertanya, ‘Apakah
laki-laki atau wanita, celaka atau bahagia, bagaimana dengan rizki dan
bagaimana ajalnya? ‘ Maka ditetapkanlah ketentuan takdirnya selagi berada dalam
perut ibunya”.
وَأَبِيْ سَعِيْدٍ: صَلَّيِا فِي السَّفِيْنَةِ قَائِمَيْنِ ، وَقَالَ الْحَسَنُ
تُصَلِّيْ قَائِمًا مَا لَمْ تَشُقَّ عَلَى أَصْحَابِكَ تَدُوْرُ مَعَهَا وَإِلَّا
فَقَاعِدًا .
shalat diatas perahu dengan berdiri, Hasan berkata: shalatlah dengan berdiri
selama tidak memberatkan teman temanmu ketika berputar putar bersama dengan
perputaran perahu”.
مَالِكٍ قَالَ : كُنَّا نُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَيَضَعُ أَحَدُنَا طَرَفَ الثَّوْبِ مِنْ شِدَّةِ الْحَرِّ فِي مَكَانِ
السُّجُودِ
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu salah seorang dari kami meletakkan
salah satu dari ujung bajunya di tempat sujudnya karena panasnya tempat sujud”.
مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي
الْقِبْلَةِ فَحَكَّهَا بِيَدِهِ وَرُئِيَ مِنْهُ كَرَاهِيَةٌ أَوْ رُئِيَ
كَرَاهِيَتُهُ لِذَلِكَ وَشِدَّتُهُ عَلَيْهِ ،
wasallam melihat dahak di dinding kiblat lalu menggosoknya dengan tangannya.
Dan nampak kebencian dari beliau, atau kebenciannya terlihat karena hal itu.
Beliau bersabda: “Jika salah seorang dari kalian berdiri shalat,
sesungguhnya ia sedang berhadapan dengan Rabbnya, atau sesungguhnya Rabbnya
berada antara dia dan arah kiblatnya, maka janganlah ia meludah ke arah kiblat.
Tetapi hendaklah ia lakukan ke arah kiri atau di bawah kaki (kirinya).”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memegang tepi kainnya dan meludah di
dalamnya, setelah itu beliau membalik posisi kainnya lalu berkata, atau beliau
melakukan seperti ini”.
قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحِبُّ
التَّيَمُّنَ مَا اسْتَطَاعَ فِي شَأْنِهِ كُلِّهِ: فِي طُهُورِهِ وَتَرَجُّلِهِ
وَتَنَعُّلِهِ
wasallam suka mendahulukan yang kanan dalam setiap perbuatannya. Seperti dalam
bersuci, menaiki kendaraan dan memakai sandal”.
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ بَدَأَ
بِالْمَسْجِدِ فَصَلَّى فِيْهِ
wasallam tiba dari bepergian seperti biasa langsung menuju masjid terlebih dahulu dan melakukan
sholat”.
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَى
أَحَدِكُمْ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ مَا لَمْ يُحْدِثْ
تَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ
wasallam bersabda: “Para Malaikat selalu memberi shalawat (mendo’akan)
kepada salah seorang dari kalian selama ia masih di tempat ia shalat dan belum
berhadats. Malaikat berkata, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah
dia’”.
Mukhtashar Ibn Abi Jamrah Makna Pesantren – Hadis Ke 31-40
بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ
الْعَشِيِّ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ وَسَمَّاهَا أَبُو هُرَيْرَةَ ، وَلَكِنْ نَسِيتُ
أَنَا ، قَالَ: فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ، ثُمَّ سَلَّمَ فَقَامَ إِلَى
خَشَبَةٍ مَعْرُوضَةٍ فِي الْمَسْجِدِ
Maka berbaring Ia Rasul di atasnya kayu seolah-olah nya Rasul itu yang marah, dan meletak Ia Rasul akan tangannya Rasul yang kanan di atas yang kiri dan menyilang Ia rasul di antara jari-jari tangannya Rasul, dan meletakkan Ia rasul akan pipinya Rasul yang kanan di atas punggung telapak tangannya Rasul yang kiri, dan keluarlah orang-orang yang bersegera dari pintu-pintu masjid,
Maka mereka bertanya-tanya: Adakah telah dikasarkan akan sembahyang ?. Dan Sabit pada kaum itu Abu Bakar dan Umar, maka enggan oleh keduanya akan bahwa berbicara keduanya Umar dan Abu Bakar akannya nabi, dan Sabit pada kaum itu seorang laki-laki yang Sabit pada dua tangannya laki-laki itu panjang, yang dipanggilkan baginya laki-laki akan (nama) dzulyadain. Berkata ia Dzulyadain: wahai Rasulullah Adakah engkau lupa atau telah diqasarkan akan sembahyang ?. Menjawab Ia Rasul: “tiada aku lupa Dan Tiada diqasarkan akan sembahyang”, maka berkata Ia Rasul: “Adakah (benar) sebagaimana berkatalah Dzulyadain ?”.
