White Lies Dalam Suatu Hubungan, Bolehkah? (indahladya.com) |
Kebohongan biasanya akan berdampak negatif ketika diutarakan oleh seseorang. Karena biasanya satu kebohongan akan membuahkan seribu kebohongan lain demi menutupi satu kebohongan tadi bukan? Namun, siapa nih yang pernah dengar istilah “berbohong demi kebaikan”? Nah, istilah berbohong demi kebaikan ini ternyata biasa disebut dengan white lies loh!
Definisi White Lies
Definisi White Lies (indahladya.com) |
White Lies? Kebohongan putih? Hehe, iya! Berbeda dengan black lies yang diutarakan demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan ego dan perasaan tidak mau disalahkan, maka white lies adalah istilah yang merujuk pada suatu situasi di mana seseorang secara sadar berbohong, tetapi dilakukan untuk tujuan kebaikan.
Mengapa Seseorang Melakukan White Lies?
Mengapa Seseorang Melakukan White Lies? (indahladya.com) |
Mungkin secara tidak sengaja kita sudah melakukan kebiasaan white lies ini dalam kehidupan sehari-hari. Dalam contoh sederhananya, ketika pasanganmu mencoba resep baru lalu memintamu untuk mencicipi hasil masakannya. Lantas gimana nih tanggapanmu? Hmm, para laki-laki biasanya jadi serba salah ya jika berada di posisi ini? Haha.
Contoh lainnya perihal janjian nih. Siapa nih yang baru mau siap-siap mandi tapi ngakunya “udah otw, guys!”? Bakal jadi sasaran kemarahan teman hangout-mu sih kalau kamu terus-terusan begini.
Dan gak lupa juga ketika kamu lagi nyari-nyari alasan untuk menolak suatu ajakan dari seseorang. Berbekal “rasa ketidakenakan”, akhirnya kamu terpaksa membuat-buat alasan supaya orang yang mengundang tersebut tidak tersinggung bukan? Atau siapa nih yang lagi mager banget buat keluar eh doi malah ngajakin meet up? Hmm, kira-kira udah berapa alasan nih yang kamu gunakan untuk menolak ajakan doi tadi?
“Jadi, apakah white lies ini salah?”
Kalau menurut pendapatku pribadi sih kita gak bisa menyalahkan hal ini secara seratus persen. Karena seperti namanya, white-lies ini dilakukan dengan tujuan kebaikan. Dan faktor penyebabnya juga ada banyak banget ya kan? Namun, hal ini akan menjadi salah jika dilakukan secara terus menerus a.k.a menjadi suatu habit!
White Lies Dalam Hubungan Percintaan
White Lies Dalam Hubungan Percintaan (indahladya.com) |
Sebenarnya kamu udah tau belum sama penyebab timbulnya white lies ini sendiri? Karena terkadang suatu keadaan memang memaksa seseorang untuk berbohong loh! Misalnya ketika kamu tengah berhadapan dengan lawan bicara yang mudah tersinggung, lalu ia menanyakan perihal penampilannya saat itu, kira-kira gimana nih responmu? Saya yakin sih pasti kebanyakan bakal bilang “iya cocok kok”. Iya apa iya?
Gak berbeda jauh halnya ketika kamu dihadapkan dengan pasangan yang posesif. Hayo siapa nih yang suka bohong-bohong kecil supaya kalaupun doi marah ya gak marah-marah banget deh.
“Loh, memangnya termasuk white lies juga ya?”
Hmm, kalau dilihat dari tujuannya sih harusnya masuk ke dalam daftar white lies ya. Karena kamu pasti punya alasan tersendiri di mana kamu ingin menjaga perasaan pasanganmu tapi pasanganmu ini tipikal yang cepat sekali berapi-api kalau sudah ngebahas perihal ngobrol sama lawan jenis, padahal si lawan jenis tadi cuma sekedar bertemu untuk menanyakan hal yang penting misalnya. Jadi, tujuan utamanya adalah kalian gak mau ribut kan? Hehe.
Tentunya akan sulit bagimu untuk menceritakan suatu kejadian secara utuh dengannya bukan? Kamu akan memutar otak bagaimana caranya supaya pasanganmu tadi nggak marah misalkan kamu ketemu sama orang yang doi posesif-in banget.
That’s why, kalau berbicara mengenai penyebab, sebenarnya kesalahannya ada di kedua belah pihak, baik yang berbohong maupun yang menjadi korban kebohongan tersebut. Andaikan pasanganmu tidak seposesif itu dan mau mendengarkan alasan logis yang mengharuskan kamu bertemu dengan seseorang, maka seharusnya sih ini meminimalisir frekuensimu untuk melakukan white lies.