Maka berkatalah mereka para sahabat: “Iya benar”, Maka maju ke depan Ia Rasul, maka sembahyang Ia Rasul akan Ma/ sembahyang yang tinggal ia Ma/ sembahyang, kemudian membaca salam Ia Rasul, kemudian bertakbir Ia Rasul dan sujud Ia Rasul akan seumpama sujudnya Rasul atau lebih panjang ia sujud, kemudian mengangkat Ia Rasul akan kepalanya Rasul dan bertakbir Ia Rasul, kemudian bertakbir Ia Rasul dan sujud Ia Rasul akan seumpama sujudnya Rasul atau lebih panjang ia sujud, kemudian mengangkat Ia Rasul akan kepalanya Rasul dan bertakbir Ia Rasul. Maka mungkin kadang-kadang bertanya oleh mereka perawi akannya Ibnu Sirin akan kata-kata “tsumma sallama”, Maka berkata Ibnu Sirin: “diberitahukan akan daku akan bahwa sungguh Imran bin hushain itu berkata ia Imran akan kata-kata “tsumma sallama”.
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ
إِلَى شَيْءٍ يَسْتُرُهُ مِنْ النَّاسِ فَأَرَادَ أَحَدٌ أَنْ يَجْتَازَ بَيْنَ
يَدَيْهِ فَلْيَدْفَعْهُ ، فَإِنْ أَبَى فَلْيُقَاتِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ
شَيْطَانٌ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ
وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ تُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصَّوْمُ
وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ وَالنَّهْيُ
‘alihi wasallama bersabda: “Fitnah seseorang dalam keluarganya yaitu; harta,
anak dan tetangganya. Dan fitnah itu akan terhapus oleh amalan shalat, puasa,
sedekah, amar ma’ruf dan nahi munkar”.
هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ ، وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ ،
وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ، ثُمَّ يَعْرُجُ
الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ كَيْفَ
تَرَكْتُمْ عِبَادِي؟ فَيَقُولُونَ: تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
wasallam bersabda: “Para Malaikat malam dan Malaikat siang silih berganti
mendatangi kalian. Dan mereka berkumpul saat shalat Fajar (Subuh) dan ‘Ashar.
Kemudian Malaikat yang menjaga kalian naik ke atas hingga Allah Ta’ala bertanya
kepada mereka, dan Allah lebih mengetahui keadaan mereka (para hamba-Nya),
‘Dalam keadaan bagaimana kalian tinggalkan hamba-hambaKu? ‘ Para Malaikat
menjawab, ‘Kami tinggalkan mereka dalam keadaan sedang mendirikan shalat.
Begitu juga saat kami mendatangi mereka, mereka sedang mendirikan shalat’”.
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ نَسِيَ صَلَاةً
فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لَا كَفَّارَةَ لَهَا إِلَّا ذَلِكَ: { وَأَقِمْ
الصَّلَاةَ لِذِكْرِي}
beliau bersabda: “Barangsiapa lupa suatu shalat, maka hendaklah dia
melaksanakannya ketika dia ingat. Karena tidak ada tebusannya kecuali itu.
Allah berfirman: ‘(Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku) ‘ (Qs. Thaahaa:
14).
بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ الْأَنْصَارِيِّ ثُمَّ الْمَازِنِيِّ عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ
أَخْبَرَهُ أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ قَالَ لَهُ: إِنِّي أَرَاكَ تُحِبُّ
الْغَنَمَ وَالْبَادِيَةَ ،
Mazini dari Bapaknya bahwa ia mengabarkan kepadanya, bahwa Abu Sa’id Al Khudri
berkata kepadanya, “Aku lihat kamu suka kambing dan lembah
(pengenmbalaan).
Jika kamu sedang mengembala kambingmu atau berada di lembah,
lalu kamu mengumandangkan adzan shalat, maka keraskanlah suaramu. Karena tidak
ada yang mendengar suara mu’adzin, baik manusia, jin atau apapun dia, kecuali
akan menjadi saksi pada hari kiamat”. Abu Sa’id Al Khudri berkata: Aku mendengarnya
dari rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.
هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَوْ
يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ
يَجِدُوا إِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لَاسْتَهَمُوا ،
wasallam bersabda: “Seandainya manusia mengetahui apa (kebaikan) yang
terdapat pada adzan dan shaf awal, lalu mereka tidak akan mendapatkannya
kecuali dengan cara mengundi, niscaya tmereka akan melakukannya.
Dan seandainya
mereka mengetahui kebaikan yang terdapat dalam bersegera (menuju shalat),
niscaya mereka akan berlomba-lomba. Dan seandainya mereka mengetahui kebaikan
yang terdapat pada shalat ‘Isya dan Shubuh, niscaya mereka akan mendatanginya
walaupun harus dengan merangkak”.
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ سَمِعَ جَلَبَةَ رِجَالٍ ،
فَلَمَّا صَلَّى قَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قَالُوا: اسْتَعْجَلْنَا إِلَى الصَّلَاةِ
، قَالَ: فَلَا تَفْعَلُوا إِذَا أَتَيْتُمْ الصَّلَاةَ فَعَلَيْكُمْ
بِالسَّكِينَةِ ، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فَصَلُّوا وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau mendengar suara gaduh
orang-orang. Maka setelah selesai, beliau bertanya: “Ada apa dengan kalian?”
Mereka menjawab, “Kami tergesa-gesa mendatangi shalat.” Beliau pun
bersabda: “Janganlah kalian berbuat seperti itu. Jika kalian mendatangi
shalat maka datanglah dengan tenang, apa yang kalian dapatkan dari shalat maka
ikutilah, dan apa yang kalian tertinggal maka sempurnakanlah”.
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أُقِيْمَتِ الصَّلَاةُ
فَلَا تَقُومُوا حَتَّى تَرَوْنِي، وَعَلَيْكُمْ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ
‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila shalat telah diiqomati maka janganlah
kalian berdiri hingga kalian melihat
penuh wibawa”.
هُرَيْرَةَ قَالَ: أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَسَوَّى النَّاسُ صُفُوفَهُمْ فَخَرَجَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَقَدَّمَ وَهُوَ جُنُبٌ
ثُمَّ قَالَ عَلَى مَكَانِكُمْ فَرَجَعَ فَاغْتَسَلَ ثُمَّ خَرَجَ وَرَأْسُهُ
يَقْطُرُ مَاءً فَصَلَّى بِهِمْ
sudah dikumandangkan dan orang-orang sudah merapikan shaf-shaf mereka, lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dan maju ke depan untuk memimpin
shalat padahal waktu itu beliau sedang junub. Beliau lantas berkata; “Tetaplah
di tempat kalian.” Beliau pun kembali ke rumah untuk mandi dan datang
kepada kami dalam keadaan kepalanya basah, kemudian beliau shalat bersama
mereka”.
Mukhtashar Ibn Abi Jamrah Makna Pesantren – Hadis Ke 41-50
هُرَيْرَةَ: عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: الْإِمَامُ
الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ ،
wasallam bersabda: “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan
Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; pemimpin yang adil,
seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ‘ibadah kepada Rabbnya, seorang
laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang laki-laki yang saling
mencintai karena Allah;
mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah
karena Allah, seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang wanita
kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’tuhan alam semesta ,
dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya
tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang
laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua
matanya basah karena menangis”.
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: إِذَا وُضِعَ
الْعَشَاءُ وَأُقِيمَتْ الصَّلَاةُ فَابْدَءُوا بِالْعَشَاءِ
‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda: “Apabila makan malam sudah
dihidangkan sedangkan shalat jama’ah sudah di iqamati, maka dahulukanlah
makan”.