Yang perlu diingat adalah white lies tidak melulu berkaitan dengan kebohongan secara penuh. Kalau kamu sudah berani memotong atau menambahkan bumbu-bumbu ke dalam ceritamu tersebut, maka berarti kamu sudah berbohong, hanya saja kadar kebohongannya yang berbeda.
Kapan Sebuah Kebohongan Dapat Ditolerir?
Kapan Sebuah Kebohongan Dapat Ditolerir? (indahladya.com) |
Sebuah white lies dapat dimaklumi jika dilakukan atas dasar empati. Biasanya hal ini berkaitan dengan menjaga perasaan seseorang atau untuk meningkatkan kepercayaan diri seseorang yang melakukannya. Namun, hal yang perlu diingat adalah white lies tetaplah sebuah bentuk kebohongan.
Kamu tidak bisa selamanya bersembunyi dibalik skenario yang kamu atur hanya untuk menyelamatkan dirimu dari perasaan ketidakenakanmu tadi. You have to speak up! Bincang-bincang sedikit dengan salah seorang teman, dia mengatakan bahwa jika seseorang benar-benar baik untukmu, maka tidak selamanya dia bisa mengatakan “tenang, semua akan baik-baik saja!”. Akan ada suatu kondisi khusus yang mengharuskan dia berbicara jujur dan menyadarkanmu dari keberpura-puraan yang menenangkan tersebut. And again, semua dilakukan untuk kebaikanmu.
Jangan buru-buru men-judge seseorang tidak mengertimu hanya karena ia berkata jujur terhadap suatu hal yang mungkin memang buruk untukmu. Dia hanya mencoba menjadi seorang partner cerita terbaik untukmu.
Mungkin kamu tidak bisa sesegera mungkin berkata sejujur itu dengan pasanganmu yang baru saja ditimpa masalah akibat pilihan yang ia ambil sendiri, padahal dari kapan tau udah dibilangin kalau pilihan itu bukan pilihan yang terbaik untuknya. Nah, di sinilah white lies dapat bekerja dengan baik. Seseorang mungkin butuh sesuatu yang dapat mengembalikan kepercayaan dirinya saat itu. Menimpanya dengan beban nasehat tentu tidak akan berefek apa-apa selain memperburuk perasaannya.
“Lantas, bagaimana dengan cerita pasangan yang posesif tadi?”
Menurutku ini kembali ke perspektif individu masing-masing. Semua orang berhak untuk melakukan segala sesuatu asalkan tidak mengganggu hak orang lain. Jadi kalau kamu merasa pasanganmu sudah merebut hak sosialmu untuk bebas berteman dengan banyak orang (asalkan murni untuk berteman ya!), maka kamu harus mulai membicarakan hal ini secara baik-baik dengan pasanganmu tadi.
“Lalu, kalau dia gak terima gimana?”
Bebas saja, karena sesungguhnya pilihan tersebut ada di tanganmu. Siapa yang menurutmu harus mengalah dan mencoba untuk berubah? Kamu atau pasanganmu? Kamu harus membatasi pergaulanmu atau pasanganmu harus mulai memaklumi situasi-situasi tertentu yang membuatmu harus melanggar batasan-batasan yang sudah kalian sepakati bersama?
Sebuah kutipan menarik dari seorang Raditya Dika, “setiap pilihan yang kita ambil, ada keuntungan yang hilang, karena tidak mengambil alternatif lainnya”. Jadi, kalau kamu memutuskan untuk bertahan dengan seseorang yang mungkin tidak bisa menerima prinsipmu, maka kamu akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang benar-benar memahami dan menerimamu apa adanya.
Gak cuma berlaku buat kamu, hal ini tentunya juga berlaku buat pasanganmu. Kalau dia terus-terusan “pura-pura menerima” dirimu, maka dia pun akan kehilangan kesempatan untuk bertemu dengan seseorang yang memiliki prinsip yang sama dengan dirinya, seseorang yang gak akan merasa keberatan kalau diatur sana-sini.
Loh emang ada? Ya ada lah! Emangnya kalian gak pernah baca kolom komentar yang isinya pada nanya “gimana ya rasanya diposesif-in?” That’s why, semua orang akan bertemu dengan seseorang pada titik terbaik dalam hidupnya. Dan kamu hanya perlu menunggu suatu saat di mana kamu benar-benar bisa menjadi dirimu apa adanya dan lepas dari semua kebohongan yang bahkan dalam bentuk sekecil apapun.
Jadi gimana? Kamu tim yang mentolerir white lies dalam suatu hubungan atau tim yang “udah jujur aja, yang penting jangan bohong!”? Share pendapatmu di kolom komentar ya!
IndahLadya
Baca Juga:
Komitmen Atau Sekedar “Jalanin Aja”?
Mengapa Seseorang Bisa Selingkuh?
Sudahkah Kamu Berdamai Dengan Masa Lalumu?
Terimakasih telah membaca di Piool.com, semoga bermanfaat dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Aopok.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.