مَالِكٍ رضي الله عنه يَقُولُ: مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ إِمَامٍ قَطُّ أَخَفَّ
صَلَاةً وَلَا أَتَمَّ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،
وَإِنْ كَانَ لَيَسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ فَيُخَفِّفُ مَخَافَةَ أَنْ تُفْتَنَ
أُمُّهُ
“Belum pernah aku shalat di belakang seorang Imam pun yang lebih ringan
dan lebih sempurna shalatnya daripada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Jika
mendengar tangisan bayi, maka beliau ringankan shalatnya karena khawatir ibunya
akan terkena fitnah”.
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ حُجْرَةً ، قَالَ: حَسِبْتُ أَنَّهُ قَالَ: مِنْ
حَصِيرٍ فِي رَمَضَانَ فَصَلَّى فِيهَا لَيَالِيَ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ مِنْ
أَصْحَابِهِ ، فَلَمَّا عَلِمَ بِهِمْ جَعَلَ يَقْعُدُ فَخَرَجَ إِلَيْهِمْ ،
فَقَالَ: قَدْ عَرَفْتُ الَّذِي رَأَيْتُ مِنْ صَنِيعِكُمْ فَصَلُّوا أَيُّهَا
النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ ، فَإِنَّ أَفْضَلَ الصَّلَاةِ صَلَاةُ الْمَرْءِ فِي
بَيْتِهِ إِلَّا الْمَكْتُوبَةَ
‘alaihi wasallam membuat satu ruangan.” Busr berkata, “Aku menduga
Zaid bin Tsabit berkata, ‘Membuat tikar pada bulan Ramadan, lalu beliau
melaksakan shalat malam di (kamar atau tikar) tersebut dalam beberapa malam.
Kemudian para sahabat mengikuti shalat beliau. Ketika mengetahui apa yang
mereka lakukan beliau pun berdiam di rumah, setelah itu beliau keluar seraya
berkata kepada mereka: “Sungguh aku telah mengetahui sebagaimana aku lihat
apa yang kalian lakukan. Wahai manusia, shalatlah kalian di rumah-rumah kalian,
sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalatnya seseorang yang
dilakukannya di rumahnya, kecuali shalat fardlu”.
بَكْرَةَ: أَنَّهُ انْتَهَى إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ رَاكِعٌ فَرَكَعَ قَبْلَ أَنْ يَصِلَ إِلَى الصَّفِّ ، فَذَكَرَ ذَلِكَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: زَادَكَ اللَّهُ حِرْصًا
وَلَا تَعُدْ
shallallahu ‘alaihi wasallam sedang rukuk, maka dia pun ikut rukuk sebelum
sampai ke dalam barisan shaf. Kemudian dia menceritakan kejadian tersebut
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
lalu bersabda: “Semoga Allah menambah semangat kepadamu, namun jangan
diulang kembali”.
وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى ، ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ
عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَدَّ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ السَّلَامَ فَقَالَ: ارْجِعْ فَصَلِّ
فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ ، فَصَلَّى ثُمَّ جَاءَ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ارْجِعْ فَصَلِّ فَإِنَّكَ لَمْ تُصَلِّ
ثَلَاثًا ،
wasallam masuk ke dalam Masjid, lalu ada seorang laki-laki masuk ke dalam
Masjid dan shalat, kemudian orang itu datang dan memberi salam kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab
salamnya kemudian bersabda: “Kembali dan ulangilah shalatmu, karena kamu
belum shalat!” Orang itu kemudian mengulangi shalat dan kembali datang
menghadap kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sambil memberi salam. Namun
beliau kembali bersabda: “Kembali dan ulangilah shalatmu karena kamu belum
shalat!” Beliau memerintahkan orang ini sampai tiga kali dan akhirnya,
sehingga ia berkata, “Demi Dzat yang mengutus tuan dengan kebenaran, aku
tidak bisa melakukan yang lebih baik dari itu. Maka ajarilah aku.” Beliau
pun bersabda: “Jika kamu mengerjakan shalat maka bertakbirlah, lalu
bacalah ayat yang mudah dari Al Qur’an. Kemudian rukuklah hingga benar-benar
rukuk dengan tenang, lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak,
setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk
duduk hingga benar-benar duduk, Setelah itu sujudlah sampai benar-benar sujud,
Kemudian lakukanlah seperti cara tersebut di seluruh shalat (rakaat) mu”.
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا قَالَ الْإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ
لِمَنْ حَمِدَهُ ، فَقُولُوا: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ فَإِنَّهُ مَنْ
وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
wasallam bersabda: “Jika Imam mengucapkan ‘SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH
(semoga Allah mendengar pujian orang yang memuji-Nya) ‘, maka ucapkanlah:
‘ALLAHUMMA RABBANAA LAKAL HAMDU (Wahai Rabb kami, bagi-Mu lah segala pujian)
‘.” Karena barangsiapa yang ucapannya bersamaan dengan ucapan Malaikat,
maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”.
هَلْ نَرَى رَبَّنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ قَالَ: هَلْ تُمَارُونَ فِي الْقَمَرِ
لَيْلَةَ الْبَدْرِ لَيْسَ دُونَهُ سَحَابٌ؟ قَالُوا: لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ،
قَالَ: فَهَلْ تُمَارُونَ فِي الشَّمْسِ لَيْسَ دُونَهَا سَحَابٌ؟
Rasulullah, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat nanti?”
Beliau menjawab: “Apakah kalian dapat membantah (bahwa kalian dapat
melihat) bulan pada malam purnama, bila tidak ada awan yang
menghalanginya?”
Mereka menjawab, “Tidak, wahai Rasulullah.”
Beliau bertanya lagi: “Apakah kalian dapat membantah (bahwa kalian dapat
melihat) matahari, bila tidak ada awan yang menghalanginya?” Mereka
menjawab, “Tidak.” Beliau lantas bersabda: “Sungguh kalian akan
dapat melihat-Nya seperti itu juga. Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat,
lalu Allah Subhaanahu Wa Ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa menyembah seseuatu,
maka ia akan ikut dengannya.’ Maka di antara mereka ada yang mengikuti
matahari, di antara mereka ada yang mengikuti bulan dan di antara mereka ada
pula yang mengikuti thaghut-thaghut. Maka tinggallah ummat ini, yang
diantaranya ada para munafiknya. Maka Allah mendatangi mereka dan lalu
berfirman: ‘Aku adalah Rabb kalian.’ Mereka berkata, ‘Inilah tempat kedudukan
kami hingga datang Rabb kami. Apabila Rabb kami telah datang pasti kami
mengenalnya.’
Maka Allah mendatangi mereka seraya berfirman: ‘Akulah Rabb
kalian.’ Allah kemudian memanggil mereka, lalu dibentangkanlah Ash Shirath di
atas neraka Jahannam. Dan akulah orang yang pertama berhasil melewatinya di
antara para Rasul bersama ummatnya. Pada hari itu tidak ada seorangpun yang
dapat berbicara kecuali para Rasul, dan ucapan para Rasul adalah: ‘Ya Allah
selamatkanlah, selamatkanlah.’ Dan di dalam Jahannam ada besi yang ujungnya
bengkok seperti duri Sa’dan (tumbuhan yang berduri tajam). Pernahkah kalian
melihat duri Sa’dan?” Mereka menjawab: “Ya, pernah.”
Beliau
melanjutkan: “Sungguh dia seperti duri Sa’dan, hanya saja tidak ada yang
mengetahui ukuran besarnya duri tersebut kecuali Allah. Duri tersebut akan
menusuk-nusuk manusia berdasarkan amal amal mereka. Di antara mereka ada yang
dikoyak-koyak hingga binasa disebabkan amalnya, ada pula yang dipotong-potong
kemudian selamat melewatinya. Hingga apabila Allah berkehendak memberikan
rahmat-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya dari penghuni neraka, maka Allah
memerintahkan Malaikat untuk mengeluarkan siapa saja yang pernah menyembah
Allah. Maka para Malikat mengeluarkan mereka, yang mereka dikenal berdasarkan
tanda bekas-bekas sujud (atsarus sujud).
Dan Allah telah mengharamkan kepada
neraka untuk memakan (membakar) atsarus sujud, lalu keluarlah mereka dari
neraka. Setiap anak keturunan Adam akan dibakar oleh neraka kecuali mereka yang
memiliki atsarus sujud. Maka mereka keluar dalam keadaan sudah hangus terbakar
(gosong), lalu mereka disiram dengan air kehidupan kemudian jadilah mereka
tumbuh seperti tumbuhnya benih di tepian aliran sungai. Setelah itu selesailah
Allah memutuskan perkara di antara hamba-hambaNya.
Dan yang tinggal hanyalah
seorang yang berada antara surga dan neraka, dan dia adalah orang terakhir yang
memasuki surga di antara penghuni neraka yang berhak memasukinya, dia sedang
menghadapkan wajahnya ke neraka seraya berkata, ‘Ya Rabb, palingkanlah wajahku
dari neraka! Sungguh anginnya neraka telah meracuni aku dan baranya telah
memanggang aku.’
Lalu Allah berfirman: ‘Apakah seandainya kamu diberi
kesempatan kali yang lain kamu tidak akan meminta yang lain lagi? ‘ Orang itu
menjawab: ‘Tidak, demi kemuliaan-Mu, ya Allah! ‘ Maka Allah memberikan
kepadanya janji dan ikatan perjanjian sesuai apa yang dikehendati orang
tersebut. Kemudian Allah memalingkan wajah orang tersebut dari neraka.
Maka
ketika wajahnya dihadapkan kepada surga, dia meliahat taman-taman dan keindahan
surga lalu terdiam dengan tertegun sesuai apa yang Allah kehendaki. Kemudian
orang itu berkata, ‘Ya Rabb, dekatkan aku ke pintu surga! ‘ Allah Azza Wa Jalla
berfirman: ‘Bukankah kamu telah berjanji dan mengikat perjanjian untuk tidak
meminta sesuatu setelah permintaan kamu sebelumnya?”
Orang itu menjawab,
‘Ya Rabb, aku tidak mau menjadi ciptaanM-u yang paling celaka.’ Allah kembali
bertanya: ‘Apakah kamu bila telah diberikan permintaanmu sekarang ini, nantinya
kamu tidak akan meminta yang lain lagi?” Orang itu menjawab, ‘Tidak, demi
kemuliaan-Mu. Aku tidak akan meminta yang lain setelah ini.’ Maka Rabbnya
memberikan kepadanya janji dan ikatan sesuai apa yang dikehendati orang
tersebut.
Lalu orang tersebut didekatkan ke pintu surga. Maka manakala orang
itu sudah sampai di pintu surga, dia melihat keindahan surga dan taman-taman
yang hijau serta kegembiraan yang terdapat didalamnya, orang itu terdiam dengan
tertegun sesuai apa yang Allah kehendaki. Kemudian orang itu berkata, ‘Ya Rabb,
masukkanlah aku ke surga! ‘
Allah berfirman: ‘Celakalah kamu dari sikap kamu
yang tidak menepati janji. Bukankah kamu telah berjanji dan mengikat perjanjian
untuk tidak meminta sesuatu setelah kamu diberikan apa yang kamu pinta?”
Orang itu berkata, ‘Ya Rabb, janganlah Engkau menjadikan aku ciptaan-Mu yang
paling celaka.’ Maka Allah Azza Wa Jalla tertawa mendengarnya. Lalu Allah
mengizinkan orang itu memasuki surga. Setelahitu Allah Azza Wa Jalla berfirman:
‘Bayangkanlah! ‘
Lalu orang itu membayangkan hingga setelah selesai apa yang ia
bayangkan, Allah berfirman kepadanya: ‘Dari sini.’ Dan demikianlah Rabbnya
mengingatkan orang tersebut hingga manakala orang tersebut selesai
membayangkan, Allah berfirman lagi: “Ini semua untuk kamu dan yang serupa
dengannya.” Dan dari Abu Sa’id Al Khudri: Sungguh aku mendengar Beliau
menyebutkan: ‘Ini semua untukmu dan sepuluh macam yang serupa dengannya’”.
بَكْرٍ الصِّدِّيقِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ فِي صَلَاتِي ،
قَالَ: قُلْ: اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي
إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Ajarkanlah aku
suatu do’a yang bisa aku panjatkan saat shalat!” Maka Beliau pun berkata:
“Bacalah (Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku
sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat
mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu
pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang) ‘.
عَنْهُمَا: أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بِالذِّكْرِ حِينَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ
الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
mengeraskan suara dalam berdzikir setelah orang selesai menunaikah shalat
fardlu terjadi di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.